Senangnya dalam hati... Bila jadi senior... Ahoy ahoy...
Akhirnya setelah satu tahun menjadi junior yang selalu salah di mata kakak senior baik kata maupun tingkah laku. Sekarang kami sudah menyandang sebagai senior mahasiswa semester empat di kampus. Eits.. Jangan salah dan jangan senang dulu jika kau kuliah di kampusku.
Jika kampus lain masa bodo dengan si junior yang mendadak jadi senior. Di kampusku tidak, teman-temanku satu angkatan akan dikumpulkan di lapangan setelah melaksanakan apel pagi. Masih teringat jelas dalam benakku saat itu dimana matahari lagi semangatnya bersinar cerah di musim kemarau membuat bulir keringat sudah berjatuhan dari kening.
Kami saat itu diperintah duduk di atas lapangan apel sambil bersila. Untung saja makhluk kurcaci yang mendekati bumi seperti aku berada di barisan belakang dan duduk tepat di bawah pohon yang begitu rindang dengan menikmati hasil fotosintesis pohon itu untuk mengeluarkan oksigen yang membuat siapa saja di bawahnya akan terasa sejuk.
Lalu, kakak senior yang terdiri dari anak BEM dan Menwa datang dengan gaya sok-sokan sambil berjalan menuju depan barisan mahasiswa, termasuk Bang Sat dan Bang Angga. Aku mendecih, jika kedua makhluk super jahat itu di depan sudah dipastikan pasti ada hukuman yang akan menanti kami semua.
Bang Angga maju dua langkah sambil berkacak pinggang dengan kedua matanya tajam memandangi kami. Auranya terpancar membuatku merinding, melihat sosok lelaki itu seperti aku sedang menonton hantunya insidious The Last Key.
"Selamat pagi! " teriaknya kencang dan tegas.
"Selamat pagi. "
"Ada yang tahu kenapa kalian di kumpulkan disini? " tanyanya dengan nada sinis.
Lah kenapa lu tanya? Bodo amat lu bang, batinku
Kami semua terdiam bahkan saling berkasak-kusuk memikirkan jawaban yang tepat. Sedangkan aku, jangan ditanya, aku lebih memilih rumpi cantik bersama Sandra membahas anime daripada mikirin jawaban dari pertanyaan nggak penting itu.
"Hoi! " teriaknya membuat kami semua hening seketika, "ditanya itu dijawab, nggak gremeng kayak tawon! "
"Nggak bisa jawab, saya suruh merayap sampai lobi kampus! " ketus Bang Angga membuat kami semakin meringkuk ketakutan."Mohon ijin menjawab! " teriak Revy sambil mengacungkan tangan kanannya.
Dia adalah salah satu anak dari prodi S1 tapi beda kelas denganku.
"Ngg... Nganu.. Mungkin kami berbuat kesalahan kak, " katanya dengan nada ragu, "tapi... Saya nggak tahu salahnya apa. "
Aku tertawa cekikikan sambil membatin kalau nggak tahu ya nggak usah jawab. Tapi jangan deh, lebih baik jawab daripada merangkak sampai ke lobi, dikira kita cicak - cicak di dinding apa.
"Kalian semua berdiri! " perintahnya lalu kami semua pun berdiri, "skot jam 20 kali! "
Tuh kan!
Jawab salah, nggak di jawab salah. Emang nyebelin ya tuh orang, mulutnya minta di uleg sama sambel terasi pake teri. Gemes kalau inget-inget wajahnya Bang Angga sampe sekarang.
Kami pun dengan kompak melakukan hukuman sesuai perintah sambil berhitung dengan suara nyaring. Setelah selesai kami diperintah kembali untuk duduk bersila.
"Kalian itu mau jadi senior aja sok-sokan! " tegas Bang Sat ambil suara sambil berkacak pinggang.
Lah lu juga bang, batinku
"Mentang-mentang udah semester tiga terus hirarki kalian hilang gitu! " katanya dengan ketus ," saya bukannya gila hormat ya. Tapi kalau ada kakak tingkat kalian itu 3S nya dipake! Mau di PPS lagi! "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nurse
Non-FictionIni sekilas dari kehidupan mahasiswa perawat dan semua lika-liku yang terjadi selama praktek di masyarakat dan rumah sakit. Some scenes based on true story.