Waktu menunjukkan pukul sembilan malam dan sudah dua jam pesta sederhana ini berlangsung. Musik yang dimainkan dari speaker Jungkook berubah genre yang lebih ringan dan rileks. Terdapat kelompok – kelompok kecil yang memiliki tema obrolannya masing – masing. Ada Hoseok dan Seokjin yang bergabung dengan Dya dan Namjoon. Jimin ikut berkumpul dengan Taehyung, Jungkook, dan Erwin yang asik bermain Ludo dari ponsel.
"Ada kurang jika memakan semua ini tanpa..." Seokjin menirukan gerakan orang meminum soju.
"Oh yeah!" Namjoon dan Hoseok bersahutan. Keempat orang itu tertawa pelan.
"Sorry, kami tidak pu-"
"Nevermind, Dya. We understand that" Namjoon mengibaskan tangannya. Dya tersenyum tipis, sesekali melirik kearah Aira yang seperti sedang melakukan monolog di depan Yoongi. Suara melengkingnya sayup – sayup terdengar namun Dya tidak tahu pasti apa yang dibicarakan. Lalu perhatiannya tertuju pada tiga orang laki – laki di depannya yang sudah mulai membicarakan hal lain. Namun bukan Dya namanya jika tidak menangkap gerak – gerik khas dari masing – masing orang tersebut, termasuk Hoseok yang membuatnya sedikit bertanya – tanya.
"Ada sesuatu terjadi?" tanyanya pelan, berusaha tidak menarik perhatian. Namun entah bagaimana Namjoon dan Seokjin berhenti dan menoleh.
"You find out" kata Namjoon.
"I-i'm sorry, aku tidak bermaksud menanyakan lebih jauh jika itu masalah pribadi." Dya merasa bersalah dengan apa yang terlontar dari bibirnya.
"Seperti yang kuduga dari seorang bergelar master di bidang psikologi, aku tidak terkejut dengan spontanitasmu." Kata Namjoon lagi.
"Hey, Darimana kau tahu itu?!" seru Dya terkejut.
"Jika kau bertanya apakah ada sesuatu yang terjadi, aku menjawab 'ya'. Tapi tidak untuk kelanjutannya" Hoseok tersenyum lebar, seperti yang biasa ia lakukan, namun ada sesuatu di belakang senyum itu bagi Dya.
"Kalau begitu aku ingin menanyakan sesuatu pada kalian bertiga. Tentunya bukan suatu hal pribadi."
"Geurae" ujar Seokjin mempersilahkan.
"Aku berpikir kau-" Dya menunjuk ke arah Namjoon, "Tidak mungkin kau hanya seorang penulis, begitu juga dengan kalian. Aku tahu kalau hanya merekam sebuah perjalanan liburan tidak mungkin harus dibahas matang – matang, bukan?"
"Kami ingin hasil video terbaik, tentu saja. Apakah itu salah?" Seokjin terkekeh. Namun raut wajah penasaran Dya masih tidak berubah.
"Jadi menurutmu kami siapa?" Hoseok balik bertanya.
"Para Pria Sukses" jawab Dya sedikit bergurau dan berhasil membuat ketiga orang itu tertawa.
"Jika kau berkata seperti itu aku akan mengatakan 'ya' juga" kata Hoseok di tengah tawanya.
"Jika badai ini sudah berakhir, ketik nama kami di Google dan hubungi aku jika kau sudah menemukannya" Seokjin berbicara dengan mimik cukup serius sehingga membuat Namjoon geleng – geleng kepala masih dalam tawanya.
"Really? Jangan sampai aku hanya menemukan foto – foto aneh yang kalian unggah di Instagram"
"Kau ingin bertaruh, huh?" tantang Seokjin.
"Dia tidak suka bertaruh, hyung" Namjoon menjawab mewakili Dya.
Beberapa menit kemudian Dya dan Aira pamit pulang terlebih dahulu. Bagi warga sekitar, tidak baik perempuan keluar terlalu larut, apalagi berkumpul bersama laki – laki. Sebuah kearifan lokal yang masih dijaga.
--
"Serasa ngomong sama robot, robot aja lebih banyak omong dari dia" dengan kalimat seperti itu, Dya justru tidak menemukan tanda – tanda kekesalan dari Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
CASTAWAY - Reunify
FanfictionKetika tujuh orang pemuda yang membawa 'kabur' masing - masing masalahnya dengan berlibur di sebuah island resort. Namun semua rencana harus kandas, seperti kapal mereka. "Comeback dua bulan lagi" "Kita ada janji temu di NY " "Bagaimana promosinya...