BAB 3 : Kontrak Mengikat
"Apa-apaan ini? Di hari wisuda?" Candy berlari. Masih memakai baju wisuda lengkap dengan toga dengan wajah yang sudah dirias. Terlihat begitu mempesona tapi juga aneh, berlarian di jalan sambil mengumpat cukup keras membuat beberapa orang yang melihatnya menatap risau.
Bahkan beberapa dari mereka menertawakan gadis itu. Candy tidak peduli, dia menatap gedung Nars Group yang besar menjulang dengan sedikit kesal. Dari kejauhan ia memperhatikan ayahnya yang baru saja turun dari sebuah mobil dan langsung mengawal seorang pria tua.
"Ayah" panggilan itu membuat semua yang mendengarnya menoleh ke arah Candy yang mulai berjalan perlahan menghampiri sang ayah. Pria yang tampaknya pemilik Nars group itu menoleh pada Samuel—ayah Candy.
"Ini hari wisuda putrimu?" Samuel mengangguk dan langsung meminta maaf. "Harusnya kau mengatakannya, aku jadi terlihat jahat membuat ayah dan kakak gadis itu tidak menghadiri wisudanya" Pria bernama Barham Nars itu berjalan memasuki gedung.
Rapat penting yang dihadiri para petinggi perusahaan hari ini memang menyibukan setiap orang yang tergabung dalam Nars Group.
"Benar-benar" Candy melempar topi wisudanya pada sang ayah yang berjalan mendekat. "Ayah tau aku sangat kesal saat ini?" wajah Candy memerah padam. "Ayah tidak pernah bisa mengambil rapotku sejak SD, SMP, SMA. Aku tidak pernah protes" Candy menyentuh jubah, lalu membuang Map Wisudanya.
"Tapi tidak ada yang datang saat Wisudaku itu sangat keterlaluan, aku-a, aku- benar-benar merasa sangat kesal" Samuel sadar akan kesalahanya. Tapi pertemuan perusahaan hari ini tidak bisa ditinggal olehnya. "Ayah malah memberi harapan. Mengatakan bahwa akan membelikanku buket bunga dan membawa banyak coklat saat hari wisudaku. Jika tidak mau datang jangan berjanji macam itu. Ayah hanya membuatku sesak saja" Candy semakin terlihat kesal, Samuel tau bicara pada putrinya saat ini hanya akan memperkeruh keadaan.
"Padahal... padahal akhirnya aku pikir aku bisa merasakan menjadi seorang siswi seperti yang lainya. Aku kesal sampai ingin membantingmu" Samuel tersenyum, masih berusaha mendekat meski Candy mulai mundur menjauh.
Di Kejauhan Ryan memperhatikan. Tersenyum kecil melihat Candy yang tengah berteriak pada ayahnya. "Cek-cek-cek hidupnya cukup sulit juga" Gumam pria itu yang setelahnya ikut memasuki gedung.
Candy berbalik. Pergi menjauh merasa sedikit lega setelah menumpahkan kekesalannya. Gadis itu sebenarnya tidak tahu akan kemana. Dia hanya ingin melepas sesak dalam hatinya.
Candy melihat pantulan dirinya sendiri dari kaca salah satu toko dan mendesah pelan. Dia merasa benar-benar berantakan saat ini. Karenanya ia masuk ke toko itu dan mengganti pakaiannya.
Mencari kesibukan yang mampu membuatnya lupa sesaat akan sesak pada hatinya.Sebuah momen, Candy hanya menginginkan sebuah momen yang mungkin bisa mencegahnya.
Atau, mungkin menjadi momen terakhirnya.* * *
Mobil yang Ryan tumpangi melaju cukup cepat. Namun saat melewati salah satu halte pemberhentian Bus ia membuat Bodyguardnya memundurkan mobilnya dan memperhatikan gadis yang duduk sendirian di tengah malam itu.
Entah apa yang gadis itu lakukan, entah apa yang terjadi, sampai ia berakhir dalam keadaan seperti ini di tengah malam. Mungkin ia baru saja kembali dari sebuah club malam atau semacamnya. Bau alkohol yang menyengat menjadi penanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barbie's Bodyguard
Teen Fiction"Kalo bego mah bego ajah. Ga usah sok pinter sampe manfaatin orang sana-sini. Dasar sampah" Candy menoleh, murka akan setiap kalimat yang dilontarkan untuknya. Candy menatap Ryan intens, mendekat lalu berjinjit dan menarik kera baju Ryan. Mencium bi...