Kini sudah seperempat tebing ku panjat, tapi sepertinya aku tak kuat lagi, aku nggak mau turun dan terus memaksakan diri untuk naik.
“Oi centil! Ayo turun dulu” ajak kak black mask “saya belum lelah kok” aku mencoba untuk kuat “nggak usah memaksakan, ayo cepet” ia mengajakku turun, tapi aku bersikeras untuk tetap maju “saya nggak capek” ucapku dengan nafas terengah-engah “yaudah, saya yang capek nih, ayo turun” ia kelelahan, jadi aku turun juga bersamanya.
Sampai dibawah nafasku tak bisa diatur, bang nico dan yang lainnya sudah hampir menyentuh puncak, rasanya sangat lelah,
Tiba-tiba saja aku mimisan segera kucari tisu.. dimana sih.. aku sibuk mencarinya dan kak black mask langsung mengelap darah yang keluar dari hidungku dengan bajunya “tuh kan!! Maksain naik sih!! Kalau udah capek ya turun!! Nggak usah sok jago!!” ia mengomeliku
“Kalau saya bilang turun ya turun!! dasar centil bandel!!” aku melihat kekhawatiran dari matanya, pemandangan ini sangat imut, aku menyukai kekhawatirannya “iyaa” jawabku sambil tersenyum
“Apa senyum-senyum?!” teriaknya kesal, aku tertawa sambil menatap wajahnya yang tertutup masker, dan hanya menunjukkan mata bulatnya
“Maaf ya.. kita jadi nggak nyampe-nyempe” aku meminta maaf karena selalu naik turun ditengah perjalanan “kan saya yang suruh kamu turun, nggak usah minta maaf” jawabnya sambil sibuk membalut jariku yang lecet karena batuan, aku menyukainya.. kak black mask.. orang yang kusukai melebihi ari..
“Dah siap?” tanyanya bersemangat “siap!!” aku berteriak bahagia, dan melanjutkan tanjakanku,
“Kali ini pasti full” gumamku “nggak usah langsung full centil!!” ia mendengarnya, kami berhenti mengobrol karena udara terasa tipis disini.
Sudah setengah perjalanan, mataku berkabut dan kepalaku sangat pusing, aku berhenti menanjak “ada apa? Ayok turun” kak black mask mengajakku turun lagi, tapi aku tak menjawabnya, aku sibuk berpegang erat menahan pening agar aku tak jatuh
“Oi centil ayok turun!” kak black mask mengajakku dengan nada khawatir, aku melangkah perlahan turun, sudah hampir sampai kebawah tiba-tiba aku tak sadarkan diri...
.
.
.
.
.
.
“Oi centil!! Bangun!!” samar samar aku mendengar suaranya, mataku terbuka lebar dan melihat mata kak black mask yang sembap“Kakak kenapa?” tanyaku heran “kamu yang kenapa?! bikin khawatir aja!!!” omelnya padaku sambil sesenggukan, ia menangis? Aaa cute..
“Maaf..” ucapnya lirih “maaf saya sudah mengajak kamu ketempat seperti ini, maaf sudah membahayakan kamu. saya mengira kamu adalah cewek kuat, tapi ternyata kamu juga punya sisi lemahnya, saya udah bikin kamu menderita”
Ia meledekku ya.. dia bilang aku cewek lemah? Huhh belum tahu dia “What the hell.. kakak bilang saya lemah? Ckckck salaahhh.. ini kan karena pertama kali” ujarku kesal
“Ya iya mangkanya saya minta maaf, harusnya saya sadar, jalan ke mall aja kamu nggak tau apalagi manjat tebing kayak gini” ia mengatakan kekhawatirannya tapi terasa menyebalkan untukku
“Itu kasihan atau hinaan?” tanyaku memalingkan pandangan, disambut gelak tawanya yang bersuara aneh karena menangis
“Saya takut kamu kenapa-kenapa tadi” ia menatap mataku “saya nggak apa-apa, ayok lanjutin” ajakku semangat
“Nggak!! Ayok kita pulang..” ajaknya tanpa merasa bersalah “apa-apaan itu.. saya jauh jauh kesini buat memanjat, masa diajak pulang!!” aku mengomelinya
“Ntar kamu kenapa-kenapa ina, ayo pulang” ia menarik tanganku menuju mobil sewaan sambil sesenggukan seperti anak kecil
“Saya baik-baik aja kak, itu cuma faktor gugup jd gitu” aku berusaha meyakinkannya
“Tapi kamu sampai pingsan gitu..” ucapnya pelan “nggak masalah ih.. ayok cepet” aku menarik tangannya untuk kembali memanjat, kali ini aku pasti menggapai puncak.
Hari sudah hampir senja, sedikit lagi aku menggapai puncak “masih kuat?” kak black mask bertanya “iya” jawabku, ia masih berada dibelakangku, dan dalam sekejap aku berhasil meraih puncak,
Rasa puas mengalir di sekujur tubuhku.Abang, kak doni, dan kak ria menyambut diriku dan kak black mask, kami berhasil... aku menatap kak black mask puas
“Lama banget ya” ujar kak ria seraya mengelus rambutku “apaansih!!” kak black mask langsung menepis tangannya
“iihh ribet aja” ucap kak ria kesal “udah kalian nikmatin pemandangannya dulu, abang mau siapin tenda “gue ikutan” ujar kak ria dan kak dino bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our destiny
Teen FictionSemua yang terjadi dulu, kini dan nanti adalah takdir, Kita gak pernah tau bagaimana endingnya karena semua yang kita jalani adalah sebuah awal.