Chapter 27

1.2K 84 19
                                    

PERTAMA-TAMA SAYA MENGUCAPKAN TURUT BERDUKACITA ATAS MUSIBAH BANJIR YANG TERJADI DI AWAL TAHUN INI.

SAYA MENGAJAK KALIAN UNTUK BERDOA AGAR SAUDARA KITA YANG TERKENA MUSIBAH DIBERI KETABAHAN, DIBERI KESELAMATAN, DIBERI KESEHATAN, DAN DIBERI REZEKI YANG MELIMPAH.

SEMOGA MEREKA DAPAT BERBAHAGIA KEMBALI DAN BENCANA INI BERAKHIR.

AAMIIN,,,

ALFATIHAH...

***

HAPPY READING.
.
.
.
.
.
.

"Tante, bukan saya yang ngelakuinnya. Saya berani sumpah tante." Hanya itu yang sedari keluar dari bibirnya, ketika melihat Marlin yang sejak tadi terisak pelan.

"Iya, tante tau sayang. Tapi kamu hutang penjelasan sama tante. Sekarang kita hanya bisa berdoa untuk kesembuhan Putra." Lalisha mengangguk dan memeluk Marlin yang tepat berada di sampingnya. Dia tengah diperjalanan menuju rumah sakit.

"Saya tau Samudra kuat tante, dia lelaki yang ngga gampang nyerah. Saya yakin dia baik-baik aja." Gadis itu terus saja menghibur Marlin untuk mengalihkan rasa sedihnya, walau tidak dipungkiri, bahwa dia pun ingin meneteskan air matanya lagi sekarang. Dia khawatir. Sungguh.

***

Lalisha, tante Marlin dan bu Uti berlari di lorong rumah sakit, setelah mengetahui keberadaan Samudra yang berada di UGD. Terlihat Gavin yang memangku sikunya di kedua paha, dengan menangkup wajahnya.

"Dad? Gimana keadaan anak kita?" Setelah berlari, wanita paruh baya itu memeluk Gavin.

"Dia masih diperiksa dokter di dalam. Kita berdoa saja." Hanya itu yang keluar dari mulut Gavin, dan ketika pandangannya bertemu dengan Lalisha dia langsung menghampiri gadis itu.

"MAU APA KAU KEMARI HAH! BELUM PUAS KAMU SAKITI ANAK SAYA!"

"Daddy! Dia ngga seperti yang daddy bayangkan." Perkataan Marlin dianggap angin lalu, dia tetap mendekati Lalisha yang bersandar di dinding.

"Izinkan saya menjelaskan om. Saya ngga pernah berniat untuk mencelakai Samudra. Dan saya mohon, ini rumah sakit. Ngga baik kita bertengkar dan membuat kegaduhan om."

"KAMU MENGGURUI SAYA?-..."

"Keluarga pasien." Perkataan Gavin terpotong, mereka memusatkan perhatiannya ke dokter yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.

"Dok? Anak saya ngga apa-apa 'kan?"

"Kondisi pasien cukup menghawatirkan, dia kehilangan banyak darah. Tapi untungnya di rumah sakit ini tersedia golongan darah yang sama dengannya. Dan luka sayatan di lengannya alhamdulillah tidak dalam, sehingga tidak harus dijahit."

"Alhamdulillah, terimakasih dokter. Apa saya boleh melihat anak saya?"

"Sementara waktu pasien harus dipindahkan ke ruang rawat. Jadi bapak ibu hanya perlu mengurus administrasinya terlebih dahulu. Jika tidak ada yang ditanyakan lagi, saya izin pamit." Mereka mengangguk dan mengucapkan terimakasih pada dokter tersebut.

***

"Jadi apa yang terjadi dengan Putra, Lisha?" Tanya Marlin pada gadis dihadapannya yang tengah menggenggam secup kopi.

"Tante harus memeriksa Samudra lebih detail pada dokter, tante."

"Kenapa? Samudra tidak apa-apa kan?"

"Jangan sampai kejadian dulu terulang kembali, jangan sampai luka lama terbuka kembali dan jangan sampai Samudra mengalaminya."

"Maksud kamu apa, Lisha? Saya tidak mengerti."

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang