Dua Belas

552 58 3
                                    

"Eh anjir, gila ni cowok ya." decak Jennie kaget sambil sesekali merapikan bunga-bunga karena toko sudah mau tutup. Pukul 16.30.

"Gila aja, gue capek kali. Gak peka banget ni cowok ya!" Geram Jennie meremas salah satu buket bunga. Jennie tersadar langsung meletak buket tersebut ditempat semula sebelum ketahuan mami yang sedang beres-beres di dalam.

Namun tiba-tiba mami keluar dan menghampiri Jennie. "Jen, udah kamu pulang aja. Udah mau malam juga. Eh kenapa Jen?" tanya mami langsung saat melihat wajah tertekuk Jennie. Jennie segera tersenyum lalu menggeleng seperti tidak ada masalah.

"Gak ada Mi." tukas Jennie membuat mami malah berdecak lalu menyentuh bahu Jennie pelan. Jennie malah terkejut di buatnya.

"Cerita aja sama mami Jen, kamu itu udah kayak anak mami sendiri tau." Ucap mami mengajak Jennie duduk di kursi pojokan toko. Jennie tersenyum, Mami memang terkenal pemarah tapi tak bisa dipungkiri dia adalah wanita paruh baya yang baik hati.

Jennie menghela napasnya sebentar, apa pantas dia mengatakan ini kepada mami? Setelah berpikir, Jennie akhirnya menceritakan apa yang telah dia alami, tentang Taeyong lebih tepatnya. "Jadi gini Mi. Beberapa minggu yang lalu, aku ketemu cowok dan cowoknya itu nyebelin abis, Mi, sering buat aku kesal gak jelas gitu. Nah, terus malam ini itu dia ngajak aku ketemuan kira-kira jam setengah 8 nanti, kan akunya capek, Mi. Aku heran, masa dia gak tau sih aku capek? Aku kan kerja." Jelas Jennie panjang lebar dengan oerasaan jengah. Mami menggeleng-geleng, masalah anak muda, toh. Mami menepuk pundak Jennie lagi.

"Ternyata masalah cowok ya? Mami kira masalah apaan." Mami tertawa pelan sebelum melanjutkan perkataannya. "Gini ya mami kasih saran. Dulu, Suami Mami juga gitu Jen, nyebelin, suka bikin kesal mami, sampai-sampai mami malas gitu ketemu atau bahkan bicara sama dia. Tapi dia tetap aja bikin mami kesal, mau mami senang atau gak. Pokoknya mami benci banget sama dia, tapi saat dia gak ada sehari aja, perasaan mami gak enak, khawatir, sepi karena gak ada yang gangguin mami lagi. Dan akhirnya mami sadar," Mami terdiam sebentar, menatap dalam mata Jennie. "Mami butuh dia Jen, mami butuh kehadiaran dia." Jennie tertegun. Apa dia seperti itu juga?

Mami menarik napas sebelum kembali melanjutkan ceritanya. "Kamu kenapa dia suka begitu ke kamu? Kenapa dia terus jahilin kamu, bikin kesal kamu, maksa terus ketemu kamu? dan itu cuma kamu?" Tanya mami yang langsung di balas Jennie dengan gelengen.

"Karena dia mau oerhatian kamu." Setelah mengucaokan itu, mami tersenyum penuh arti membuat alis Jennie bertaut, gak mungkin lah. Taeyong kan baru putus sama Seulgi masa langsung ke Jennie. Bakat banget selingkuhnya, begitu pikir Jennie.

"Jadi saran mami, kamu jangan terlalu benci sama orang kayak dia. Karena kita gak penah tau apa yang bakal terjadi selanjutnya. Entah itu kamu suka atau kamu gak suka, kita gak bisa prediksi semua itu. Kamu cukup serahkan sama Tuhan dan perasaan kamu aja, ikutin kata hati kamu. Tapi kalo kamu gak suka, kamu bisa tinggalin, tapi kalo kamu suka, coba belajar buka hati buat dia." Jennie menelan salivanya, masa sih seprti itu? Apa Jennie harus mendengar kata-kata mami? Jennie meregangkan kakinya.

"Oke, Mi. Makasih ya udah kasih saran buat Jennie. Yaudah deh, Mi, udah mau malem. Jennie balik dulu ya, Mi." Pamit Jennie sambil menyalim tangan Mami, selanjutnya Mami memeluk Jennie sebentar sebelum mengizinkannya pulang.

Jennie melangkah pergi menjauhi toko menuju halte. Jennie berjalan pelan dan masih tenggelam dalam perbincangan dirinya dan Mami tadi. Apa benar Taeyong ingin perhatiannya? Jennie menggeleng pelan. Lalu meraih ponselnya dari dalam tas.

It'sJennie : oke:<

Ntahlah, Jennie rasa tak ada salahnya untuk mencoba jika itu benar.

Read.

💋💋💋

"Yeon, lo gak ada orang yang disuka gitu?" Tanya Seulgi merebut remot TV dari tangan Nayeon, mereka tambah dekat dari hari ke hari. Nayeon mendengus.

"Punya."

"Trus dia tau lo suka dia gak?" tanya Seulgi lagi sambil menukar channel TV.

Nayeon menoleh, "tau, tapi gimana ya, banyak PHO nya. Makanya gue mau hancurin mereka satu persatu." ucap Nayeon serius. Seulgi mangut-mangut masih kurang ngerti dan gak terlalu peduli.

"Kaya Jennie ya." Nayeon mengangguk sedikit tersentak dengan celetukan asal Seulgi.

Emang dia dan lo juga, batin Nayeon melengkapi. "Oh iya, kapan rencana kita mulai nih." Kali ini Seulgi menoleh.

"Tenang, tadi malam gue udah pikirin semuanya. Kita tunggu waktu yang tepat." Ujar Seulgi membuat Nayeon pengen loncat-loncat senang sekarang, tapi urung Nayeon hanya tersenyum tipis seakan dia hanya mendukung dan tidak terlalu peduli.

"Mau tau dong gue." ucap Nayeon setelahnya, Seulgi mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Nayeon mendekat.

"Lo pasti bakal senang juga Yeon." Nayeon mengangguk, Seulgi membenci Jennie saja sudah membuatnya senang.

"..."

Senang? Nayeon senang sekali. Kali ini ia tak harus menggunakan tangan sendiri menghancurkan Jennie, masalahnya kali ini. Taeyong sebentar lagi akan berpaling kepadanya.

Dasar Seulgi bodoh.

💋💋💋

𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭𝐛𝐫𝐞𝐚𝐤𝐞𝐫 ; 𝐉𝐞𝐧𝐲𝐨𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang