7. Worry

88 11 21
                                    

Lyera beranjak pergi dari tempat sepi itu. Awan terlihat mendung dan sepertinya akan ada badai. Ia menghampiri Sia yang sedang menyuapi seorang anak kecil.

"Kembali" ajak Lyera yang seperti perintah. Sia mendengus, ia jarang sekali ke tempat ini. Sekali nya ke tempat ini Lyera malah mengajaknya cepat pulang.

"Kenapa terburu-buru, sih? Pelajaran sihir masih lama. Apalagi kelas meracik ramuan itu. Arrgghh.. aku muak dengan kelas itu." Sia hanya memberi wajah masamnya agar Lyera mau menemaninya sebentar lagi.

"Tidak." Yah kalian pasti sudah tahu. Lyera tetaplah Lyera.

"Apa yang ada di kantung plastik itu?" Tanya Sia yang mengalihkan perhatian.

"Anjing"

"Oh.. wait— ASTAGA?!" Sia tersadar mendengar kata Anjing. Ia langsung mengambil alih keresek itu dan membukanya. "Bagaimana bisa kau memasukan seekor anjing kedalam keresek? Bisa mati tahu." Panik Sia dan membawa anjing itu kedekapannya.

"Ku ambil lalu ku masukan. Anjing itu merepotkan." Balas Lyera merasa tak bersalah.

"Aku bukan tanya cara kau memasukkanya— ah bodo amat. Jadi anjing ini kau temukan dimana?" Tanya Sia lagi sambil mengelus kepala anjing itu.

"Ada yang memberiku." Jawab Lyera sekenanya.

"Kau ini. Biarkan aku saja yang mengurus anjing ini." Lyera tidak merespon. Ia malas berhadapan dengan anjing itu.

Anjing itu tampak menggonggong keras tanda tidak terima dan menyakar Sia dengan kasar. "Arrgh!" Sia mengaduh kesakitan sedangkan Lyera? Ia hanya diam melihat aksi anjing kecil itu. Anjing itu lompat ke arah Lyera yang tidak ada tanggapan. Terlihat anjing itu mendusel-dusel sepatu Lyera.

"Baiklah boy, jangan merepotkan aku." Lyera mengambil anjing itu dan memeluknya. "Kau tidak boleh membuang kotoranmu sembarang atau kau akan habis beserta kotoranmu itu." Ancam Lyera dengan wajah temboknya.

"Sepertinya anjing itu tidak ingin jauh-jauh dari mu" Komen Sia sambil tersenyum. "Jangan menaruhnya di keresek  lagi." Sia tertawa renyah.

"Hm. Ku rasa kau tidak lupa dengan perkataanku tadi." Ujar Lyera sambil membawa anjing itu pergi.

"Perkataan yang mana?" Desis Sia.

"KEMBALI." Lyera sudah hampir tidak kelihatan lagi. Sia pergi mengikutinya dari belakang sambil berlari.

"Si muka semen ini menyebalkan sekali." Kesal Sia lirih.

"Diam atau mati." Ancam Lyera yang masih mendengar.

"Hahh.. baiklah-baiklah."

Mereka melanjutkan perjalanan untuk kembali ke sekolah melewati pasar. Tapi kejadian yang tidak pernah diinginkan terjadi. Dengan brutal, orang-orang yang dianggap jahat itu turun dari langit seakan hujan manusia telah terjadi. Mereka memakai jubah hitam berekor kalajengking yang sangat besar. Tidak sedikit juga yang mempunyai ekor rubah dipunggung mereka. Melihat kondisi ini, desa jadi sasaran penyerangan awal. Lyera diam ditempat. Ia mencerna apa yang akan terjadi. Sia yang panik langsung bersembunyi didalam rumah yang entah rumah siapa.

Lyera berpikir apa yang akan dia lakukan. Dia tidak peduli dengan hidupnya. Ia tahu bersembunyi didalam rumah juga akan percuma karna rumah itu akan hancur tertimpa manusia monster di hadapannya ini. Ah iya dia baru sadar makhluk itu ada dihadapannya sekarang.

"Anak itu.." desis Lyera dan membelalakan matanya kaget.

"Ada kata-kata terakhir?" Lelaki monster itu menatap Lyera penuh minat. Sedangkan Lyera menatap lelaki itu dengan tatapannya yang menusuk.

Rainbow MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang