Chapter 21

1.7K 109 15
                                    

Maaf lama ngga update.
Semoga ceritanya memuaskan kalian yang rindu sama Samudra dan Lalisha.

Yang ga rindu, pura-pura rindu aja ya, biar aku seneng. Hehe

Happy reading...

"Jangan ngelamun! Berapa kali gua bilang, habisin dulu makanan lo atau mau gua suapin?" Jika biasanya Lalisha akan bersemu kali ini dia hanya bisa memalingkan wajahnya berharap tidak berpandangan dengan Mikael yang tepat berada dibelakang bangku Samudra yang tengah menghadapnya, menguping pembicaraan mereka dengan senyum congah yang mengerikan.

"Lo kenapa sih? Gua buat salah ya?"

"Ke kelas yuk Sam. Gua ngga laper, bentar lagi juga bel masuk." Samudra mengangguk mengiyakan namun dia meminta Lalisha menunggunya, sementara dia sudah keringat dingin melihat Mikael yang menghampiri kursinya.

"Nyali lo besar juga ya ngelawan gua." Bisik Mikael.

"Stop ganggu hidup gua!" Lirih Lalisha tanpa memandang Mikael.

"Bukankah itu pilihanmu, manis?" Seringai itu Lalisha rasakan, dia memang tidak memandang Mikael yang berada disampingnya namun entah mengapa dia seakan tau bahwa lelaki itu menyeringai ke arahnya.

"Lo lagi ngapain?"

"Say hello sama junior." Seru Mikael menjawab pertanyaan Samudra.

"Jangan cari masalah, okey!"

"Itu bukan gaya gua." Setelah mengatakan itu Mikael berbalik, meninggalkan Lalisha yang menatap punggung tegap itu dengan pandangan tegang. Astaga, mengapa harus dia yang berhadapan dengan lelaki itu.

Mikael yang tampan, anggota osis, bahkan dia juga dikagumi oleh guru karena sering pula otak berliannya bisa membanggakan sekolah, kenapa bisa menyimpang? Lalisha tidak percaya ini, dia bertanya-tanya 'apa yang membuat seseorang menjadi suka sesama jenis?'

"Kalau lo belum bisa cerita ngga apa-apa, tapi gua harap jangan menyimpan beban seorang diri." Setelah mengatakan itu, Samudra menarik pelan pergelangan tangan Lalisha, perkataannya makin membuat Lalisha bingung, apakah ia harus mengatakannya pada Samudra?

***

"Perut lo bunyi mulu!" Canda Samudra yang dibalas ringisan Lalisha.

"Sok banget sih, 'gua ngga laper, Sam'." Tiru Samudra dengan gaya yang menjijikan, membuat Lalisha mau tidak mau tertawa.

"Kalau tidak ada yang mau mendengarkan pelajaran saya silahkan keluar." Suaranya tenang, wajahnya juga terlihat bisa saja namun itu yang berbahaya dari seorang guru kan? Terlihat tersenyum saat marah, maka akan terlihat menakutkan juga.

Begitu pula dengan Lalisha yang sudah menyikut tulang rusuk Samudra membuat sang empu meringis kesakitan. "Sakit, ogeb!"

"Kita lagi dimarahin, lo jangan santai dong." Geram Lalisha melihat Samudra malah sok-sok'an menulis, alibi yang basi.

"Kalian keluar." Tunjuk guru itu kearah pintu keluar kelas membuat siswa dan siswinya menertawakan kesialan mereka.

"Semua diam! Dan kalian mendengar saya kan?" Tunjuknya pada Lalisha dan Samudra yang berada dipojok ruangan.

"Iya bu, maaf." Ucap mereka bersamaan.

"Nih." Samudra mengeluarkan roti dari dalam kresek hitam yang ia bawa.

"Dapet dari mana? Gua kira lo ngapain bawa-bawa kresek, pas lagi disuruh keluar pula." Tawa Lalisha merasa geli oleh kelakuan Samudra.

"Tadi pas dikantin gua beli, udah menerawang bahwa lo bakalan kelaperan. Lagian udah gua pesenin makanan malah ngga dimakan sama sekali."

"Maaf" Samudra terkekeh sambil mengacak rambut Lalisha.

"It's okey, mahal."

"Mahal? Lo kira gua barang?" Samudra hanya menggedikkan bahunya acuh sambil menarik lengan Lalisha dengan pelan.

***

"Hai, lo berdua kok bolos?"

"Oh hai kak, iya nih. Tadi kita ketawa-ketawa dikelas terus disuruh keluar deh." Dengan suara centilnya Lalisha membalas pertanyaan Mikael. Dia sudah memutuskan bahwa dia harus berani melawan Mikael walau dia juga tidak tau, apa yang membuat ia malah mengibarkan bendera perang untuk mempertahankan Samudra. Apakah berarti ia menyukai Samudra? Tapi itu tidak mungkin.

Samudra sendiri bingung, mengapa Lalisha berubah menjadi aneh seperti ini, dengan menggandeng tangannya dan suaranya yang terkesan centil membuat Samudra bertanya-tanya.

"Romantis sekali."Samudra memicingkan matanya melihat senyum congah Mikael.

Ada yang aneh disini, sejak kapan mereka bisa saling menyapa? Sepengetahuannya Lalisha hanya mengetahui Reno dan Dekka yang dekat dengannya. Kejadian dikantin tadi dan sekarang, sangat terlihat mencurigakan.

"Terima kasih. Oh iya Sam, rotinya aku makan ya, makasih loh." Dengan senyum manisnya, Lalisha mempu membuat Samudra terpaku melihat wajah gadis tersebut.

"Cantik." Gumam Samudra membuat Mikael mengepalkan tangannya dan berlalu, dia muak dengan tontonan dua sejoli itu.

"Ha ha ha." Lalisha tertawa terbahak dengan keras setelah melihat Mikael tertelan tikungan diujung lorong. Tawanya juga menyadarkan Samudra yang terpaku. Astaga Lalisha ini kenapa? Bingung Samudra yang melihat Lalisha masih terbahak.

"Lo masih waraskan Lalish?"

"Kayanya sebentar lagi gua gila." Pekik Lalisha sambil meneruskan tawanya. Melihat Mikael yang geram terbakar api cemburu membuatnya merasa menang.

Tunggu drama gua selanjutnya Mikael!

***
Makasih udah baca. Jangan lupa vote & comment.

Salam Hangat,
Irawati Putri.

*Mahal = Sayang

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang