BAB 4: Pekerjaan Rasa Hukuman

4.4K 240 3
                                    

BAB 4: Pekerjaan Rasa Hukuman

Candy berlari, ia terlambat. Gadis itu memang belum mengatakan apapun pada sang ayah atau kakaknya sehingga mereka pikir Candy masihlah seorang pengangguran. Waktu sudah menunjukan pukul 7:43 sudah jelas Candy amat sangat terlambat. Padahal dia sudah diberi tahu bahwa sekretaris dan asisten sekretaris haru sudah tiba di kantor pukul 6:30 dan Candy sedang enak-enaknya tidur di waktu itu.

Brak

Candy masih mengatur nafasnya. Ia menatap Melsya yang sudah duduk di mejanya. "Maaf mbak saya telat" Melsya mengangguk dan menepuk kursi disampingnya.

"Panggil kakak aja", Candy menggeleng singkat. "Saya pikir itu kurang sopan" Candy sadar, sebenarnya bukan itu yang menjadi alasannya menolak permintaan Melsya.

"Oh yaudah, senyamanya kamu aja. Pak Ryan tadi manggil kamu, sebaiknya kamu masuk ruangan dia sekarang" Candy mendesah pasrah. Mungkin pria itu tau bahwa Candy terlambat hingga dia memanggilnya, dengan begini akan ada alasan untuknya memarahi Candy.

Ketukan Candy lakukan sebelum gadis itu masuk ruangan sang bos. "Pagi pak bos" Candy berjalan mendekat dan membungkuk hormat. "Maaf saya sedikit ada kendala di jalan" Ryan tersenyum kecil. "Wah lo jadi lebih sopan yah sekarang, kayak anjing liar yang baru dapet majikan" Candy tersenyum kecil.

'Sabar'.

Candy masih berusaha. "Buatin gue kopi, minta kopinya ke Melsya. Gue ga minum kopi lain selain kopi Hacienda La Esmeralda dari Boquete, Panama. Suhunya ga boleh kurang dari 90 derajat celcius dan ga boleh lebih dari 96 derajat celcius" Candy menatap Ryan bingung meski mendengarkan.

"Kopi apa? Hala esmarda?" Ryan menahan tawanya. "Gue denger lo salah satu mahasiswa peraih nilai IPK yang tinggi. Tapi kayaknya lo ga dapet itu dari hasil jerih payah lo sendiri. Dari sisi manapun lo itu keliatan banget begonya" Candy sudah mulai terbiasa mendengar ucapan sepedas ini, Bianca bahkan biasanya lebih parah dari bosnya ini.

"Yah bos, saya ngegodain semua dosen buat dapet nilai bagus" Candy menghela nafas dan berbalik namun terhenti saat Ryan menggumamkan sesuatu. "Lacur" Candy tidak suka dengan panggilan itu namun juga sadar tidak mempunyai kuasa saat dirinya berada di tempat ini.

Karena itu dia hanya diam dan kembali berjalan keluar ruangan. Beberapa waktu kemudian Candy harus terus mengulang pekerjaanya.

"Terlalu manis, lo naburin sekarung gula ke kopi gue?".

"Bego ini ga panas sama sekali".

"Kepahitan".

"Kepanasan, lo mau lidah gue kebakar?".

"Aroma Khasnya ilang lo masukin apa ke kopi gue?".

"Ga guna, lo ngebuang kopi yang harganya mahal lo tau?".

Candy menghela nafas berat, baru kali ini da disuruh membuat kopi dan sebenarnya ada apa dengan kopi kesukaan bosnya itu. Dia sengaja atau memang Candy yang terus melakukan kesalahan?.

"Dasar lacur. Kayaknya lo emang ga bisa ngelakuin hal lain selain ngegodain orang yah?" Candy terdiam. Tanganya mengepal kuat. "Kenapa ga lo buat kopi sendiri ajah sebelum gue tumpahin air panas ke muka lo" Ryan tertawa terbahak-bahak.

Barbie's BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang