"Junhui! Sekarang kau tidak bisa pergi kemana-mana lagi dan kau harus menjawabnya sekarang." Teriak Yura yang merentangkan tangannya untuk menutupi pintu yang akan di lewati oleh Jun.
Jun hanya berhenti di tempat dan menatap Yura dengan datar. Ia menjilat bibirnya sambil menghela napas dengan kasar.
"Minggir."
"Tidak sebelum kau menjawabnya sekarang."
"Menjawab apa sih?" Tanya Jun dengan datar. Ia menjilat bibirnya lagi. Sepertinya hal itu adalah kebiasaan seorang Jun.
"Aku menyukaimu, maukah kau menjadi pacarku?" Tanya Yura dengan sabar. Bayangkan ini adalah kelima kalinya ia menyatakan cinta kepada Jun dan lima kali pula ia langsung didiamkan tanpa diberi jawaban.
Jun terdiam sebelum kemudian berjalan mendekati Yura dan memegang salah satu tangan Yura dan dengan tenanganya langsung menurunkan tangan yang menghalangi jalannya. Ia langsung melewati Yura tanpa memberi jawaban lagi.
"Cih, sabar sekali aku." Decak Yura sambil mengejar Jun.
Tujuan Jun ternyata adalah sebuah hutan dekat kampusnya. Entahlah, untuk apa pria yang ia puja ini pergi ke hutan itu.
Mereka semakin berjalan memasuki kedalam hutan. Sampai ia merasa cukup dalam, Yura mulai merasa tidak nyaman dengan suara-suara burung yang ingin pulang kerumahnya mereka masing-masing karena memang hari sudah menjelang malam.
"Jun, tunggu." Panggil Yura yang membuat Jun berhenti tanpa membalikan badannya.
"Untuk apa kita kesini?" Tepatnya ia ingin bertanya untuk apa Jun ke sini?
Jun membalikan badannya dan memberikan senyum manis dan berkata, " aku juga menyukaimu, Yura."
Betapa bahagia dirinya ketika mendengar hal itu dari mulut Jun. Ia langsung langsung berlari memeluk Jun dengan erat.
"Tapi sebagai makananku."
"Eh?" Sebelum sempat bertanya lebih lanjut. Jun yang sedari tadi sudah mengeluarkan pisaunya, langsung menggoreskan leher Yura dengan cukup dalam.
"Aaakh!!!" Yura memegang lehernya dan ingin berjalan mundur. Namun Jun memeluk dengan erat sambil menenggelamkan kepalanya pada leher Yura sambil menjilati darah yang keluar dengan deras itu.
"Aneh, Ada rasa menyenangkan ketika melihatmu seperti ini."
.
.
.
"Lahap sekali kau memakannya." Ucap seseorang yang membuat Jun terlonjak kaget. Bukankah dia sudah berjalan dengan cukup dalam? Bagaimana bisa ia ketahuan?"Si..siapa?" Tanya Jun pelan tanpa berani membalikan badannya.
"Aku? Jeonghan. Salam kenal."
"Apa maumu?"
"Mengajakmu ke suatu tempat, kebetulan aku akan ke sana. Mau ke sana? "
"Tidak terima kasih. Sampai jumpa." Jun segera bangkit berdiri dan ingin berjalan pergi. Ia akan menguburkan sisa-sisa makanannya nanti setelah pria itu menghilang.
"Di sana semua orangnya mirip sepertimu loh. Yakin tidak mau pergi?" Tanya Jeonghan lagi.
Jun membalikan badannya dengan pelan, ia melihat Jeonghan yang sangat cantik. Ia meragukan apakah yang berada di hadapannya ini adalah seorang Pria.
"Hei?"
"Ya?"
"Kau mendengarkan ku?"
"Apa?"
"Ayo kita pergi ke Seventeen. Di sana kau tidak akan merasa sendirian dan terintimidasi seperti ini. "
"Apa itu Seventeen?"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our story (Seventeen psychopath series)(completed)
Mystery / Thrillersebuah cerita dimana mereka menemukan sebuah rumah yang bernama Seventeen Rank #419 on mystery category Rank #20 on psycopath category