BAB 11: Tinggal Bersama

3.4K 195 2
                                    

BAB 11: Tinggal Bersama

Ryan terdiam, memperhatikan luka pada perut Candy yang tengah diperiksa dokter pribadinya. Pria itu tidak habis pikir, bagaimana mungkin gadis itu menahanya seperti itu. Gadis itu tidak hanya ingin terlihat keren dan hanya ingin menampakan sisi monsternya kan?.

Karena manusia normal mana yang kuat menahan semua itu. Candy memang benar-benar tidak normal dan sakit jiwa.

Ryan masih memperhatikan meski dari kejauhan. Pria itu menajamkan matanya saat melihat bekas luka lain di dekat luka Candy. Rupanya. Candy pernah mendapatkan luka yang sama persis sampai menimbulkan bekas luka seperti itu.

Tidak heran dia mampu menahan rasa sakitnya.
"Infeksinya sudah cukup parah. Sebaiknya anda membawa nona ini ke rumah sakit, mengawasi dari dekat saja saya pikir tidak akan cukup" Ryan melirik Candy yang tampak terlelap setelah diberi obat bius.

"Siapkan saja perawatanya disini" Ryan masih tidak memalingkan tatapannya dari Candy. Dokter pribadi Ryan itu membungkuk "Saya akan kembali pagi nanti" Setelahnya dokter pria yang cukup berumur itu pergi meninggalkan keduanya.

Ryan mendekat duduk di tepian tempat tidur dan memperhatikan wajah Candy yang banjir akan keringat. Tampaknya demam gadis itu semakin tinggi dan obat yang diberikan dokter belum bereaksi.

Jelas Candy tampak gusar dalam tidurnya. Gadis itu beberapa kali menghela nafas dan tampak menahan teriakan dalam tidurnya.

Teringat akan sesuatu, Ryan meraih ponselnya dan menelpon Salsa.

"Telpon ayah Candy terserah mau jujur atau ga saya ga peduli tapi luka dia infeksi jadi saya rawat" Salsa tampak terkejut dan membanjiri Ryan dengan banyak pertanyaan sekaligus. "Kau tenang saja, dia ga bakal mati" Ryan terdiam saat Salsa bertanya apakah Candy diberi obat bius atau tidak. Padahal sudah jelas jawabanya.

"Ga bisa, dia ga bisa kena obat bius" Salsa di seberang telpon sana tampak begitu khawatir. Ryan masih tidak mengerti akan kesetiaan atau rasa sayang Salsa yang tidak biasa. Hanya untuk orang seperti Candy.

"Dia ga akan bisa bangun dari mimpi buruk kalo di kasih obat bius. Bisa tolong kirim alamat anda? Saya harus datang dan setidaknya pegang tangan dia ja-"

"Saya tutup" Ryan menyela dan memotong telpon seenaknya saja. Pria itu melirik Candy yang memang terlelap dengan gusar. Ryan tidak ingin ambil pusing dan menganggap itu karena demam yang dialaminya.

Tiba-tiba  Caroline, Kucing Maine Coon yang merupakan ras kucing tertua di dunia milik Ryan datang menghampiri. Meloncat—menaiki tempat tidur dimana Candy terlelap dan mulai menggeliat sambil berbaring dekat helaian rambut hitam Candy.

Lagi-lagi keduanya tampak begitu mirip. Entah apa yang membuat Kucing yang dipercaya sebagai nenek moyang ras kucing Anggora dan Norwegian Forest itu terus mendekati Candy, seolah nyaman dengan sang pemangsa. Bulu hitam Caroline kini sudah menyatu dengan helaian panjang rambut Candy. Keduanya terlelap—meninggalkan Ryan di dunia nyata seorang diri.

Candy memang tampak semakin gusar di setiap waktunya. Ryan mendekat, memperhatikan wajah Candy dengan jarak sedekat ini membuatnya kagum akan wajah yang tampak sempurna itu. Meski pemilik wajah itu memiliki banyak wajah lain, tetap wajah tidurnya tampak seperti gadis biasa yang polos.

"Akhh" Candy berteriak dalam tidurnya. Setelah tampak cukup lama gadis itu menahan teriakan akhirnya teriakan itu lolos juga dari bibirnya. Ryan hanya bisa melihat saat Candy mulai bergerak gusar—tampak tidak nyaman.

Barbie's BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang