Chapter 29

810 68 11
                                    

PLEASE JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN!

KALIAN CUKUP PENCET BINTANG YANG ADA DI POJOK KIRI BAWAH. GA SUSAH DAN GA LAMA.

JANGAN JADI SIDER YA. please❤️

BIAR AKU RAJIN UP.

VOTE DAN KOMEN AJA BIAR AKU CEPET UPDATE. Thanks.

happy reading
.
.
.
.
.
.

Lalisha mendekati Shesha yang terlihat menunduk tepat di depan pintu ruang rawat Samudra. Lalisha melihatnya sedari tadi, ketika dia keluar untuk mencari dokter, dan dia pun menyadari bahwa Shesha mengetahui apa yang terjadi dalam ruangan itu. Namun wanita itu enggan melangkah masuk, hanya menunduk dengan bahu bergetar.

"Kak?" Shesha menoleh, dan langsung memeluk Lalisha yang berada di sebelahnya.

"Kenapa sama keluarga gua Lisha?! Hiks... Gua capek! Gua ngga mau hiks... jadi seperti ini, hiks... tapi gua takut kalau gua jadi baik, gua bakal berakhir seperti hiks... kak Putra. Hiks...Gua kaya gini cuma pengen hiks.... Mengalihkan rasa sakit!" Shesha yang menangis tersedu-sedu membuat Lalisha memeluknya semakin erat. Dia tidak bisa membayangkan untuk menjadi Shesha, menjadi diri orang lain untuk tidak mati sia-sia... Seperti kakaknya.

"Gua capek. Hiks... Bantu gua Lisha! Hiks..."

"Listen to me. Sam orang yang disukai di sekolah, siswa pinter yang humoris, rajin, humble, dan nurut. Dia bisa 'kok bahagia dengan cara seperti itu, tanpa harus bersikap bebas seperti kakak. Dengan kakak yang berlaku seperti ini, apa rasa sakit yang kakak rasain hilang?" Shesha menggeleng dalam pelukannya. Mabuk, keluar masuk club, menonton balapan liar hingga merokok menjadi gaya hidup Shesha. Sebenarnya, ia dulu juga sedikit terkejut dengan gaya hidup wanita cantik dalam dekapannya. Namun sekarang dia paham, apa latar belakang yang membuatnya bertingkah laku seperti ini.

"Maka dari itu, berhenti menyakiti diri kakak sendiri. Ayo rubah hidup kakak, kita mulai dari awal. Jangan berpikir menjadi Kak Putra maupun Sam, tapi berpikir bagaimana cara agar kakak bahagia tanpa melibatkan hidup lama kakak." Lanjut Lalisha.

"Bantu gua hiks... Bantu gua buat bahagia Lisha." Bahunya basah oleh air mata Shesha, namun tidak terpikirkan oleh nya untuk melepaskan pelukan ini. Pelukan yang hampir sama rasanya seperti pelukan Samudra. Hangat.

Mereka terkejut ketika sepasang lengan melingkupi tubuh keduanya, membuat mereka ingin menoleh. Melihat siapa yang memberikan pelukan tersebut.

"Seperti ini dulu. Sebentar saja." Lalisha tau, bahwa itu Samudra. Aroma tubuh dan suara Samudra sangat mudah ia kenali. Wangi tubuh yang memang menempel kuat aroma mint, entah parfum apa yang dipakai lelaki itu sampai ketika tidak mandi pun harumnya masih dapat Lalisha kenali. Maklum, parfum orang kaya. Sedangkan Shesha mengeraskan suara tangisnya membuat Sam menggeram lirih untuk menenangkan kakaknya itu.

"It's okey. Everything is fine."

"I'll trust you."

***

"Makan dulu ya? Gua suapin, mau?" Samudra langsung mengangguk cepat. Haduh, Lalisha pusing sedari tadi Samudra enggan menyentuh makanannya, beralasan ini itu yang membuat Lalisha ingin sekali menjitak kepalanya. Namun tawaran itu ia berikan setelah lama membujuknya untuk makan.

Samudranya yang emang modus atau Lalisha yang kurang peka si?

Untung lagi sakit lo!

Kalo enggak, abis sama gua!

"Udah ya. Pait, Lalish." Rengekan manja Samudra membuatnya tertawa kecil.

"Najis ah lo. Kenapa jadi gini si kelakuannya pas lagi sakit. Ha ha ha. Lagian lo baru makan tiga suap, gimana mau sembuh!" seru Lalisha membuat Samudra memajukan bibirnya dengan kesal.

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang