3. Met

181 16 30
                                    


Ku harap hari ini adalah mimpi buruk. Tapi tidak, ini benar-benar terjadi.

"Aku mencari mu, dan kau tidak menyadarinya? Bodoh" ujar lelaki yang ada di depanku sekarang dengan sarkas. Dialah yang menolongku tadi pagi, Zare.

Aku menetapnya datar dan beralih menatap Alein, menuntut penjelasan darinya.

"Ya yah, baiklah, akan ku jelaskan" balasnya sambil menatapku. "Dia putra dari raja yang baru di- oh ya, aku belum menceritakan kalau ada raja di dunia sihir yang baru" ujarnya.

"Jadi benar dunia sihir itu ada? Ini sudah cukup gila. Aku pikir ibu terdampar di suatu tempat aneh" jawabku.

"Ternyata kau lebih bodoh dari yang ku kira, sihir itu memang ad-" Putus laki-laki tadi karna mulutnya kini telah aku bekap.

Tap.

"Kau dengar itu? Aku merasa ada yang menguping pembicaraan kita" bisikku lirih. "Diam. Aku tidak mau terkena masalah jika ada yang dengar" lanjutku.

"Lyera benar. Pulang sekolah nanti kita bicarakan lagi, oke?" Tambah Alein. "Kami pergi dulu!" ujarnya dan membawaku pergi.

Aku dan Alein pun pergi ke kelas. Padahal aku ingin menceritakan tentang buku itu juga, tapi lebih baik kapan-kapan aja lah.

***

Sepulang sekolah, aku tidak langsung pulang. Tapi aku harus mengantar tugas ku ini kepada pak tua itu.

"Kau mau kemana? Ketempatnya ya? Aku ikut dong" ujar Alein yang tiba-tiba muncul.

Dia bertanya sendiri dan menjawab sendiri. Yeah, aku tahu apa yang ada dihatinya. Itu yang membuatku malas. Menyukai seseorang itu wajar, tapi kenapa harus guru menyebalkan itu sih? "Kau ingin mengantarkan tugasku?" Tawarku.

"Bolehkah?! Terimakasih Lyera!" Jawabnya antusias.

"Hm. Sana" aku memberikan tugasku dan pergi kearah yang berlawanan.

Keadaan sore hari memang sedikit menyejukan. Aku berjalan menelusuri area taman yang kini sepi. Sayang sekali, padahal pemandangan saat ini benar-benar menakjubkan.

SSRAKSS..

Tiba-tiba aku mendengar suara dari balik semak-semak. Aku makin curiga.
Semenjak kejadian tak terduga itu, aku merasa seperti diperhatikan seseorang.
Karna sudah kesal. Aku terpaksa harus menangkapnya.

"Keluar" perintahku. Tapi tetap saja dia tidak keluar. "Aku bilang keluar!" Seruku.

Dan kali ini aku merasa ada angin kencang yang menari-nari mengelilingi tubuhku. Aku sampai harus manahan rok ku kuat-kuat supaya tidak terangkat. Emosi ku sudah tidak terbendung.

"KU BILANG KELUAR!" Teriakku geram.

Hanya dengan satu kedipan mata, ada seorang perempuan yang sepertinya sepantaran denganku kini menatapku antusias.

"A-Aku benar-benar menemukan mu!" Pekiknya senang.

Aku memutarkan bola mataku, seharusnya aku yang bilang begitu.

"Salam Lyera" hormatnya memberi salam. "Akhirnya kita bertemu" lanjutnya.

"Aku tidak mengenalmu" balasku singkat.

"Iya aku tahu kau tidak mengenalku, tapi berkat pangeran Zare, aku bisa bertemu denganmu" jawabnya yang terlihat serius.

Aku mengedip-ngedipkan mataku kikuk, "sepertinya aku sedang dijahili salah satu stasiun televisi, kamera mana kamera? Aku menyerah" ujarku yang kini menatap sekeliling.

Rainbow MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang