Filsafat itu....

425 28 3
                                    

OH EVERY TIME I SEE YOU
Geudae nuneul bol ttaemyeon
Jakku gaseumi tto seolleyeowa
Nae unmyeongijyo
Sesang kkeutirado
Jikyeojugo sipeun dan han saram
BABY OHOHOHOH
OHOHOHOH
BABY OHOHOHOH.....

Dengan ilmu Raba ketika kedua mata sedang nikmatnya terlelap,  tangan kiriku berusaha meraih alarm ponselku yang kuletakkan di samping bantal.

Gubrak!!

"Hapeku! " teriakku reflek melongok ke lantai dimana ponselku tergeletak hampir punah. Namun untung saja lagunya Chen EXO masih melantun manis.

Jam 3 pagi

Ku baca layar ponselku mencoba untuk terpejam lagi menikmati mimpi Indah ketemu do'i.

"Besok kalau telat lima menit,  kelas akan ditutup, dan nilai kalian dapet E! "

Reflek aku bangkit dari kasurku membuat diriku sedikit terhuyung akibat belum mengumpulkan 9 nyawa.

Mandi pagi di jam 3 itu seperti kau sedang berendam di air es. Apalagi ketika guyuran air mengenai kepala,  rasanya saraf mataku melek semua.

Setelah selesai,  aku segera mengeringkan diri dan memakai seragam kebanggan kampus berwarna putih biru ala anak SMP lalu dandan tipis dan terakhir pakai jilbab. Jam masih menunjukkan pukul 3.25, aku pun bergegas ke dapur mencari sepiring nasi untuk mengganjal lapar.

Nihil! 

Aku mengerucutkan mulutku, sedih juga emak belum masak. Padahal anak kesayangannya mau berangkat kuliah. Alhasil,  aku pun meneguk segelas air putih berharap ini bisa menahan rasa lapar sampai kantin kampus buka nanti.

"Ma.. Mama... " lirihku sambil mengetuk pintu kamar emak mirip suara kuntilanak. 

Ku ketuk lagi namun tak ada jawaban,  kayaknya emak masih betah berlama-lama di dalam.

Ya udah deh,  nanti aku wa aja,  mama,  batinku.

Ku ambil kunci motor matic di atas meja kamarku seraya mengambil jaket tebal lalu memasang masker kemudian sarung tangan dan terakhir helm buluk kesayanganku. Tak lupa membawa satu tas tambahan yang berisi baju olahraga dan sepatu olahraga yang sudah kusiapkan dari kemarin malam.

Suasana kampungku masih sangat sepi, bahkan terlihat kabut yang sudah turun membuat bulu kuduk meremang. Ku keluarkan si mio merah dengan perlahan kemudian men-starter mesin untuk memanasi sembari menutup kembali pagar rumah.

####

Dengan kekuatan datang bulan eh kecepatan motor hampir 100km/jam ku lajukan si mio melewati jalanan perkampungan yang melewati empat kuburan. Njir... Jangan ditanya bagaimana rasanya. Liat daun pisang goyang aja rasanya pengen pingsan. Tapi untung saja jam 3.30 ini bapak-ibu penjual sayur sudah mulai standby di beberapa titik depan gang kampung untuk menata jualannya.

Wuussssssh!

Dinginnya udara ini hingga menembus kulit tipisku. Walau pakai jaket rasanya tidak berefek sama sekali. Si mio keluar dari perkampungan lalu melewati jalan Raya antar kota yang ternyata sudah ramai sodara!  Beberapa truk gandeng (sayangnya waktu itu belum ada yang gandeng saya :v)  melaju sedikit cepat melewati diriku,  dibelakangku ada beberapa motor dengan plat luar kota, mobil pribadi, bahkan bus kota tak mau kalah eksisnya.

Menganggukan kepalaku sambil membatin bahwa inikah kehidupan subuh sebenarnya? Maklum,  waktu itu aku anak pindahan dari rumah di pinggiran kota sekarang tinggal di perkampungan dengan suasana antar kota.

Perjalanan ini tak memakan waktu banyak,  30 menit aku sudah sampai di kampus yang ternyata sudah ada beberapa temanku yang datang. Bersamaan dengan itu suara adzan subuh berkumandang.

The NurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang