Castaway 07

13 2 0
                                    

Dya terbangun dari tidur dengan tubuh lebih segar. Ia masih ingat bagaimana semalam mengobrol bersama Namjoon selama mengisi perut dengan mie instan cup. Hal yang cukup menarik untuk di dengar mengingat ia baru kali ini mengetahui secara langsung writer's block dari efek traumatis. Sesuatu yang belum pernah ia pelajari secara detail meskipun memiliki gelar master dalam bidang psikologi.

Memang terkadang trauma psikis akan mencegah seseorang melakukan sesuatu yang menyebabkannya muncul. Alam bawah sadar secara tidak langsung menolak. Karena hal inilah Namjoon mengalami kesulitan dalam merangkai kata yang sebenarnya adalah hal yang justru paling ia sukai.

Semalam Dya mendengarkan dengan seksama bagaimana seorang Namjoon mendengar sendiri sebuah berita dari seorang staff tentang bagaimana buku yang ditulisnya menyebabkan seorang anak terbunuh secara tidak sengaja oleh orang tuanya. Buku yang ia tulis, bertema kebebasan diri dan hidup untuk pemuda, menginspirasi banyak remaja di tengah tekanan sosial yang lazim terjadi di negaranya. Berisi mencari potensi diri dan celah untuk berpikir bebas tanpa pengaruh kebiasaan masyarakat. Namun di suatu hari, seorang remaja dari keluarga ekonomi rendah dengan lantang ingin mengejar cita – cita yang sejak lama dipendam.

Orang tua anak itu memiliki tabiat keras dan kaku karena kerasnya kehidupan. Tindakan kekerasan yang biasa dilakukan si Ayah sebelumnya justru menjadi – jadi sejak anak itu berani belajar melukis tanpa izin. Hingga pada suatu hari, si Ayah yang tengah dipenuhi amarah mendorong anaknya hingga jatuh. Nahas, ia tidak menyadari kepala anak itu membentur pinggiran trotoar dan ditinggalkan begitu saja. Mengira anak itu akan bangun sendiri dan kembali ke rumah. Di keesokan hari, polisi mendatangi rumah kumuh keluarga itu dan menangkap si Ayah karena aksinya tertangkap CCTV. Beritanya tersebar sehingga membawa Namjoon datang di persidangan sebagai hadirin. Sayangnya hal tidak mengenakkan terjadi karena Ibu anak itu justru menyalahkan Namjoon dan bukunya, bukan suaminya.

Pada awalnya ia tidak terlalu memikirkan hal tersebut, tapi setiap menulis, baik lirik maupun draf untuk buku keduanya, ia selalu memikirkan bagaimana kata – kata harus disusun sedemikian rupa supaya tidak mencelakai orang lain. Awalnya hanya bingung bagaimana menyusun paragraf, lalu lama kelamaan kesulitan menghubungkan kalimat, hingga pada akhirnya tidak mampu merangkai kata. Lalu terjadilah apa yang Namjoon sebut dengan writer's block. Menurut Dya, seharusnya pria itu tidak perlu malu untuk konsultasi pada seorang ahli. Mencari pertolongan pada psikolog bukan berarti karena gila atau depresi saja, untuk sekedar bercerita melepas pikiran juga boleh dilakukan. Karena kita tidak tahu apa yang sedang diam – diam mengganggu psikis kita sendiri.

Dya bangkit dan berjalan keluar kamar, kepalanya hanya sedikit pening namun sudah jauh lebih baik dari hari kemarin. Dan sepertinya badan lengket dan kotor ini harus segera dibersihkan.

--

Di guest house sendiri, terdapat keramaian kecil dimana para member, Manajer Hobeom, dan Erwin sedang membahas sesuatu. Mereka duduk melingkar di atas karpet seperti biasa ketika berkumpul.

"Aku sudah bertanya pada PD-nim kemarin, dan sudah setuju. Hanya saja mereka banyak bertanya tentang kamera dan sumber daya manusianya. Juga masih akan dibahas lagi konsepnya karena yang pasti harus banyak diubah. Keadaan kita berbeda jauh dari rencana awal" terang Hobeom.

"Jungkookie bisa melakukannya" kata Jimin.

"Tidak, tentu saja tidak mungkin ia hanya menjadi kameramen seharian" Namjoon tidak setuju.

"Ada dua kamera GoPro, akan cukup jika kita terbagi menjadi dua tim" usul Taehyung.

"Tapi tetap saja membutuhkan kameramen, kau lupa bagaimana hasil gambar kamera action seperti itu ketika kita memakainya?" ujar Hoseok.

CASTAWAY - ReunifyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang