Chapter 2;

2.9K 309 13
                                    

Dalam hidupnya, impian Park Jinyoung hanyalah ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja. Ia ingin menikah dengan kekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia lalu seperti akhir kisah klise lainnya; bergandengan tangan di usia senja, melangkah menuju matahari tenggelam.

Tetapi ternyata apa yang ia inginkan meskipun sederhana, tidak semudah itu menjadi kenyataan.

Kecelakaan itu telah merenggut semua yang diimpikannya, orang tuanya, rencana pernikahannya dengan kekasihnya yang kemudian tak berdaya dan membuatnya harus berjuang sendirian, dan menghacurkan semua mimpi-mimpinya yang sebelumnya terbungkus dalam rencana masa depan yang telah terbungkus rapi.

Semuanya hancur lebur.

Dalam perjuangannya untuk bangkit itulah ia harus terpaksa berhubungan dengan Mark Tuan, seorang taipan kaya yang sombong, arogan, suka memaksakan kehendak, dan.... punya obsesi seksual terpendam terhadap dirinya. Park Jinyoung membutuhkan Mark Tuan demi menyelamatkan kekasihnya, sedangkan Mark Tuan membutuhkan Park Jinyoung untuk memuaskan hasrat obsesif yang terus menerus menyiksa dirinya terhadap Park Jinyoung.

Dua manusia yang seharusnya tidak pernah bersilang jalan ini pun dipertemukan oleh keadaan. Dua manusia yang saling membenci satu sama lain tetapi dikalahkan oleh hasrat dan kebutuhan. Hubungan mereka panas membara, luar biasa sampai mereka bisa habis terbakar di dalamnya. Mereka menjalin hubungan yang saling membutuhkan, yang saling merindukan dan yang saling memuaskan dan.... yang akhirnya menyerah untuk saling mencintai.

Sampai kemudian tiba saatnya Park Jinyoung harus memilih antara hasratnya kepada Mark Tuan, lelaki arogan yang terus menerus menyakitinya tetapi berhasil merenggut hatinya, atau cintanya kepada kekasihnya, lelaki yang baik, yang pernah meninggalkannya untuk berjuang sendirian, tetapi tetap menjaga janjinya dalam sebentuk cincin pertunangan di jari manisnya.

.

.

.

.

.

"Bagaimana kondisinya, Noona?"

Jinyoung baru saja sampai, di luar hujan deras sekali, dan air menetes-netes dari semua ujung rambutnya.

Perawat itu memandangnya dengan penuh kasih. Sudah dua tahun ia mengenal Jinyoung. Dari Jinyoung masih namja polos yang kebingungan, sampai akhirnya ia berubah menjadi lelaki tegar yang penuh semangat dan mengambil alih semua tanggung jawab yang mungkin terlalu berat untuknya.

Kasihan sekali kau, gumamnya dalam hati.

"Kondisinya baik Jinyoung-ah, tekanan darahnya normal dan detak jantungnya stabil, itu bagus, dia begitu tenang seharian ini, dia juga tidak mengalami serangan jantung. Jadi tak perlu merasa kesakitan."

"Dia tidak mengalami serangan?"

Mata Jinyoung melebar bahagia.

"Terima kasih Dami Noona, kalau begitu aku akan melihatnya dulu."

Jinyoung memasuki ruangan putih sederhana itu, dipandanginya ranjang yang menjadi pusat ruangan itu. Di atas ranjang, terbaring sosok yang lemah, tubuhnya terhubung dengan selang yang terjalin ke mesin-mesin.

Jinyoung duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangan yang terhubung dengan jarum infus, sebuah cincin emas melingkar di jari pria itu, ya, cincin yang sama yang melingkar di jarinya.

Pria pucat ini adalah Im Jaebum. Tunangannya yang terbaring koma sejak lebih dua tahun yang lalu.

"Apa kabarmu, sayang?" gumam Jinyoung penuh perasaan.

A Romantic Story About Jinyoung || MarkJin •Mark Tuan & Park Jinyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang