Sepulang dari gladiresik. Aku masih memikirkan kata-kata Sinta padaku.
"Dia itu cantik, baik, shalehah, pinter, kurang apa coba dia? "
Ahh. Kok tiba-tiba flashback yang kayak gitu sih, nggak penting tau!!.Sepandai apapun aku menangkis pendapat Sinta tentang Hana. Tetap saja aku membenarkannya. Entah kenapa, setelah Sinta bilang begitu perasaanku terhadap Hana semakin dalam. Di perjalanan pulang, pikiranku masih tertuju pada pendapat Sinta. Ya Allah, kenapa rasa ini semakin dalam setiap saat. Jika memang benar, maka tolong mudahkan Ya Allah. Gumamku.
Sambil berlari menuju rumah.
Sesampainya dirumah, ku susun rencana sekarang mungkin. Karena kupikir dia nggak mungkin segampang itu buat nerima perasaan ku.Rencana 1
Saat seusai siaran, kasih dia sesuatu. Tembak dia. TO THE POINT. Go. Ganbatte.
Hari yang ditunggu tiba juga. Hari bersejarah, sekali seumur hidup. Aku berangkat seperti biasa, jam 5 pagi. Jangan YOLO lagi, jangan, pokoknya jangan YOLO lagi.
Sambil menghafal teks, aku mengelilingi sekolah agar mendapat pencerahan. Suasana pagi ini berbeda. Angin ini seperti dalam mimpi Indah ku. Apa karena rencana ku?. Entahlah. Yang jelas ini terlalu Indah untuk di lewatkan.
Setelah toko swalayan dekat sekolahku buka. Aku pun membeli roti dan minuman. Untuk rencananya. Bismillah.
"Dan. Tumben beli roti, yang gitu lagi. Mau ngapain? " tanya Rani tanpa sapa.
"Nggak kok. Jaga-jaga aja takut laper di sana. " tepis ku.
"Owh. Kamu blom sarapan? " tanya Rani
"Baru dikit. Keburu nggak selera gara-gara deg-degan. " jawabku.
"Makan lagi sana. Entar sakit loh.. " kata Rani.
"Yang sakit aku ini. Bukan kamu kok. "
"Aku cuman khawatir sama kamu"
"Jijik da... "Pemberangkatan, jam 08:00
15 menit lagi.
Seluruh anggota tim sudah berkumpul. Kecuali Hana. Dimana dia?.Mataku tak berhenti mencari. Saat aku mencari keluar gerbang sekolah. Aku melihat Hana berlalu dengan mobil pribadinya. Entah kenapa, setelah itu kepesimisan ku mulai muncul. Aku nggak pantes buat dia.
Semakin berjalannya waktu hari ini, semakin besar pula kepesimisan ku. Siaran pun berlalu. Pasrah. Ku mulai merasa sakit hati yang mendalam. Terlebih lagi saat aku tau dia ada yang punya. Jleb. Ku mulai meneteskan air mata. Bahkan, saat siaran pacar dia datang demi dia. Hiks. Hiks. Sepanjang jalan pulang menggunakan angkot, aku pura-pura tidur demi menutupi tetesan air mata yang terus membasahi pipiku. Rasa ini terlalu dalam. Ini kah akhirnya?. Setelah sampai di sekolah. Banyak yang menyambut kami.
"Dan, gimana lancar siarannya? " tanya Rafi.
"L-lancar kok. Hiks. " jawab ku sambil berusaha mengatur nafas yang sesak.
"Kamu kenapa? " tanya Rafi
"Nggak kok. Cuma kurang tidur aja. "
"Semangat dong. Kita dari tadi dengerin kalian lo. Se sekolah lagi. "
"Iya gitu?. Bagus nggak? " tanya ku demi mengalihkan topik
"Bagus. Sempurna lagi. "
"M-makasih Fi. Btw aku pulang dulu ya" kata ku sambil berlari pulang.
"Dan. Tunggu!. Nggak akan pulang bareng?. " tanya Rafi
Sayang nya terlalu jauh untuk aku mendengar panggilan Rafi."Hiks, hiks. Ya Allah, kenapa aku ini. Ada apa dengan perasaan ini?. "
Teet! Tet, teeeeeeett!!!
"Woi.. Jalan pake matanya dong!!! "
"Maaf pak".Sesampai dirumah..
"Assalamualaikum. " sapa ku
"Wa'alaikum salam. Lancar siarannya? " tanya bunda
"Lancar bun. Baba mana? "
"Kan kerja. Masa nggak inget. "
"Kakang ke kamar dulu ya bun. Cape. "
"Iya. Istirahat. Jangan lupa ganti baju terus makan siang"Ku tutul pintu kamar. Ku banting badanku ke kasur (untung nggak patah). Ku tutup wajah ku dengan bantal.
Ya Allah. Ada apa dengan perasaan ini?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara dibalik Asrama
RomanceKisah hidup seorang santri berusia 16 tahun bernama Danial yg berjuang menghafal 30 juz Al-Qur'an dan menggapai mimpinya untuk belajar di Mesir. Pada mulanya ketertarikan Danial terhadap cinta terbilang cuek, namun entah kenapa perasaannya tertuju p...