Bahagia itu bukan berarti memiliki semua yang kita cintai,
Tapi mencintai semua yang kita miliki.Pagi yang cerah di hari libur, oh sungguh kebahagiaan yang tak terhingga, tak berbeda dengan hari libur lainnya, aku rutin jogging dengan kakakku, bang nico.
"Bang, abang kan cowok nih, kalau ngeliat cewek pingsan dijalanan abang bakal nolongin nggak?" tanyaku pada kak nico sambil jogging, yah aku penasaran jawaban dari sudut pandang laki lakinya.
"Ya nggaklah, palingan abang panggil orang lain buat tolongin dia" sudah kuduga, abang ku yag satu ini emang cueknya diluar batas, padahal gantengnya gak ketulungan, badannya juga bagus, tinggi dan dihiasi lesung pipi.
"Ampun deh bang kalau abang segini cueknya kapan aku bisa punya kakak ipar" keluh ku padanya "ya itu mah beda, ngapain juga abang tolongin orang yang nggak dikenal, ntar kalau abang dihipnotis terus dirampok gimana?"
Oke dia mulai berkhayal berlebihan "dia pingsan bang" ujarku malas "siapa tau boongan" Ah nggak tau deh, susah ngomong sama abang, gak ngerti ngerti, "sudahlah lupakan"
Aku menghentikan pembicaraan "tapi dek, kalau ada cowok yang tolongin cewek pingsan itu artinya dia udah kenal ama tuh cewek atau nggak dia emang udah perhatiin cewek itu dari lama" jelasnya,
Kalau memang begitu berati si ari udah perhatiin aku dari lama dong wahhh asiiikk. "bang istirahat dulu" ujarku "oke, dek beli minum dong" pintanya manja padaku, ya Allah nih abang ngeselin banget
Daripada berdebat langsung aja kubelikan, "oi centil" suara yang familiar, refleks aku menoleh "lagi ngapain?" tanyanya "YA LAGI JOGGING LAH" jawabku kesal "ya udah santai dong, nggak usah nge-gas" jawabnya datar
Wadoh kenapa gas ku langsung keluar sih kalau ketemu sama kak black mask, santai ina santai
"Dek, kok lama banget?" abang menyusulku, syukurlah penyelamat datang "weh bro apa kabar nih, lama juga nggak ketemu ya" dan menyapa hangat kakak masker, "haha yoi nih, kabar gue baik baik aja nic, ini adek lo?" tanya kakak masker yang mendadak akrab dan asik "yoi ini adek gue, kapan kapan main kerumah dong bro" ajak abangku "siap, gue duluan nic, masih ada urusan soalnya" "sip"
Mereka berpamitan, kak masker menatapku sekejap dan langsung pergi.
*********
Ternyata mereka saling mengenal, nggak kaget sih sikap mereka sama sama cuek jadi gak bakal heran kalau mereka sebenarnya sahabat
"Dek, kamu nggak tanya ke abang dia siapa?" tanya abang padaku "nggak" aku menjawab santai, karena memang tidak ada yang perlu ditanyakan, semua sudah jelas
"Kok gitu, biasanya adek orang lain bakal nanya, atau kamu udah kenal ya?" abangku mulai rewel kalau soal jodoh jodohin "ayo dong dek, kalau emang udah kenal, bilang aja ke abang, atau memang kalian sudah jadian ya?" bang nico terus menggodaku benar benar menguji kesabaran
Aku tak menjawabnya dan langsung pulang tanpa meladeni rentetan pertanyaan nya, ya gusti jogging macam apa ini ? bukannya rileks malah emosi, tapi sikap apa tadi? Kok kak masker itu ramah banget yak? Berlawanan dengan saat bertemu aku, teman satu kampus abang mungkin? Tapi abang lebih sering mengunjungi tebing sih daripada kampus, walaupun begitu abang tetap bersih, wangi, dan rapi, nggak seperti anak tebing lainnya, tapi kok masih jomblo ya? Sadarlah dirimu sendiri ina, kau pun jomblo
"Dek, kamu kan jomblo terus nih, abang kenalin ke teman abang ya?" tanyanya setiba diruang tamu, dari pada menjawab aku lebih memilih diam, nggak tau harus gimana "orangnya baik, ramah, asik, dia juga pinter main musik, pokonya perfect deh" lanjutnya
Dimana mana mak comblang pasti bakal bagus bagusin pelanggannya kan lagian emangnya ini acara biro jodoh, terlebih lagi aku udah temuin orang kayak gitu tau, my prince ari
"Kok kamu diem aja sih?" mak comblang mulai gemas "emang siapa orangnya?" tanyaku penasaran "itu yang tadi pagi ketemu kita" "Hah?! Ahahaha" tawaku meledak, abang bilang kak masker itu ramah? Baik? Asik? Please deh bang dia Cuma jago ngomel, pasti abang nggak kenal dia dengan baik "kok ketawa?" tanyanya bingung "nggak" ku menjawab singkat dan langsung pergi ke kamar.
*********
Seharian aku menghabiskan waktu dengan mengerjakan tugas sekolah yang bejibun, tugas kalau di diemin semakin berkembang Biak.
Kini saatnya menyentuh ponsel ku, terasa rindu sekali, eh ada notif dari nomor tak dikenal "hoi centil !" seperti kenal kalimat ini, siapa ya?...
Woohh NANI?! kak black mask?! Darimana dia dapat nomorku? Notif masuk lagi "Saya dapat nomormu dari nico" Yah oke ini salahku, salahku, aku tak menolak perjodohan yang dilakukan tuan comblang itu, tanpa kata TIDAK abang menganggapku setuju, abang macam apa dia itu? Menyerahkan adiknya pada black mask devil ini.
Oh cukup kenapa nama julukannya keren sekali? Inaa berhenti menentukan nama panggilan orang.
Menyerah saja pada takdir "Ya kak, ada apa?" membalas pesannya seperti menyerahkan nyawaku pada malaikat maut "Gpp" balasan yang cukup mengundang emosi "Cuma iseng" menambah kadar amarah yang ada, nggak berniat bales lagi ih.
"Oyasuminasai ina, tidur nyenyak ya..." What?! Nani?! Mwo?! APA?! ini kak black mask sungguhan? Dia konslet? Ya Allah cuma pesan begini doang kenapa harus direspon berlebihan sih ina, santai dong "Iya kak" kuingin marah... Melampiaskan..
Harusnya omelin kakak itu na! Ngapa malah diiyain coba? Makin nyengir lebar aja dia... Molla, tidur aja lah. Jarang jarang dia nggak ngundang emosi, walaupun dia udah baik, dihatiku cuma ada my prince Ari titik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our destiny
Teen FictionSemua yang terjadi dulu, kini dan nanti adalah takdir, Kita gak pernah tau bagaimana endingnya karena semua yang kita jalani adalah sebuah awal.