BAB 15: Panggil Aku Bie
"Panggil aku Bie, orang yang aku sayang panggil aku Bie. Karena kakak bakal jadi suami aku, kakak juga bakal jadi orang yang aku sayang". Ryan kembali tersenyum.
"Bie?".
"Bie" Ryan tersentak. Matanya terasa begitu berat dan kepalanya terasa pening. Pria itu melirik jam dinding yang menunjukan pukul dua pagi. Kakinya melangkah masuk ke dalam kamarnya sendiri dan melihat Candy yang terlelap dengan ucapan-ucapan kecil.
"Gusar seperti biasanya" Ryan menyentuh kening Candy yang basah karena keringat. Pria itu melihat Candy yang mengenakan kaos kebesaran milik dirinya.
Ryan baru sadar bahwa Candy memang tidak memiliki pakaian disini. Pria itu meraih ponselnya dan menelpon seseorang dengan tidak tau dirinya di jam segini. "Fal, siapin baju cewe yang tingginya kira-kira 150 berat kira-kira 39-40 besok pagi kirim ke sini. Ah sama pakaian dalam juga" Ryan tampak berpikir saat ditanyai ukuran pakaian dalamnya.
"Lingkar pinggang kecil, tapi bokongnya cukup berisi kalo dada kayaknya ukuran 32 deh" Ryan mematikan teleponnya setelah wanita di seberang sana mengiyakan permintaan Ryan yang tidak kenal waktu itu.
Ryan melirik sekitar, mencari keberadaan Caroline yang biasanya berbaring di samping Candy. Kucing berbulu hitam lebat itu sepertinya tertidur di kamarnya setelah terlalu banyak memakan makanan dan susunya.
Ryan akhirnya naik ke tempat tidur. Menggenggam lengan Candy dan mengelusnya pelan punggungnya. "Gue makin ga yakin sama perasaan gue ke Clarisa. Itu semua gara-gara lo" Ryan tidak habis pikir. Semua ingatanya datang menghujam.
Mungkin semua itu terjadi karena Ryan mengalami pancingan dari kejadian sebelumnya. Namun dari apa yang diingatnya Candy tampak tidak seperti menculiknya. Justru dialah yang membawa Candy ke tempat yang diinginkannya, hal itu malah lebih terlihat seperti Ryan memanfaatkan Candy untuk lari dari kekesalan pada sang mami dan papi.
Ryan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana ingatan yang sempat muncul saat dirinya di reruntuhan tadi bisa dialaminya. Ryan tidak yakin, mengapa Candy melindunginya? Janji apa yang dibuatnya untuk Candy dan bagaimana ingatannya bisa hilang begitu saja. Apa yang diingat Ryan sebelumnya hanya Clarisa yang menolongnya. Tidak lebih dari itu.
Candy bergerak semakin gusar. "Syuuutt, gue ada disini Bie" Ryan menarik Candy dalam dekapanya, membuat gadis itu kian tenang dalam tidurnya.
Keduanya kian terlelap, terbuai dalam mimpi buruk masing-masing sampai pagi menjelang.
* * *
Salsa mematikan ponselnya. Gadis itu tidak tahu lagi saat Shalman menerornya terus menerus. Menanyakan kenapa Candy hilang kabar. Menanyakan kesalahan yang disembunyikan gadis itu.
Shalman tentu sudah hafal betul tingkah Candy dan Salsa. Keduanya akan menghilang saat menghadapi masalah. Sialnya jika Candy membuat masalah Salsa selalu terlibat dan berujung akan interogasi Syahlman dengan bertubi-tubi.
Salsa lelah menjawab setiap pertanyaan dari kakak Candy itu. Bukan hanya sang kakak, ayah Candy juga ikut-ikutan meneror Salsa. Padahal Salsa saja sudah kepayahan mencari Candy. Tidak ada yang mau memberi Salsa alamat rumah Ryan. Ryan juga bukan orang yang mudah di datangi dan sialnya Salsa membuang kesempatannya begitu saja karena amarahnya yang sempat memuncak.
Salsa cukup terkejut saat Candy menelpon namun bukan memberi tahu apa yang terjadi Candy malah menelponnya hanya karena membutuhkan nomer Bianca. Setelah ditanya Bianca juga tidak menjelaskan dengan jelas. Gadis itu selalu saja bicara seperlunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barbie's Bodyguard
Teen Fiction"Kalo bego mah bego ajah. Ga usah sok pinter sampe manfaatin orang sana-sini. Dasar sampah" Candy menoleh, murka akan setiap kalimat yang dilontarkan untuknya. Candy menatap Ryan intens, mendekat lalu berjinjit dan menarik kera baju Ryan. Mencium bi...