9 kehebohan

69 8 47
                                    


Pagi yang menjelang siang ini, keadaan desa sudah ramai dan berjalan seperti biasa. Kerajaan pun sudah sepi karna jam sarapan lewat sejam lalu. Sekolah sudah bel masuk dimana guru mulai mengajar. Sedangkan kamar seorang gadis dengan desain white-grey yang elegan masih terasa sunyi, ya karna penghuninya masih didalam dimensi bawah sadar.

Guk! Guk!

Seekor anjing kecil naik keatas kasur dan mencoba membangunkan pemiliknya yang sedang tertidur pulas. Dengan sedikit menyudul-nyundulkan kepalanya dilengan gadis itu akhirnya gadis itu pun terbangun. Gadis itu tampak menggeliat dan mengucek matanya khas orang bangun tidur. Gadis berdarah dingin itu bangun dan masuk kedalam kamar mandi untuk bersiap ke sekolah. Setelah rasanya segar ia mengambil tasnya dan berangkat. "Jaga kamarku."

Guk!

Lyera mengangguk singkat dan pergi ke luar istana melewati jalan yang biasanya ia lalui. Baiklah. Dia berharap tidak bertemu apapun dan siapapun yang akan mengganggunya hari ini. Tapi mungkin itu hanya sebuah harapan. Karna sekarang seorang lelaki yang kesal karna janjinya tidak dituruti sedang berjalan disampingnya.

"Hai. Gimana tidurmu?" Tanya lelaki itu yang sedari tadi berjalan disampingnya.

Gadis cuek itu hanya diam dan menganggap pertanyaan lelaki itu hanya angin lalu. Lelaki itu mendecak sebal. Mungkin menurutnya pertanyaan itu hanya sebuah basa-basi.

"Aku bertanya loh bukan sedang berpidato." Kesalnya. "Lagi pula kau telat kan? Pasti karna tidur mu nyenyak sekali." Ujarnya seakan bangga terhadap dirinya sendiri.

Gadis itu lagi-lagi hanya diam karna merasa pertanyaan itu tidak perlu dijawab. Lelaki itu mendengus. "Kau tidak merasa tidur mu lebih nyenyak gitu?" Tanyanya sekali lagi. Gadis itu menggeleng. Ia rasa tadi malam tidurnya biasa saja. "Huhh.. dasar pelupa." Cibir laki-laki itu kesal.

Gadis itu menatap lelaki yang mengejeknya itu tajam, dan yang ditatap hanya senyum lebar seperti biasa. Tak terasa sekolah sudah hampir dekat. "Kenapa wujudmu berubah?" Tanya gadis itu penasaran kali ini.

"Hah? Hm.. kenapa ya? Aku juga tidak tahu. Yang jelas aku bukan power ranger." Jawab lelaki itu, siapa lagi kalo bukan Raze.

Gadis itu menatapnya tajam. Atau memang dia punya kelainan syndrome dimana tatapannya selalu tajam. Entahlah. "Jawab." Desak gadis itu yang tak lain dan tak bukan adalah Lyera. Dia memang bukan type yang suka basa-basi.

Raze terkekeh. "Nanti saja aku beritahu, supaya kejutan." Jawab Raze. Sebenarnya mau bagaimana pun bentuknya, suara Raze tidak bisa berubah. Mudah untuk dikenali di indra pendengaran Lyera. "Aku ingin bertanya juga. Kenapa kemarin malam jam 09.00 aku menunggumu disekolah ternyata kau sudah pulang dan tidur?" Tanya Raze dengan nada dikesal-kesalkan.

"Aku kemarin ke desa." Jawab Lyera singkat padat dan jelas. Dia malas menceritakan kejadian kemarin.

Raze terbelalak. "J-Jadi.. Kamu kemarin di desa??" Pekik Raze. Raze tertegun, Lyera mengangguk. Dan dilihatnya Raze yang keluar keringat di pelipisnya. "Tapi kamu nggak papa, kan? Dia nggak nyakitin kamu, kan?" Tanya Raze dan mengecek Lyera takut ada luka dibadannya seperti Raja kemarin. Aduh.. bang Raze aku-kamu.

"Kok kamu tahu kalo ada—" Jawab Lyera yang terputus karna Raze memeluk Lyera dengan erat di depan gerbang sekolah. Lyera melotot sekaligus risih.

"Kalo kamu butuh bantuan aku atau pengen ketemu sama aku cukup panggil aku dalam hati kamu. Oke?" Ujar Raze. Lyera hanya melihatnya aneh dan bingung. Setelah Raze melepaskan pelukannya, Lyera mengambil langkah masuk kedalam sekolah sedangkan Raze hanya diam melihat seseorang yang berarti untuknya perlahan pergi menjauh darinya. Ia tersenyum getir mendengar alarm bel tanda bahaya berbunyi dari dalam sekolah. Ia tahu, karna ia penyebabnya. Jadi dia memilih cepat pergi dari sana. Para pengawal sekolah langsung berlarian keluar gerbang. Tapi tidak ada tanda-tanda seseorang lagi di sana, karna orang yang mereka cari telah pergi.

Rainbow MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang