Chapter 19

1.5K 98 4
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.

"Nama lo Lalisha?"

"Iya kak, kakak bisa panggil saya Lisha." Dengan sopan sesopan-sopannya, Lalisha tersenyum kaku sambil menyodorkan tangannya untuk memperkenalkan diri. Dia sedikit takjub melihat kecantikan Putri Shesha Atlantha, kakak dari Samudra dan adik dari Alm.Ferro, namun sayangnya pakaian yang terbuka ditambah tato yang tertanam di leher dan lengan gadis itu membuat Lalisha sedikit segan, mungkin.

"Jangan kaku sama gua. Panggil gua Putri." Tanpa berniat membalas jabatan tangan itu Putri membuka lemari bajunya yang memperlihatkan pakaian mahal yang berjejer rapih itu.

Sekarang Lalisha memang berada dikamar kakak Samudra ini, Samudra yang menyuruhnya berganti pakaian bersama Putri, karena tidak mungkin dia yang mengambilkan baju untuk Lalisha, lagipula kakaknya itu datang diwaktu yang tepat. Walau dengan wajah kantuknya setelah pulang dari club tetap saja Putri dengan senang hati membantu teman dekat adiknya itu.

"Lo pake baju ini, kamar mandinya di situ. Kalau udah samperin Putra ke kamarnya aja, gua mau tidur. Anggep rumah sendiri." Setelah mengatakan itu Putri membaringkan tubuhnya, tanpa berganti baju dan meninggalkan Lalisha dalam kehengingan begitu saja.

"Baik kak, terimakasih." Yang dijawab gumaman saja oleh Putri

"Wow." Decak Lalisha melihat interior kamar mandi yang menurutnya sangat elegant. Lalisha jadi betah lama-lama di kamar mandi ini, tapi dia harus cepat-cepat menghampiri Samudra.

"Apa gua harus pake baju ini?" Gumamnya dengan pandangan ragu. Oh ayolah, baju itu sungguh terbuka dimatanya. Sebenarnya itu hanya baju jumpsuit, namun menampilkan bahu mulusnya dan sangat pendek.

 Sebenarnya itu hanya baju jumpsuit, namun menampilkan bahu mulusnya dan sangat pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngga enak juga kalau ganggu kak Putri lagi, tapi kalau dipake ngga nyaman." Gumam Lalisha mengeluh.

Dengan terpaksa Lalisha mengenakannya daripada dia masuk angin dengan pakaian basahnya.

Baru saja dengan pelan ia menutup kamar bernuansa pink itu suara seseorang mengejutkannya.

"Siapa kamu?" Dengan tubuh menegang, Lalisha membalikkan badannya dan menemukan sepasang paruh baya yang sangat ia kenali. Orang tua Samudra!

"Sa-saya Lalisha om,tante. Lisha temen Putra."

"Kenapa kamu keluar dari kamar kakaknya?" Selidik Givan dengan dahi berkerut. Gugup! hanya itu yang terlintas dibenaknya. Astaga, mengapa susah sekali untuk menjawab pertanyaan mudah itu.

"Saya yang suruh dia ganti baju di kamar kak Putri. Lalish, ayo." Samudra menariknya setelah melontarkan kalimat tersebut. Lalisha  menoleh kebelakang untuk pamit walau dengan anggukan kepala, dia tidak mau dinilai tidak sopan.

"Sam! Tangan gua sakit!"

"Sorry." Dia mengusap tanganku dengan lembut, oke ini hanya merah tapi dia memperlakukannya seperti tanganku memar saja.

"Kenapa pergi gitu aja? Kalau ada masalah dihadepin, jangan lari." Lalisha menangkup pipi tirus Samudra, mengusapnya perlahan.

"*Ich liebe dich."

"Hah?"

"*Sie sind wertvoll, ich bin dankbar, Sie zu haben."

"Lo ngomong apa si, onta!"

"Translate sendiri."

"Mau translate juga, udah lupa duluan lo ngomong apa." Samudra hanya tertawa, sambil menariknya untuk memasuki mobilnya.

"Sam?"

"Hmm."

"Gua ngga nyaman." Samudra melirik Lalisha yang resah kemudian matanya melotot sambil menghentikan mobilnya.

"Ya Allah, gua punya kakak blo'on amat ya." Dengan segera Samudra melepas bajunya, catat! Samudra membuka bajunya!

"Sam! lo kenapa buka baju!" Pekik Lalisha namun sedetik kemudia sesuatu terlempar di pangkuannya.

"Pake baju gua, itu bahu bikin dosa! Gua ngga bawa jaket."

"Tapi ngga perlu shirtless juga! Bikin dosa, nanti lo juga bisa masuk angin!" Mereka terus beradu argumen namun tidak saling tatap dengan keterpaksaan Lalisha mengalah, memakai baju Samudra yang terlihat besar dengan lengannya yang tenggelam karena baju panjang Samudra.

"Ngga ditawarin mampir nih?" Tanya Samudra ketika mereka sudah didepan gang rumah Lalisha.

"Emang mau ngapain?"

"Ngapain aja boleh."

"Yaudah deh, tapi lo pake baju dulu." Dengan cepat Lalisha membuka baju Samudra yang melekat ditubuhnya.

"Tapi-..." Ketukkan dijendela membuat Samudra menghentikan ucapannya.

"Yah, si cowok topeng." Dengus Samudra melihat Gio yang mengetuk pintu mobilnya.

"Namanya Gio, Sam!" Tegur Lalisha. Samudra menurunkan kacanya sambil menoleh dengan malas.

"Apa?"

"Loh, kalian ngapain dimobil? Putra! lo kenapa telanjang dada, Lalisha sejak kapan lo pake pakaian terbuka gitu. Jangan-jangan lo berdu-..." Pertanyaan beruntun Gio terganti dengan suara terjatuh dengan cukup kuat. Bagaimana tidak? Samudra membuka pintunya padahal Gio tepat berada disampingnya, astaga jahat sekali dia.

"Sam!" Lalisha turun, membantu Gio untuk berdiri, tentu saja memancing amarah Samudra.

"Lebay lo!"

"Kampret! Bukannya bantuin malah dikatain, untuk gua baik."

"Maafin Putra ya kak. Dia ngga bermaksud gitu kok."

"Emang niat." Lirih Samudra, dengan cepat Lalisha menegurnya lewat pelototan matanya.

"Udah-udah! Minggirin mobil lo! Ngehalangin jalan ke gang. Oh ya, Lisha, lo ikut gua aja naik motor biar cepat."

"Ngga! Dia sama gua."

"Emang lo pikir ini mobil lo cukup masuk ke gang?" Decih Gio kesal karena kekeras kepalaan Samudra.

"Yaudah, lo bisa bawa mobil?" Gio mengangguk.

"Ini kunci mobil." Samudra menaruh kuncinya ditangan Gio, lalu dia merebut kunci motor yang berada digenggaman Gio.

"Sekarang tukeran. Lo parkirin mobil gua sedangkan gua bawain motor lo terus anterin Lalisha. Oke." Dengan cepat Samudra menarik lengan Lalisha menaiki motor Gio dan tancap gas membelah jalan. Gio yang masih belum sadar, mengerutkan dahinya bingung.

"SAMUDRAAAAA!!" Bisa-bisanya dia dikibulin sama anak ingusan itu. Sial!  Namun, seulas senyum culas muncul. Bensinya sudah sekarat, paling-paling mereka akan mendorong motor matic-nya.

***

Jangan lupa Vote dan Comment.

Makasih sudah membaca.

Salam hangat,

Irawati Putri.

Translate:

*Aku cinta kamu.

*Kamu berharga, saya bersyukur memilikimu.

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang