Jerk 13 : Angel and Black Jackal

26.6K 2.8K 236
                                    

Vote sebelum membaca 😘



.



.





Tangan Cleopatra tidak berhenti bergetar, dia mengatur napas yang masih tidak karuan. Dia meremas tirai yang ada di sampingnya dengan tatapan kosong. Dia mengingat kejadian yang baru saja dialami beberapa jam yang lalu. Cleopatra masih tidak percaya, dia merasa itu adalah mimpi buruk.

Dengan mata kepala sendiri, Cleopatra melihat penyiksaan dan pembunuhan yang begitu sadis. Bayangan wanita yang menjerit kesakitan masih terngiang di telinganya, suara itu seakan menempel permanen. Apalagi ketika tembakan itu terjadi, tidak ada lagi jeritan, hanya ada darah yang bercucuran.

Yang membuat Cleopatra semakin takut adalah Jarvis, pria itu seakan berubah menjadi monster. Tidak lagi menatap hangat pada Cleopatra, bahkan kata-kata yang keluar dari mulutnya begitu dingin. Pria yang Cleopatra kenal sekan hilang, tergantikan oleh sosok lain.

Setelah Cleopatra menyaksikan pembunuhan itu, Jarvis menarik tangannya keluar dari sana. Beberapa kali Cleopatra mencoba berontak, tapi tenaga Jarvis bukan tandingan siapa pun. Pria itu bahkan tidak bergeming sama sekali saat Cleopatra memukul dadanya meminta di lepaskan, Jarvis hanya menatap Cleopatra dingin kemudian melempar tubuhnya ke atas ranjang. Setelah itu Jarvis pergi dengan mengunci pintu.

Sebelum itu Jarvis mengambil ponsel milik Cleopatra, pria itu begitu pintar hingga mengetahui apa yang ada dalam pikirannya. Cleopatra mengingat bagaimana Jarvis menyeringai sebelum meninggalkannya seorang diri di dalam kamar.

Cleopatra ketakutan setengah mati, ini pertama kalinya dia melihat hal segila itu. Namun, dia berusaha menyembunyikan ketakutan. Pikirannya mulai menyimpulkan hal-hal yang tidak masuk akal, mengira bahwa Jarvis mempunyai kelainan jiwa.

Dua jam telah berlalu, Cleopatra masih terdiam menatap kosong. Saat pintu terbuka, Cleopatra segera menegakan tubuhnya. Menatap seseorang yang masuk ke dalam kamar.

"Kenapa kau belum tidur, Petra?" Jarvis membuka jas berwarna hitam dan melemparnya pada sofa. Dia melangkah mendekati Cleopatra yang berdiri di samping jendela.

Tubuh Cleopatra menegang begitu Jarvis mengurung dengan kedua tangannya. Kepala pria itu menunduk untuk menatap mata cokelat yang indah.

"Kemana perginya jalang kecilku yang selalu menggoda itu?"

Marah dengan apa yang Jarvis ucapkan, Cleopatra melayangkan tamparan keras. Wajah Jarvis berpaling, dia terkekeh sebelum kembali menatap Cleopatra dengan tajam. Sedetik kemudian Jarvis menjambak rambut Cleopatra dengan kuat, dia berjalan membawa perempuan yang menjerit kesakitan ke dalam kamar mandi. Di sana Jarvis melepaskan kepala Cleopatra dengan kasar hingga terjatuh di atas lantai.

Perempuan itu menatap Jarvis yang menyilangkaan tangan sambil bersandar di dinding kamar mandi, pria itu mengangkat kakinya seolah mengisyaratkan agar Cleopatra berdiri.

"Apa yang terjadi denganmu, Cassila? Sadarlah! Apa yang salah denganmu!"

Jarvis kesal dengan tangan Cleopatra yang merangkup wajahnya. Dia memegang kedua pergelangan tangan Cleopatra dengan kuat hingga perempuan itu merasa kesakitan.

"Jangan pernah menyentuhku dengan tanganmu itu," ucap Jarvis penuh penekanan.

"Sakit, Jarvis. Lepas!"

Kekehan keluar dari mulut Jarvis ketika melihat tangan Cleopatra yang memerah akibat ulahnya.

"Kau sakit, Jarvis."

"Ya, aku sakit sejak 9 tahun yang lalu."

Cleopatra terdiam mematung, menatap Jarvis dengan sedikit ketakutan. Apalagi pria itu memainkan pisau lipat dengan tangan kirinya.

"Kau seorang penjahat."

Pisau lipat yang ada di tangan Jarvis mengeluarkan mata pisaunya. Cleopatra mengatur dirinya agar tidak terlihat panik.

"Kau seorang pembunuh."

"Berhenti bicara." Jarvis memainkan pisau lalu mengarahkannya pada leher Cleopatra. "Buka bajumu, Petra."

Perempuan itu tidak berkata apa pun, dia menatap Jarvis seolah tidak akan melakukan permintaan pria itu. Namun, Jarvis menekan pisau hingga kulit leher, membuat perempuan itu meringis merasakan sakit yang amat perih.

"Kau menyakitiku, Jarvis. Aku adalah kekasihmu."

"Buka bajumu!"

Cleopatra memmejamkan mata saat pisau yang menempel di lehernya semakin dalam. Dia menyembunyikan wajah takut dan membuka baju seakan tidak terjadi apa-apa. Hanya menyisakan pakaian dalam saja, tapi itu belum cukup untuk Jarvis. Pria itu mengisyaratkan agar Cleopatra membuka semuanya.

Masih dengan wajah normal, Cleopatra membuka seluruh pakaian yang menutupi tubuhnya. Dia mengangkat dagu tinggi setelah selesai, menatap Jarvis sambil berkata, "Lalu apa? Kita akan bercinta di sini?"

"Tidak." Jarvis melipat kembali pisau yang ada di leher Cleopatra. Dia melangkah mundur, mengusap dagunya sendiri ketika memandang tubuh Cleopatra dari bawah ke atas.

"Masuk ke dalam sana," ucap Jarvis menunjuk bathub dengan dagunya.

"A-apa?"

"Masuk ke dalam sana, Cleopatra."

Cleopatra menggeleng. "Kau ingin membunuhku?"

"Aku tidak membunuh di kamar mandi, Petra. Masuk ke dalam sana atau kau akan melihat kematian orang lain."

Tubuh Cleopatra menegang, dia menggeleng menghilangkan ingatan yang mengerikan itu. Dia menatap Jarvis sebelum masuk ke dalam bathub, mencoba mencari tatapan yang Cleopatra rindukan. Nyatanya Jarvis malah mengarahkan kembali pisau lipat, di mata pisau itu terdapat darah Cleopatra. Menyadarkan lagi akan rasa sakit pada leher.

Saat Cleopatra sudah berada dalam bathub, Jarvis mengalirkan air dingin. Membuat Cleopatra kaget dan menjerit. Dia berdiri agar tubuhnya tidak menyentuh air, tapi Jarvis yang mendekat memaksa Cleopatra untuk kembali duduk.

Walau pun bibirnya bergetar karena dingin, Cleopatra tetap memasang wajah normal. Tidak menunjukan dirinya takut atau lemah, apalagi dihadapan Jarvis. Cleopatra ingin menjadi wanita tangguh, karena dia ingat perkataan Jarvis, 'Aku ingin menikahi wanita yang hanya menangis saat dia kehilangan dan mendapat kebahagiaan.'

"Kenapa? Kau mulai merasa dingin?"

Cleopatra menatap Jarvis,  memeluk tubuhnya sendiri yang sudah tertutup oleh air yang begitu dingin. Ingin sekali Cleopatra memutar kran air panas, tapi melihat Jarvis masih memainkan pisau membuat nyali Cleopatra sedikit menciut.

"Siapa wanita itu? Kenapa kau membunuhnya?"

Jarvis tersenyum mengejek. "Astaga, kau memang bodoh. Apakah harus aku jelaskan?"

Cleopatra terdiam, rasanya sakit sekali ketika Jarvis yang memanggil bodoh padanya. Ingin Cleopatra menangis, tapi tidak, dia mengepalkan tangannya menahan semua rasa sakit pada hati dan tubuhnya.

Mulai berpikir, tentang mafia, kejahatan, anubis, dan banyaknya lukisan serigala hitam. Saat itulah Cleopatra mengingat artikel yang pernah dia baca, seorang pemimpin mafia yang dijuluki black jackal menyebar kejahatan di mana-mana.

"Kau Black Jackal yang mereka cari." Cleopatra terdiam sesaat. "Kenapa kau melakukan semua ini? Apa kekayaan Jack belum cukup hingga kau berbuat kejahatan?"

Jarvis tidak menjawab perkataan Cleopatra, dia terpaku pada tubuh perempuan yang bergetar kedinginan.

"Dingin bukan? Itulah yang aku rasakan 9 tahun lalu ketika menunggumu di bawah hujan malam, sendirian."

"Jadi ini semua karena aku? Kau menjadi seperti ini karena diriku?"

"Tidak, Jack mengajarkanku untuk membalas semua perbuatan seseorang. Termasuk kejahatan."

"Aku tidak pernah berbuat jahat padamu, Jarvis!"

Seketika wajah Jarvis kembali datar saat Cleopatra berteriak, dia mendekat ke arah perempuan itu dan kembali menarik rambutnya dengan keras.

"Rendahkan suaramu," ucapnya mengguncang kepala Cleopatra dengan tarikannya.

"Aku adalah kekasihmu."

"Dengar, Petra. Semua yang terjadi di antara kita adalah kebohongan."

"Kau mencintaiku."

"Diam!"

"Aakhhh!" Cleopatra tidak bisa menahan jeritan saat Jarvis membenturkan kepalanya pada sisi bathub. "Kau mencintaiku, kau ingin menikahiku, bukan?"

"Sebenarnya, Petra, aku menikahimu untuk melakukan ini. Sayang sekali, kau sudah melihat semua." Jarvis berucap tepat di telinga Cleopatra yang sedang dia jambak. "Jadi, perubahan rencana," ucapnya mengigit keras telinga Cleopatra.

"Menangislah."

"Aku tidak menangis untuk hal sepele."

Tanpa berkata Jarvis keluar begitu saja dari kamar mandi. Cleopatra segera berdiri, dia mengambil handuk dan berjalan ke arah pintu. Berkali-kali Cleopatra berteriak memanggil nama Jarvis meminta membuka kunci.

"Jarvis! Buka pintunya, Jarvis!"

Tidak ada jawaban sama sekali, pria itu dengan teganya mengunci Cleopatra di kamar mandi. Karena tidak tahan dengan hawa dingin yang menusuk ke dalam tubuhnya, Cleopatra mengambil semua handuk. Dia menyelimuti tubuh dengan handuk-handuk itu. Badannya mengigil kedinginan dengan bibir pucat.

Cleopatra hanya bersandar pada pintu, salah satu tangannya tetap memukul pintu itu. Bibirnya juga tidak berhenti menggumamkan kata Jarvis, berharap pria itu berubah pikiran.

"Aku wanita yang tangguh, aku wanita yang kau cari," gumam Cleopatra merapatkan tubuhnya sendiri. Dia berbaring di bawah lantai yang dingin dengan diselimuti handuk. Cleopatra menatap pakaiannya yang basah karena terkena air.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya Cleopatra tertidur di bawah lantai, tanpa pakaian.

Pure Jerk [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang