Chapter 15;

2K 251 40
                                    

“Ke mana saja KAU?” teriak Mark Tuan, lepas kendali.

Jinyoung berusaha menjawab, tetapi kepalanya terasa pusing. Mark masih mengguncangnya kuat-kuat.

“Kau tahu?! Aku mencarimu ke segala penjuru” Mark masih berteriak murka.

“Semua rumah sakit di kota ini kudatangi satu persatu, tapi tidak ada kau!!! Ke mana saja KAU?!”

“Mark Tuan, kalau kau terus mengguncangnya seperti itu, dia akan muntah sebentar lagi.”

Sebuah suara tenang terdengar di belakang Mark, membuatnya terpaku. Seolah-olah baru saja menyadari kehadiran sosok di belakangnya.

Jackson berdiri dengan santai sambil menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu, lelaki itu sepertinya begitu menikmati pemandangan Jinyoung yang didamprat habis-habisan oleh Mark Tuan.

Mark Tuan menarik napasnya dalam-dalam beberapa kali, berusaha mengontrol emosinya.

Sialan kau Jinyoung! Sialan benar lelaki kecil ini!!

Tidak tahukah dia begitu cemas tadi ketika sampai malam Park Jinyoung tidak juga pulang?!!

Tidak tahukah dia betapa hati Mark dicengkeram ketakutan yang amat sangat ketika Mark mencoba menghubunginya dan menemukan bahwa ponselnya mati?? Beribu pikiran buruk tadi berkecamuk di dalam benak Mark, bagaimana kalau Jinyoung kecelakaan?! Atau dia menjadi korban kejahatan?! Bagaimana kalau pria itu terluka parah dan tidak dapat datang kepadanya untuk meminta pertolongan??

Dan sekarang, dia menemukan lelaki itu berdiri di ruang tamu apartemennya, berdiri kokoh tanpa kekurangan suatu apa pun. Membuat Mark Tuan dibanjiri perasaan lega yang amat sangat. Lega sekaligus murka... murka karena lelaki manis itu telah membuatnya kacau balau, dan murka karena lelaki itu telah
membuatnya berubah dari Mark yang tenang menjadi Mark yang kacau. Murka karena lelaki itu telah menumbuhkan sebentuk perasaan yang tidak dia kenal sebelumnya.

“Pro... proses o-operasi temanku ber-bermasalah.... Jadi.... J-jadi membutuhkan waktu l-lama....”

Park Jinyoung masih berusaha mengumpulkan napasnya yang tersengal.

Diguncang dengan begitu kerasnya membuat pandangan Jinyoung berkunang-kunang. Tangan Mark yang masih berada di pundaknya mencengkramnya kuat.

“Kalau begitu.... apa susahnya untuk menelponku?!! Kenapa kau matikan ponselmu, hah?!”

Jinyoung mengerjapkan matanya gugup, “Ba-baterai ponselku... h-habis...”

“Memangnya tidak ada cara lain untuk menghubungiku?! Aku hampir gila memikirkan kau ada di mana!! Apa kau pikir aku tidak mencemaskanmu?? Kau tahu aku hampir melaporkan kehilanganmu ke kantor polisi!”

“Mark, sudahlah. Toh dia sudah pulang dengan selamat.”

Jackson menyela, berusaha lagi meredakan kemarahan Mark.

Dengan tajam Mark menoleh kepada sahabatnya itu, “Cukup Jackson. Kau boleh pulang, dan terima kasih sudah menemaniku tadi."

Jackson hanya mengangkat bahu menghadapi pengusiran halus itu, dia lalu menepuk-nepuk kemejanya yang juga kusut, lalu melangkah keluar pintu.

“Oke. Kau harus menenangkan otakmu, kalau kau seperti ini, makin lama aku semakin tidak mengenalmu.” Kata-kata Jackson itu ditujukan kepada Mark, tetapi matanya menatap tajam ke arah Jinyoung, menyalahkan.

“Dan kau, Jinyoung-ssi, lain kali belajarlah sedikit bertanggung jawab!”

Sambungnya dingin sebelum dia melangkah keluar dan menutup pintu di belakangnya. Ruangan luas itu menjadi begitu hening sepeninggal Jackson.

A Romantic Story About Jinyoung || MarkJin •Mark Tuan & Park Jinyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang