T I G A ☑️

945 116 4
                                    

Jennie melepas sepatu lantas meletak asal di rak sepatu.

Jennie tinggal sendiri di salah satu rumah kontrakan milik orangtuanya sementara orangtuanya tinggal di luar kota bersama seorang adik laki-laki yang baru saja tamat SMA. Sebelum ke kamar dan membersihkan diri, Jennie menjatuhkan tubuh ke atas sofa. Napasnya terhempus, pikirannya kembali menerawang.

Betapa melelahkannya hari ini, baik fisik maupun mental, ditambah pula kehadiran Taeyong--cowok menyebalkan yang memborong semua permen kapas untuk Jennie.

Jennie memijit pelan pergelangan kakinya. Sedari tadi, wajahnya memberengut dan makin cemberut ketika melihat banyak bungkusan permen kapas di atas meja.

Bukannya ia tidak suka, hanya saja entah kenapa cowok sinting itu membelikannya gulali sebanyak ini? Mau bikin Jennie diabetes atau gimana?

Matanya menatap kesal, tapi ia tidak bisa menghentikan naluri kekanakannya. Permen kapas adalah kesukaannya. Lagian, permen sebanyak ini sayang dibuang dan Jennie ingin mencoba satu.

"Gue bisa gendut beneran kalo gini," ujar Jennie sebelum memasukkan sekepal permen kapas ke mulutnya.




Kejadian beberapa jam yang lalu.

"Bang, gue beli semua buat cewek ini." Jennie menoleh bingung saat mendapati Taeyong menghampiri dan memborong semua permen kapas untuk Jennie.

Pedagang permen kapas mengangguk senang segera mengeluarkan dagangannya kemudian menyerahkannya kepada Jennie yang masih diam di tempat.

"Ha? Apaan nih?" Tanya Jennie bingung. Ia menerima--mungkin--hampir setengah dagangan penjual itu di pelukannya. Taeyong merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan.

Jennie menggaruk tekuk yang mendadak gatal. Menyipitkan mata menatap Taeyong sengit.

Pasti ada udang di balik bakwan!

Apa-apan, nih?!

"Makasih, ya mas! Bye mbak, bye mas, saya pulang dulu. Rajin-rajin bawa pacarnya ke sini ya, mbak!" Sahut pedagang itu sambil mendorong gerobak dagangnya menjauh. Jennie kembali dibuat terperangah dengan ucapan pedagang itu.

Pacar? Pacar sahabat Jennie kali, mas!

Melihat Taeyong sudah berlalu di depannya, Jennie kembali tersadar. Kemudian mengejar langkah Taeyong yang lebar-lebar, sisah sekali mengejar langkahnya itu.

"Oii!" Jennie jadi berlari mengejar langkah Taeyong. Cowok itu malah semakin santai, wajahnya yang diterpa cahaya matahari sore terlihat estetik. Jalan bak model membuatnya menjadi pusat perhatian, sedangkan Jennie? Seperti upik abu kelabakan mengejar Taeyong.

Jennie meniup anak rambut yang jatuh ke depan wajahnya. Dengan satu tangan yang masih kosong, Jennie menarik ujung jaket Taeyong dan berhasil membuat cowok itu berhenti namun sialnya Jennie malah menabrak punggung Taeyong.

Jennie mengaduh, mengusap keningnya berkali-kali. Tanpa sadar jaraknya dan Taeyong tinggal beberapa senti saja.

"Kenapa?" Tanyanya terkesan cool namun tidak begitu bagi Jennie.

Jennie mendengus, perlahan melangkah mundur. Oiyalah, ini jantungnya udah pada disko, tau aja yang mana cowok ganteng.

Sewot, Jennie berkacak pinggang dengan mata melotot. "Heh! Maksud lo apaan?" Sambar Jennie. Semula Taeyong diam kemudian menggeleng lalu melayangkan tatapan sinis untuk Jennie. Tangan cowok itu terlipat di depan dada.

"Seharusnya lo itu bersyukur. Di luar sana masih banyak orang gak makan, lah lo dikasih makanan malah ma--"

Hup!

Jennie memotong ocehan Taeyong dengan menyuapkan permen kapas ke mulutnya. Lagian malah ceramah, kalau itu sih Jennie juga tau gak perlu diperjelas.

Menatap Taeyong membuat Jennie mengerang frustasi, mendorong permen kapas itu pada Taeyong yang refleks menangkapnya.

"Heh, denger! Gue gak tau apa motif lo. Daripada lo buang-buang duit buat beli ginian. Mendingan lo ajak Seulgi jalan, selesain masalah kalian sama-sama!" Suruh Jennie. Ini emang sungguh-sungguh dari hati Jennie, ya. Soalnya, Jennie khawatir lihat sifat Seulgi semenjak putus dengan Taeyong.

Juga, Jennie geram sekali melihat wajah Taeyong. Angkuh, sok keren. Walau emang keren, sih.

"Gue beliin buat lo, jangan bawa-bawa Seulgi." Ucapnya santai. Jennie kembali menyipitkan mata, hatinya berkata ingin sekali menampol wajah sok ganteng di depannya ini. "Mending bawa ini pulang, udah mau malem. Lo kan suka ini." Taeyong menyerahkan permen kapas itu pada Jennie, dengan baik-baik berbanding terbalik dengan Jennie sebelumnya. Jennie dibuat cengo menerima barang itu di tangannya dan diam begitu melihat Taeyong melangkah pergi.

Bingung. Darimana pula Taeyong tau apa kesukaan Jennie? Cowok ini penguntit apa gimana sih?

Belum sempat bernapas lega, suara Taeyong kembali mengudara. Membuat Jennie ingin menenggelamkan wajah ke dasar lautan atau menghilang tiba-tiba dari pandangan orang-orang.

"Jangan lupa dihabisin, biar tambah manis!" Teriaknya kemudian tertawa jahil.

Jennie menyergah, melayangkan tinjuan ke udara membuat orang-orang menahan tawa melihat kedua insan ini.

Padahal, sejauh ini, baru kali ini Jennie benar-benar berbincang dengan Taeyong malah ditampar sama sifat songong titisan setan cowok itu. Setan, setan ganteng, sih. Pokoknya menyebalkan.

***

Taeyong tertawa pelan membayangkan tingkah Jennie tadi.

Lucu, pikirnya. Namun, segera buyar begitu Taeyong tersadar.

"Gak sehat nih otak gue." Rutuknya sambil berjalan menuju parkiran taman untuk mengambil motor.

Sebelum sampai di parkiran, ponselnya berdering. Taeyong merogoh sakunya, melihat siapa yang menelepon membuat ir muka Taeyong berubah. Jadi datar dan dingin.

Ponselnya terus berdering. Gemas, Taeyong mengangkat telepon itu.

"Hai, sayang." Sambut sang penelepon dengan suara yang sengaja diimutkan.

"Kenapa?" Tanya Taeyong ketus. Ingin rasanya menyelesaikan telepon ini secepat mungkin.

Cewek tertawa, "Kenapa? Gak boleh aku nelpon kamu? Takut ketahuan, ya, abis ketemu cewek lain? Kamu selingkuh? Aku maafin, kok." Dia tertawa. Lain halnya dengan Taeyong yang menggeram menatap sekitar. "Mau sebanyak apapun cewek kamu, pada akhirnya kamu akan tetap nikah sama aku."

"Dimana lo?"

"Dimana ya? Cari dong." Dia tertawa lagi, tawa yang sangat menyebalkan. Rahang Taeyong mengeras, malas mendengar ocehan cewek ini. "Jangan nyariin aku kayak gitu. Aku gak kemana-mana, kok." Pesannya sebelum mengakhiri sambungan telepon, Taeyong menendang udara kencang membuat beberapa orang menoleh.

Cewek itu pasti di sini sekarang. Sial.

💋💋💋

𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭𝐛𝐫𝐞𝐚𝐤𝐞𝐫 ; 𝐉𝐞𝐧𝐲𝐨𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang