Chapter 12

1.7K 120 6
                                    

Makasih buat kalian yang sudah Vote&comment♡ yang belum jangan lupa Vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca guys♡♡♡

Jangan lupa tambahkan cerita ini ke ReadingList kalian yaa:) lovee u all♡ follow me.

Happy Reading
.
.
.
.
.

Setelah diperiksa dan akhirnya Lalisha sadar, dia melihat Samudra yang duduk disamping ranjangnya dengan raut wajah khawatir.

"Apa ada yang sakit?" Tanya Samudra lembut sedangkan Lalisha hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Sakit kepalanya udah reda? Rahang lo gimana? Masih sakit ngga? Itu memar loh! Kalau ada yang sakit bilang ya, jangan disimpen sendiri."

"Cerewet!" Tukas Lalisha kesal sambil menjawil mulut cowok itu.

"Ini tuh namanya perhatian Lalish! Kudet sih lo jadi ngga tau suasanakan!"

"Terserah gua lah. Siapa lo?"

"Dih, tuh mulut kenapa jadi pedes?" Ketus Samudra yang dihadiahi tawa Lalisha.

"Ciee, gitu dong ketawa! 'Kan makin cantik."

"Lo baru nyadar kalau gua cantik?" Canda Lalisha menaik turunkan alisnya.

"Ngga jadi muji, gua tarik kata-kata gua." Lalisha hanya menggedigkan bahunya tidak perduli.

Lalisha memijat keningnya pelan. "Kenapa Lalish? Sakit?"

"Cuma sedikit pusing aja."

"Yaudah lo istirahat gua ke kantin dulu beli makanan." Samudra meninggalkan Lalisha yang telah memejamkan matanya. Dia melangkah ke kelasnya menemukan kelas yang sunyi dengan guru BK yang terlihat marah didepan kelas.

"Wildya! Lo temenin Lalisha!" Tanpa tau malunya Samudra menyela ucapan gurunya itu, seolah tidak menganggapnya ada. Setelah itu dia melenggang ke arah kantin tanpa ucap lagi.

"Bu? Saya permisi." Bu Zee menggangguk mengizinkan muridnya itu, lalu melanjutkan ceramahannya sedangkan Fenny dan Reza sudah berada di ruang BK dengan guru killer yang lain.

"Wildya? Lo ngapain ke sini?" Tanya Lalisha, dia terbangun karena suara pintu yang terbuka, ia kira Samudra.

"Putra nyuruh gua jagain lo."

"Maaf ya ngerepotin."

"It's okey Lisha. Oh ya, gimana keadaan lo?" Tanya Wildya yang mendudukkan bokongnya ke kursi samping ranjang Lalisha.

"Baik kok. Kata Bu Ade gua cuma syok terus memar di rahang." Jawabnya mengulangi perkataan dokter di UKS-nya itu.

"Lo tau ngga sih-..."

"Ngga." Sela Lalisha.

"Gua belum selesai ngomong Lisha!" Lalisha terkekeh mendengarnya. "Tadi aksi lo itu kejutan banget buat temen sekelas!"

"Loh, kenapa emang?"

"Perkataan cabe lo, kelakuan berani lo bahkan jiwa penantang lo. Kita speechless banget tadi. Lo keren sumpah."

"He he he, kalian belum tau aja gua siapa." Candanya dengan kekehan kecil karena rahangnya masih sedikit sakit.

"Iya deh. Sekarang kita harus hati-hati kalau punya masalah sama lo." Tawa mereka berhenti ketika mendengar pintu terbuka dan muncullah sosok Samudra yang menenteng kresek hitam.

"Sono lo balik Dya! Gua yang temenin Lalish!" Lalisha mencubit lengan Samudra kesal, nih anak ngga tau berterima kasih ya!

"Maafin kelakuan Putra ya, Dya."

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang