Semester dua pelajarannya semakin berat seperti berat badanku pada awal-awal kuliah. Istilah dalam bahasa Jawa ginuk-ginuk atau gendut menggemaskan walau mukamu tidak menggemaskan seperti kucing anggora.
Di semester dua ini kegiatan serta tugas juga membuat kami sering menjadi penghuni malam kampus yang membuat kami lebih mirip setan 4D jadi-jadian. Tapi bagiku itu sebuah anugrah, karena apa? Wifi kampus akan sangat lancar jika di atas jam enam magrib jadi ini cocok bagiku sebagai koloni anime.
Jam sudah menunjukkan pukul enam maghrib, aku dan beberapa anak sedang sibuk membuat makalah untuk presentasi besok pagi. Kami duduk lesehan di depan kelas tepatnya di depan meja dosen sambil membuka warnet dadakan. Bagaimana tidak, ada sekitar sepuluh laptop dari berbagai merk yang ditata berjejer berserta terminal kabel dan beberapa bungkus snack dan botol minuman serta musik yang mengalun dari salah satu ponsel kami. Tak sungkan-sungkan kami pun menyanyi meski suara kami sangat tak enak di dengar.
Lalu Christina mencolek bahuku kananku membuatku menoleh ke arahnya.
"Anterin pipis, " katanya
"Iya deh sekalian aku ke musholla juga, " kataku, "eh kalian nggak ke musholla? " tanyaku pada anak-anak yang sibuk mengerjakan makalah.
"Gantian aja, Riz, " kata Ghaffaar tanpa memandangku.
Aku mengangguk lalu melangkah keluar kelas bersama Christina.
Suasana kampus di atas jam 5 sore sedikit seram. Ralat, lumayan seram bagi diriku yang penakut. Kecuali jika abang Edward Cullen datang dari atap kampus untuk menancapkan taringnya ke leherku, aku akan rela.
Kami melewati ruang anatomi dan ruang lab skill mini hospital yang begitu gelap ditambah suara gemerisik dedaunan yang bergesekan serta suasana kampus begitu sunyi. Lalu kami berbelok ke kiri dimana lorong besar berisi lima kamar mandi besar dan delapan WC.
Aku menelan ludah ketika Christina masuk ke kamar mandi pertama yang berukuran paling besar diantara lain. Suasana lorong ini begitu mencekam dengan satu buah lampu yang nyala sedikit redup.
Aku mendengar suara jantungku sendiri lalu merogoh ponselku untuk mengusir rasa aneh yang mulai menyelimuti diriku.
"Mbak? " suara Christina terdengar dari dalam kamar mandi
"Hmm. "
"Kamu tidak pipis? " tanya Christina, "jangan deh, pipis di tempat lain aja, "katanya sebelum aku membuka suara.
Terdengar suara air tanda christina sudah selesai dengan acara pipisnya. Lalu tak berapa lama pintu kamar mandi terbuka.
"Ayo ke kelas, ada yang liatin kita di dalam, " kata Christina sambil melangkah cepat membuatku bergidik ngeri dan mempercepat langkahku.
"Ada apa emangnya? "
"Ada cowok tinggi besar disana, " kata Christina, "kamu nggak ngerasa aneh gitu? "
Aku menggaruk tengkukku, "ngg... Nganu... "
"Udah jangan diterusin, dia ngliatin kita, " kata Christina lalu berlari kecil menuju kelas membuatku reflek menoleh ke belakang.
"Kampreto! " umpatku sambil berlari menyusul Christin.
Itu lah nggak enaknya punya teman yang memiliki 'kelebihan'. Ada aja yang dilihatnya, belum lagi kalau di kelas dia tiba-tiba sering heboh sendiri akibat dicolek atau diliatin hantu. Tapi yanh jadi korban selalu aku, dia suka membisiki apa yang diliatnya saat itu.
Serem kan?
####
Esoknya di kelas setelah apel pagi, aku ingin memejamkan kedua mataku sejenak dengan modal beralaskan jaket sebagai bantal. Kemarin kami pulang pukul 8.30 malam setelah menyelesaikan makalah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nurse
Non-FictionIni sekilas dari kehidupan mahasiswa perawat dan semua lika-liku yang terjadi selama praktek di masyarakat dan rumah sakit. Some scenes based on true story.