Castaway 08

12 1 0
                                    


Akhirnya hari penyelamatan kapal untuk ditarik ke dermaga datang juga. Terlihat Yacht berukuran untuk 20 penumpang itu hanya terlihat setengahnya dari kejauhan, seolah pesakitan yang terbaring lemah diatas ombak. Warga desa memenuhi bibir pantai, tidak ingin melewatkan momen langka yang belum tentu mereka lihat ketika pulau di kepung badai di tahun berikutnya. Para pelaut terbaik Pulau Taji dikerahkan dan sekarang sedang bersiap diatas kapal masing - masing. Meskipun hari ini adalah titik dimana badai berada dalam status paling tenang, tapi tetap saja amukannya diluar sana bukan berarti hilang. Dan manusia hanya bisa memprediksi, mereka hanya memiliki maksimal 2 jam, bahkan bisa kurang karena alam terkadang tanda - tanda alam tidak selamanya benar. Setelah batas waktu itu bisa saja fatal atau mungkin mengakhiri semuanya.

"Aku tidak tahu harus senang atau segan" Yoongi berucap pertama kali. Matanya memincing padahal sinar matahari tidak terlalu terik karena tertutup awan. Seluruh member sekarang berada di teras resort dekat pantai bersama Manajer Hobeom dan beberapa awak yang tidak ikut. Kapten Danu dan Nahkoda kapal bersikeras ikut rombongan pelaut karena merasa kapal itu adalah tanggung jawabnya.

"Di satu sisi senang melihat carrier kita kembali, tapi di sisi lain bagaimana kalau mereka tidak bisa mendapatkannya" Jimin melengkapi.

"Kumohon...jangan marah dulu" Taehyung menangkupkan tangan yang penuh dengan pasir seolah berdoa.

"Kau kira lautnya akan reda begitu kau berkata begitu?" tanya Seokjin skeptis. Tapi sebenarnya diam - diam dalam hati ia merapalkan hal yang sama.

Di halaman resort pinggir pantai, terlihat Aira dan Dya di kelilingi seluruh murid sekolah sementara yang juga ikut menonton. Mereka tidak hentinya berdecak kagum, menyombongkan ayah, paman atau kakak mereka yang turut serta, dan menanyakan berbagai macam hal ke Aira atau Dya.

"Bapakku lebih hebatlah"

"Bapak dan Abangku semua ikut"

"Kapal Bapak aku paling besar, yang nanti tarik kapal terbalik itu"

"Semoga selamat semoga selamat"

"Kak, nanti badainya tak tambah parah kan?"

"Kak, kenapa awannya gelap sekali?"

"Nanti awan tu makan anak - anak yang nakal"

"Eh, mana ada!"

"Awan tak makan orang kan kak?"

"Kak saya takut badai mengamuk lagi"

"Ribut je kalian ini, kasihan itu Kakak - kakak pusing dengar" seorang ibu - ibu yang kebetulan di dekat situ sepertinya melihat ekspresi wajah Aira. Gadis itu tersenyum meringis, merasa malu karena terpergok kewalahan. Ia memang tidak seperti Dya yang dengan senyuman masih terulas, sabar menanggapi anak - anak itu.

Warga desa tidak ada satupun yang beranjak dari tempatnya, mereka masing - masing menghitung waktu mundur dalam hati, melihat jam dinding atau jam tangan. Sudah hampir satu jam.

--

Di tengah ombak besar, para pelaut handal Pulau Taji sedang berusaha mengikatkan tali pada buritan. Sudah 3 kapal penarik tertaut dan kurang satu lagi untuk yang terakhir. Beberapa pelaut lain memasang perahu karet yang berguna sebagai pelampung raksasa di dua sisi yacht tersebut supaya tetap mengapung. Meskipun goncangan sangat dahsyat dan hantaman ombak tidak ada habisnya, mereka tetap melakukan.

"35 menit!" teriak nahkoda dari salah satu kapal pelaut. Kapal terakhir akhirnya tertaut dan mereka mulai menyalakan mesin motor untuk kembali ke Pulau.

--

Malam itu ada syukuran sederhana di rumah Abah. Umik, Dya dan Aira sibuk menyediakan makanan dibantu oleh Seokjin dan Jimin. Warga yang datang, sebagian besar laki - laki pelaut yang dengan semangat membagikan kisah heroik mereka masing - masing pada pendengar mereka.

CASTAWAY - ReunifyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang