BAB 6: Gadis Penggoda
Candy masih belum melepaskan tatapannya dari Barsh. Gadis itu masih menatap tajam bodyguard tuanya yang keadaanya cukup berantakan. Candy mendesah kasar meringis saat merasakan sudut bibirnya yang begitu perih.
Gadis itu bangkit dan mulai berjalan menjauh keluar ruangan. Tidak peduli akan panggilan Ryan sama sekali. "Lo gila? Harusnya lo hentiin lebih awal. Perbedaan kekuatan mereka terlalu jomplang" Ryan melihat keadaan Barsh yang tampak habis dikeroyok puluhan bahkan mungkin ratusan orang sampai membuat pria yang amat dapat diandalkan itu menjadi seburuk ini.
"She's dangerous" Ryan menoleh kecil mendengar gumam-man Barsh. Tidak biasanya pria seperti Barsh mengeluh semacam itu. "Sebaiknya lo cari asisten sekretaris lo itu". Teman dari Ryan memberi saran namun pria itu malah tampak acuh dan memperhatikan setiap luka dari tubuh Barsh.
"Dia baik-baik aja" Ryan menggumam pelan. "Lo pikir dia baik-baik aja setelah melawan monster bodyguard lo itu?" Ryan malah berdecak tidak peduli. "Dia melawannya itu artinya dia sadar akan kekuatan monsternya" teman Ryan yang notabenenya tahu percis keadaan Candy setelah melihat pertarungan itu akhirnya malah tertawa mendengar penuturan Ryan.
"Dia sadar, karena itu dia terus menghindar dari serangan bodyguard lo tapi lo pikir dia bakal berhasil bikin babak belur bodyguard lo tanpa ngorbanin sesuatu? Arena pertandingan ga sebaik itu" Ryan jadi teringat akan raut muka Candy sebelum gadis itu pergi. "Kalau seberesiko itu dia ga perlu naik ke ring kan?" Ryan masih keras kepala.
"Bukannya lo yang mau dia ngasih pertunjukan buat lo?" Ryan kembali berdecak. Jika seperti ini dia jadi merasa tidak enak jika sampai terjadi sesuatu pada Candy. Ryan akhirnya langsung berlari keluar gedung, berusaha mencari Candy yang mungkin masih belum terlalu jauh.
"4 Broken ribs?" mengerti arah pembicaraan pria yang namanya tidak Barsh tau itu tetap membuat Barsh mengangguk kecil. "Meski sejomplang ini dia bisa bikin Barsh sekewalahan itu. Lo tarik cewe berbahaya Ryan, dilihat dari sisi manapun cara dia bertarung bukan cara petarung pada umumnya" helaan nafas kecil lolos dari bibir Banny.
Melihat cara bertarung Candy sudah pasti membuat dia sadar sepenuhnya. Gadis itu mampu membunuh orang lain dengan seranganya, cara bertarungnya bukan untuk mempertahankan diri atau melumpuhkan lawan. Tapi lebih ke membunuh orang lain.
Banny melirik Barsh yang ternyata juga menatapnya dengan maksud dalam pikiran yang sama.
Mereka berpikir sama.
Akan lebih baik membuat Ryan membuang atau membuat Candy menjauh secepat mungkin.
* * *
Ryan mendapatkan pemandangan aneh. Tubuh gadis yang dikenalnya sudah tampak ada dalam dekapan seorang pemuda yang tampak begitu panik dan mengangkat tubuh itu ketika ambulans tiba dan langsung melaju.
"Kalo kaya gini gue jadi ngerasa bersalah" Ryan memiringkan kepalanya. "Dia ga pura-pura atau semacamnya?" Ryan kembali mendesah kesal. Berpikir mungkin alangkah baiknya jika dia mengunjungi Candy ke rumah sakit untuk menenangkan hatinya sendiri yang merasa bersalah.
* * *
"Jadi lo nolong anak yang dipalak preman?" Suara itu membuat Ryan terhenti. Mengurungkan niatnya saat hendak masuk ke ruang rawat inap Candy. "Lo serius? Yang ada harusnya preman kali yang babak belur. Lo ngelawan dua puluh orang sekaligus ajah ga luka sedikitpun. Jangan-jangan lo sok lemah di depan Rafael yah?" Ryan sedikit tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barbie's Bodyguard
Teen Fiction"Kalo bego mah bego ajah. Ga usah sok pinter sampe manfaatin orang sana-sini. Dasar sampah" Candy menoleh, murka akan setiap kalimat yang dilontarkan untuknya. Candy menatap Ryan intens, mendekat lalu berjinjit dan menarik kera baju Ryan. Mencium bi...