Chapter 3;

2.6K 287 49
                                    

“Masuklah.”

Mulanya Park Jinyoung ingin mendamprat siapa pun pengemudi mobil mewah yang dengan seenaknya mengira Jinyoung adalah lelaki murahan yang mudah dibawa.

Tetapi ketika Jinyoung merasa mengenali suara lelaki itu, dengan ragu ditundukkannya kepalanya untuk memastikan bahwa pengemudi itu sesuai dengan dugaannya. Mata cokelat pucat yang tajam itu membalas tatapannya, yah kalau tidak bisa dibilang sedang sial, setidaknya dugaannya tidak salah.

“Ayo masuk. Kau akan basah kuyup jika berdiri terus di situ, kita kan searah.” Mark agak berteriak mengalahkan derasnya suara hujan dan petir yang bersahut-sahutan.

Jinyoung masih berdiri di sana ragu-ragu, perjalanan ke kantor kan jauh dan lama.

Jinyoung merasa enggan dan tak tahu apa yang akan dibicarakan dengan lelaki itu sepanjang jalan, lagipula....

Jinyoung melirik dengan cemas ke arah payungnya, payungnya basah kuyup dan menetes-netes dan interior mobil itu sepertinya sangat bagus, jika kena air.....

“Masuk Jinyoung! Aku tidak peduli dengan payung basah itu! Mau akan membuat kita berdua terlambat! Masuk.... Atau aku sendiri yang akan menyeretmu.”

Suara geram Mark Tuan lah yang menyadarkan Jinyoung dari keragu-raguannya, dengan cepat ia memasuki pintu yang terbuka dan duduk di sebelah Mark.

Satu detik setelah pintu tertutup, Mark langsung menginjak gas menjalankan mobilnya, seolah takut Jinyoung berubah pikiran. Mark melirik sedikit kepada Jinyoung yang terus memandang cemas pada payung putih yang meneteskan air ditangannya.

“Taruh saja di tempat di belakangmu. Pengurus mobilku akan membersihkannya, dan pasang sabuk pengamanmu.”

Otomatis Jinyoung menoleh ke belakang dan menemukan wadah plastik silinder di tengah jok belakang. Mungkin tempat koran atau semacamnya, tetapi wadah itu kosong dan Jinyoung meletakkan payung itu di sana, lebih baik daripada payungnya meneteskan air membasahi kursi kulit mahal atau karpet tebal mobil ini.

Setelah Jinyoung memasang sabuk pengamannya, Jinyoung menyadari bahwa sudut mata Mark melirik ke arahnya.

“Terima kasih.” gumamnya demi menjaga kesopanan.

Mark tersenyum miring, “Pasti kau bingung apakah ini kesialan atau keberuntungan karena aku lah yang telah memberimu tumpangan.” gumamnya tenang.

Jinyoung membuka mulut hendak membantah, tetapi akhirnya mulut itu menutup lagi. Tidak disadarinya napas Mark yang mendadak lebih cepat ketika memperhatikan gerakan mulutnya.

“Rumahmu di daerah sini ya?”

Suara Mark entah kenapa berubah menjadi serak hingga Jinyoung otomatis menoleh ke arahnya, tetapi lelaki arogan itu tidak sedang menatapnya melainkan memandang lurus ke depan.

“Iya, flat saya di sebelah sini.” jawabnya setengah melamun dan tersentak ketika Mark mendadak menoleh ke arahnya.

Flat?” Kenapa informasi penting itu sampai terlewatkan olehnya?

“Kalau begitu di mana kedua orang tuamu?”

“Orang tua saya sudah meninggal. Saya hidup sendiri.” jawab Jinyoung otomatis.

Sajangnim, mungkin sebaiknya saya diturunkan agak jauh dari kantor, nanti saya akan berjalan kaki saja.”

Mark mengerutkan dahinya, tak suka dengan ide itu, “Kenapa harus begitu?”

“Tempat parkir khusus direksi kan sangat mencolok, saya tidak mau orang melihat saya turun dari mobil Anda akan berpikiran yang tidak-tidak.”

“Seperti kita melakukan seks yang hebat semalam, dan pagi ini berangkat kerja bersama-sama?”

A Romantic Story About Jinyoung || MarkJin •Mark Tuan & Park Jinyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang