L I M A ☑️

784 97 7
                                    

Jennie bersenandung kecil dengan langkah santai menuju kafe tujuan yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Hanya perlu berjalan kaki dan tinggal satu belokan lagi lalu menyeberangi jalan raya, siluet kafe dengan bermacam-macam lampu tumbler terlihat dari tempatnya berdiri.

Jennie sebenarnya enggan untuk bertemu Taeyong malam ini, terlebih karena Taeyong itu berstatus mantan Seulgi yang artinya pernah menjalin hubungan dengan Seulgi. Apa kata orang kalau tahu sahabat Seulgi malah bertemu dengan mantan pacar Seulgi? Bisa-bisa Jennie dijudge pelakor lagi.

Tapi, Jennie tidak bisa mengabaikan fakta bahwa kantongnya saat ini benar-benar kering. Akhir bulan memang dapat merusak segalanya. Jennie harus tebal muka jika ingin makan enak sepuasnya. Yang tentunya akan berakibat fatal tanpa Jennie sadari.

Jennie menghela napas sebelum melangkah masuk ke dalam kafe. Pandangannya sedikit mengedar sebelum menemukan sosok Taeyong yang duduk tenang dengan segelas kopi di hadapannya.

Mudah saja menemukannya. Gaya mencolok bak model yang baru saja pulang dari pemotretan membuatnya menerima banyak perhatian. Melihat itu, Jennie minder sendiri. Dandanannya malam ini terlihat amat biasa, bisa-bisa ia dikira babunya Taeyong lagi.

Eh, tapi salahkan Taeyong. Memangnya dia segitu niatnya ya ketemu Jennie sampai berpakaian super duper berlebihan itu. Kalau Jennie, sih, enggak. Udah jelas kalau Jennie ini pejuang makanan, gak ada niat lain pokoknya.

Jennie memaksa kakinya tetap berjalan ke arah Taeyong, mengabaikan tanggapan orang-orang nantinya.

"Idih, serius banget masnya," Jennie menghempaskan tasnya ke atas meja hingga membuat Taeyong mendongak dan tersenyum kala mendapati Jennie sudah menempati kursi di depannya.

"Eh, jadi datang, ya? Saya tuh udah nunggu lebih dari setengah jam loh, ya. Padahal tadi siapa tuh yang nyuruh saya datang cepat-cepat, aduh mendadak amnesia saya," ledek Taeyong dengan seringai jahilnya.

Mendengus, Jennie mengangkat tasnya berniat untuk melemparkan benda itu ke Taeyong, "Ngomong kayak gitu lagi, gue lempar nih!" Sergah Jennie, perlahan menurunkan tasnya sebab orang-orang mulai kepo dengan apa yang terjadi. "Gue tuh ogah ketemu lo. Ingat ya, kalo bukan karena makanan gratis, amit-amit gue ngeluarin tenaga buat ke sini. Apalagi ketemu lo!" Dengus Jennie sok jual mahal.

Taeyong cuma cengengesan melihat tingkah konyol Jennie, hal kecil seperti itu entah mengapa mampu membuatnya senang. Padahal, jika dipikir lagi, alasan mengapa Taeyong mengajak Jennie bertemu itu tidak berakar. Dia hanya bosan berada di rumah.

"Iya-iya, tau. Yaudah, pesen aja, gue yang traktir." Ucap Taeyong menaik-turunkan alisnya. Mendengar itu, mata Jennie langsung berbinar.

Tapi detik berikutnya, gadis itu menggelengkan kepalanya. Jennie memicingkan mata, curiga.

Jangan terpengaruh, Jen! Nanti kalo gue pesen banyak-banyak ntar yang disuruh bayar gue lagi? Pikir Jennie sok tau.

Taeyong yang sepertinya sadar dengan apa yang Jennie pikirkan, buru-buru menyela. "Gue yang bayar, astaga."

Baru setelah itu, wajah Jennie kembali cerah. Dia segera memanggil pelayan dan meminta pesanan yang benar-benar banyak tanpa mempedulikan Taeyong yang hampir kena serangan jantung di tempat.

"Oh, iya. Ngomong-ngomong ngapain nyuruh gue ke sini? Tiba-tiba banget lagi." tanya Jennie.

Taeyong menopang dagu dengan tangannya. "Kangen."

Jennie kembali mengangkat tasnya, kali ini sungguh-sungguh ingin melemparkan benda itu. Jennie menatap cringe.

"Eh-eh, bercanda! Lo ih, gak bisa dibercandain. Galak amat." Taeyong meringis, lalu menurunkan kedua tangan yang tadi dijadikan tameng untuk menghindari kebrutalan Jennie.

𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭𝐛𝐫𝐞𝐚𝐤𝐞𝐫 ; 𝐉𝐞𝐧𝐲𝐨𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang