7

1.3K 137 4
                                    

Minghao menguap untuk kesekian kalinya sambil menatap layar lebar dihadapannya ini. Saat ini kedua pemeran utama tampak berpegangan tangan dan saling berteriak-teriak karena sebentar lagi sang pria akan segera naik ke dalam pesawat. Sedangkan untuk si wanita, dia ditahan oleh kedua bodyguard orang tua si pria.

Klise sekali

Itu lah yang dipikirkan Minghao. Ia sangat tidak menyukai sesuatu yang sangat mudah ditebak. Masih mending jika mudah ditebak namun endingnya bagus. Tapi ini? Kenapa setiap cerita harus berakhir dengan Ciuman?pelukan?atau lebih parah lagi seperti sekarang ini, si pria bertengkar dengan para bodyguard dan menarik tangan si wanita untuk berlari bersama. Kenapa semua cerita harus berakhir dengan cinta? Itu tidak menarik sama sekali.

Ia melirik Chengxiao, kekasihnya yang sekarang sedang menghapus ingus dan air matanya tanpa melepas pandangan dari layar. Bagaimana bisa hal seperti ini membuatnya menangis? Ini bahkan tidak seru sama sekali.

Minghao menghela napas dan kembali memberikan tisu kering kepadanya. Ya, tugasnya sedari tadi adalah memberikan lembaran tisu itu kepada Chengxiao karena ia tidak tahan jika gadis itu mengelap ingusnya di lengannya.

Film berakhir dengan tepuk tangan dan sorak-sorakan dari penonton yang terbius dengan alurnya. Minghao hanya dapat menghela napas dengan lega karena ia tidak perlu berkutat lebih lama lagi dengan film membosankan seperti itu.

"Ayo pergi." Sebagai kekasih yang baik, Minghao pun menbantu memungut tisu-tisu bekas itu dan dimasukan kedalam tempat popcorn yang telah kosong. Setelah itu memegang tangan gadisnya untuk pergi.

"Bagaimana filmnya? Sudah kubilang Film itu sangat bagus. Kalau tidak, tidak mungkin bisa membuatku menangis!" ucap Chengxiao dengan semangat sambil mengingat scene-scene favoritnya.

"hmmm..." hanya itu yang diucapkan oleh Minghao sambil melirik area sekitar mall karena dirinya telah lapar.

"Hmm, kita makan apa ya enaknya?" tanya Chengxiao yang menyenderkan kepalanya kelengan Minghao.

"Steak?"

"tidak, aku kemarin sudah makan itu dengan keluargaku."

"shabu-shabu?"

"bukankah itu terlalu berat untuk dimakan siang begini?"

"Pizza?"

"astaga, itu akan membuat berat badanku naik dengan cepat!"

Minghao akhirnya menghela napas dan menatap Chengxiao dengan kesal. Kenapa gadis ini tidak menurut saja sih? Toh dia juga yang makan paling banyak dan dia juga yang membayar semuanya.

"Jadi mau makan apa?" Minghao berusaha menurunkan nada suaranya.

Chengxiao tampak berpikir sebelum kemudian muncul sebuah ide , "Ayo kita piknik!"

"huh?"

"Ayo kita pergi ke supermarket, lalu beli beberapa roti dan buah, ah dan jangan lupa pisau kecil untuk memotong buah-buahnya! Makan siang kali ini pasti sangat menyegarkan!" Chengxiao berteriak dengan semangat.

Sebelum Minghao sempat membalas, tangannya sudah ditarik dan akhirnya ia mengikut ke arah supermarket. Mereka pun membeli apa yang mereka butuhkan. Tepatnya hanya Chengxiao saja, sedangkan dirinya hanya berjalan ke arah obat-obatan. Sepertinya   membeli obat tidur lebih baik agar Chengxiao bisa segera mengantuk dan akhirnya ia bisa mengantarnya pulang. Lalu kegiatan berkencan selesai.

Ia membayar terlebih dahulu sebelum kemudian berjalan menuju stand yang menjual jus buah. Ia memesan 1 jus nanas favoritnya dan juga 1 jus semangka favorit Chengxiao. Ia menaburkan bubuk obat tidur kedalam jus semangka Chengxiao lalu kemudian mengaduknya.

Our story (Seventeen psychopath series)(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang