Castaway 12

6 2 0
                                    

Nyatanya kekecewaan itu justru memilih untuk bersarang.

Semua yang dikakatakannya panjang lebar pada Namjoon dan Hoseok bukanlah keadaan yang sebenarnya. Ia saat itu berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Bukankah kata – kata dapat mempengaruhi pikiran? Namun sepertinya kali ini pikirannya yang menang. Sudah terhitung tiga jam Seokjin hanya berbaring tanpa dapat memejamkan mata. Bersyukur ia mendapat tempat tidur di bunk bed bagian atas. Jimin yang masih asyik dengan ponsel meskipun hari baru sudah dimulai sejak tiga jam yang lalu, dan Hoseok yang terlelap, mereka ada di bawah dan tidak akan menyadari bahwa ia masih terjaga, dengan pikiran yang masih seratus persen bekerja. Dan sangat melelahkan.

"Ayolah, ini sudah terhitung hampir tiga tahun. Dan di tahun berikutnya aku tidak yakin apakah bisa tetap bernyanyi bersama mereka." Batinnya getir.

--

Malam di Pulau Taji tidak pernah sangat cerah, namun satu-dua bintang sudah cukup bagi Aira untuk menemaninya selain hembusan dingin angin fajar. Satu jam lagi seruan dari surau akan berkumandang memanggil para muslim untuk sembahyang.

Jika ada yang bertanya dimana tempat Aira sekarang berada, disinilah tempat favoritnya. Berada di genting rumah Abah bersebelahan dengan tandon air dan gudang. Tidak akan ada yang mengganggunya, kecuali Erwin. Tapi si tengil itu tidak akan mengusili Aira di jam seperti ini.

"Ngapain nelfon?" tanya Aira ketus

"Saya hanya ingin menanyakan kabar, supaya orangtua mengira kita semakin dekat" suara datar yang menyebalkan di seberang membuat Aira melengos.

"Bukannya bagus kalo kita menjauh? Biar batal semua rencana mereka"

"Saya tidak suka anda memanggil orangtua saya dengan sebutan itu"

"Siapa juga yang suka! Masih sopan gue pake kata 'mereka'" Aira tidak bisa mengontrol dirinya jika sudah menyangkut segala hal tentang pria di seberang telepon.

"Ayah saya meminta anda untuk pulang segera"

"Hmh, Gak bakal'

"Atau kami akan menjemput anda de-"

"Coba aja jemput! Pake semua helikopter, pesawat jet, atau sekalian pinjem ke NASA sana, kalian gak bakal bisa jemput gue."

"..."

"Ini yang terakhir, jangan hubungi gue lagi selama gue disini" tanpa kalimat lanjutan, Aira segera memutus sambungan, lalu segera menonaktifkan ponselnya.

Panggilan dari Jakarta itu terjadi tepat tengah malam tadi, dan membuatnya terjaga hingga saat ini. Aira tidak bisa berhenti berpikir ia ingin terlahir kembali sebagai anak dari keluarga kebanyakan. Dimana ia setiap pagi bisa sarapan bersama di meja makan, berangkat menaiki sepeda seperti yang dilakukan anak – anak lain. Ia ingin terlahir kembali dimana ibunya akan duduk bersama dengannya di depan televisi, menjahit sendiri kancing baju yang terlepas seraya mengobrol dengannya tentang acara yang sedang ditayangkan. Ia ingin terlahir kembali di dalam keluarga yang pada akhir pekan akan menghabiskan waktu libur bersama, meskipun hanya duduk di taman kota yang ramai, memakan jajanan kaki lima. Entah keluarga seperti yang ia bayangkan sungguhkah ditemukan saat ini, tapi ia percaya bahwa itu ada dan bukan Aira yang lahir di tengah – tengahnya.

--

Pagi di desa, warga melaksanakan rutinitasnya masing – masing. Hari ini adalah hari pertama syuting untuk Bon Voyage bagi para member BTS. Ada Aira, Erwin, dan beberapa kru kapal yang siap membantu jalannya acara layaknya kru sungguhan setelah mendapat briefing dari Manajer Hobeom dan Jungkook.

CASTAWAY - ReunifyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang