S A T U ☑️

1.3K 117 14
                                    

Dua hari terlewati, dua hari pula hubungan Seulgi dan Taeyong berakhir.

Bagi Seulgi, melupakan seseorang yang pernah ia miliki dan cintai itu sulit dan nyaris mustahil. Keadaan semakin dipersulit begitu tahu bahwa Taeyong menyukai Jennie, sahabatnya sendiri.

Mengingat itu, rasanya ingin tertawa. Aneh saja. Bagaimana mungkin Taeyong bisa menyukai Jennie? Sedangkan, selama ini Jennie nyaris asing kehadirannya bagi Taeyong.

Seulgi sadar siapapun pasti akan menyukai Jennie. Selain cantik ia juga pekerja keras. Tapi kenapa harus Jennie? Jika itu cewek lain, mungkin Seulgi masih bisa menerimanya dengan lapang dada. Tapi, Jennie? Jangan salahkan Seulgi jika sampai sekarang ia masih menyalahkan Jennie atas semua kejadian yang ia alami.

Seulgi gak pernah mempermasalahkan cowok dalam hubungan persahabatannya. Apalagi sampai menghancurkan persahabatan mereka karena seorang cowok. Tapi kini masalahnya berbeda, jika benar berarti sama saja Jennie menghianatinya. Seharusnya Jennie jujur sejak dulu bahwa dia memiliki hubungan spesial dengan Taeyong, maka Seulgi tidak akan sesakit dan semarah ini. Mungkin dia akan coba merelakan, meski memakan waktu yang cukup lama.

Mengingat bahwa hubungan persahabatan mereka sudah cukup lama, Seulgi rasa tidak akan sulit untuk mengatakan hal itu, pikirnya.

Seulgi mengerang, ia menjambak rambutnya sendiri. Terlihat frustasi di atas kasur yang kusut akibat pergerakannya barusan.

Drtt ... Drtt ...

Sambil berdecih, Seulgi menoleh ketika mendapati ponselnya di atas nakas bergetar. Melihat nama penelepon membuatnya sukses mendengus keras. Siapa lagi? Jennie.

"Halo."

"Jalan yuk Gi," sambar Jennie begitu telepon diangkat. Dulu kebiasaan buruk itu bisa dengan mudah Seulgi pahami, tapi sekarang mendengarnya saja sudah menggelikan. Iya, segitu marahnya Seulgi pada Jennie yang seharusnya tidak tahu apa-apa.

Seulgi mendelik lalu menggembuskan napas, menenangkan diri. "Gue—-"

"No, no, no gue gak terima penolakan. Soalnya, udah lama banget kita gak jalan bareng," paksa Jennie di seberang sana. Seulgi mendengus pelan kemudian melirik jam tangannya. Bisa-bisanya Jennie bersikap baik-baik saja. Seharusnya cewek itu malu karena sudah menikung teman sendiri.

"Lima belas menit lagi gue sampai di cafe biasa."

"Lima belas menit, hm ... ok deh," Seulgi mematikan sambungan telepon sepihak lantas menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Pikirannya kembali menjelajah ke mana-mana. Tidak ada asap jika tidak ada api. Maka realitanya, Taeyong tidak akan menyukai Jennie jika cewek itu tidak menarik atau memberi perhatian lebih, kan?

Seulgi tahu dia egois. Sangat tahu.

💋💋💋

"Lo sama Seulgi putus?" Jaehyun menepuk pundak Taeyong gak percaya. Ya, logika saja, bagaimana bisa pasangan—yang Jaehyun tahu selalu jauh dari masalah—tiba-tiba putus begitu saja.

Taeyong diam, malas menjawab pertanyaan tak penting yang Jaehyun ajukan. Taeyong malah asik dengan gamenya tanpa mempedulikan Jaehyun yang kini terus menuntutnya untuk bicara.

"Oii, titisan monyet Korea!" Jaehyun menggoyang-goyangkan bahu Taeyong yang balas mendengus. Sesekali matanya berhenti pada keramaian taman, lalu menoleh lagi pada Jaehyun di sampingnya.

"Kepo banget lo!" Ketus Taeyong sebal. Bukannya dia ingin merahasiakan ini dari Jaehyun, hanya saja dengan suasana ramai seperti sekarang akan sangat sulit untuk menjelaskan semuanya, yang ada mata mereka keburu panas menyaksikan keramaian di sini.

Bukan, Jaehyun namanya kalau pantang menyerah. Cowok itu kembali melayangkan pertanyaan yang sama.

"Jawab gak! Lo putus sama Seulgi?"

Rasanya Taeyong ingin melayangkan satu pukulan ke wajah mulus sahabatnya itu. Tapi, sabar. Orang ganteng gak boleh emosian.

"Iya! Gue bosan sama cewek manja kayak dia. Mau apa lo?" Sewot Taeyong setelahnya.

Mendengar itu, kening Jaehyung mengkerut. Selama ini yang Jaehyun tahu hubungan mereka adem-ayem aja tuh kayak tai kucing. Sekarang kenapa malah bilang bosan?

Tadi pagi saat datang ke tempat tongkrongannya, Johnny bilang bahwa Taeyong kembali menduda. Ada aja emang bahasanya si Johnny. Dan penyebabnya tidak lain tidak bukan adalah karena keterlibatan Jennie—sahabat Seulgi. Maka dari itu, Jaehyun cepat-cepat menjumpai Taeyong untuk bertanya apakah rumor itu benar atau hanya bualan Johnny semata.

Ternyata, rumor tentang Taeyong yang kembali menduda a.k.a menjomblo itu benar adanya. Tetapi, alasannya semakin membingungkan.

"Lah, bukannya lo putus karena Jennie?"

Alis Taeyong terangkat sebelahnya. "Jennie? Jennie siapa? Temennya Seulgi itu? Yang jutek kayak ibu-ibu kos itu? Ogah!" Seru Taeyong. Jaehyun meneguk ludahnya, masih setengah bingung. "Emang ya telinga lo kayak ibu-ibu komplek. Gue bohong perihal gue suka sama Jennie. Cuma alasan buat putus. Yang paling bener, ya itu, gue bosan."

"Enteng banget lo ngomongnya. Untung aja lo ganteng. Kalo buruk rupa, gak yakin gue lo masih hidup sampai sekarang." Mendengar itu Taeyong melotot, tapi tetap memilih diam.

Jaehyun menggeleng gak habis pikir aja gitu. Taeyong masih sama saja, gak berubah. Meski benar-benar setia pada orang yang dia sayangi, tetap aja dia itu pria ter-brengsek di dunia. Jaehyun doakan semoga Taeyong dapat jodoh yang galak sekalian. Biar jera.

Atau dapat karma karena mempermainkan perasaan wanita.

"Dasar buaya! Bisa-bisanya lo pake nama Jennie yang notabene sahabatnya Seulgi buat mutusin dia." Jaehyun masih belum selesai ngehujatnya. Masalahnya, permasalahan ini sampai merusak hubungan persahabatan seseorang, bagaimana Jaehyun bisa tenang?

Taeyong bersedekap. "Ya, terus? Gue harus bilang gue bosan? Brengsek banget gue kelihatannya."

Jaehyun menoyor kepala Taeyong membuat cowok itu meringis.

"Emang lo brengsek, tai kudanil!" Jaehyun jadi gemas sendiri lihatnya. "Heh, denger, ya. Pertemanan cewek sama cowok itu beda, mungkin cowok mikirnya bakal pake logika, lupain dan paling bentar udah baikan lagi. Kalo cewek? Pake hati dan gak nunggu seminggu, dua minggu, proses memafkankannya lama." Jelas Jaehyun merasa jengkel. "Lo mau jadi pemeran utama sinetron Azab, Yong? Mending, buru tobat deh lo."

Taeyong berdecih. "Bukan urusan gue. Mending tutup mulut lo itu. Udahlah males gue ngomongin Seulgi. Masa lalu buat gue." Sahut Taeyong santai, gak menghiraukan apapun yang Jaehyun katakan.

Jaehyun menghembuskan napas lelah. Ia sempat merasa tidak dihargai, tapi ya sudahlah. Itu terserah Taeyong, toh tugas untuk mengingatkan sudah ia lakukan.

"Yaudah, tapi saran gue, lo harus cepat-cepat minta maaf terus jelasin yang sebenarnya." ucap Jaehyun sebelum melengos pergi meninggalkan Taeyong di taman itu sendirian.

Taeyong berdecak pelan, wajahnya tertunduk. "Gue tau."

💋💋💋


Buanyak bacot, skip,,,><

𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭𝐛𝐫𝐞𝐚𝐤𝐞𝐫 ; 𝐉𝐞𝐧𝐲𝐨𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang