Vote sebelum membaca 😘😘
.
.
Tidak ada tempat yang lebih nyaman dari tempat kelahiran. Sayangnya kalimat itu tidak berlaku bagi seorang perempuan berambut cokelat, ia memilih pergi dari tempat kelahirannya untuk bisa bersama dengan seorang pria.
Tangan Cleopatra menunjuk-nunjuk pekerjaan yang harus diselesaikan para pelayan, mengemasi sepatu yang begitu banyak, semua pakaian mahal dan perhiasan yang akan ia bawa ke Sisilia bersama Jarvis. Sehari setelah penandatanganan surat itu, Jarvis memutuskan untuk kembali ke Sisilia untuk kembali bekerja. Ia sudah terlalu lama meninggalkan tugasnya, sebagai seorang pemimpin ia harus memberikan contoh yang baik.
Gwen dan Genesis sudah pergi, mereka hanya berdiam diri beberapa jam saja di mansion Cleopatra. Bukan tanpa alasan mereka seperti itu, tapi Jack yang memaksa keduanya untuk pulang ke Brooklyn. Dari tatapannya saja Cleopatra sudah tahu bahwa Jack tidak menyukainya. Namun, ia tidak mempermasalahkan hal itu, selama Jarvis ada di sampingnya, semua akan baik-baik saja dalam hidupnya.
Kini perusahaan Rivera dijalankan oleh Jarvis. Ia memang tidak turun tangan secara langsung, Jarvis mengendalikannya dari jarak jauh. Memiliki bawahan yang dapat diandalkan untuk membantu menjalankan perusahaan Cleopatra, salah satunya Stryke.
Tidak ada keraguan sama sekali untuk memberikan perusahaan itu pada Jarvis, karena Cleopatra yakin suatu saat mereka akan menikah dan akhirnya tidak akan ada yang berubah. Perusahaan tetap dijalankan bersama. Hanya saja, Cleopatra sekarang sedang sedikit bimbang untuk meninggalkan mamanya seorang diri di San Miguel de Allende. Meskipun sekarang Simonetta dipindahkan ke rumah sakit milik Jarvis yang ada di sana karena kondisinya tidak membaik, tetap saja Cleopatra khawatir.
Jarvis menjanjikan kesembuhan Simonetta dan keamanannya, banyak dokter yang begitu ahli. Penjagaan di sana juga ketat, Simonetta tidak dibiarkan tidur di kamar biasa. Melainkam kamar paling atas, tempat dimana biasanya keluarga Hudson yang sakit.
"Apa yang kau lamunkan?"
Cleopatra yang sedang tengkurap menoleh ke belakang, ia tersenyum ketika Jarvis ikut bergabung bersamanya di atas ranjang.
"Melamunkan hari pernikahan kita." Tangan Cleopatra merentang lalu memeluk Jarvis dengan sangat erat.
"Berhenti, Petra."
Wajah Cleopatra menjauh dari ceruk leher Jarvis, keningnya berkerut. "Memangnya kenapa?"
Arah pandangan Jarvis menjelaskan semuanya, menatap pada beberapa pelayan yang masih sibuk mengemasi pakaian Cleopatra. Seketika perempuan itu duduk, memberesi rambutnya sesaat. Ketika Cleopatra menyadari para pelayan itu menatapnya, ia balas melotot pada mereka.
"Apa yang kalian lihat?! Keluarlah! Majikan kalian sedang bermesraan," ucapnya dengan tegas.
Mulut para pelayan itu komat kamit, menggerutu atas sikap Cleopatra yang sama sekali tidak pernah berubah. Mereka berjalan keluar dari kamar perempuan itu. Membiarkan Cleopatra memeluk kembali kekasihnya dengan begitu erat. Mereka berguling-guling di tempat tidur, di bawah selimut yang sudah berantakan.
"Berhenti bergerak, Petra. Astaga, diamlah." Jarvis mencoba mendorong tubuh Cleopatra yang ada di atasnya. Perempuan itu tidak bergeming sama sekali, ia bahkan malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Sudah lama kita tidak seperti ini."
"Dua jam yang lalu kau baru saja memelukku."
Wajah Cleopatra menjauh dari leher Jarvis sambil tersenyum. "Ya, tidak di atas ranjang," ucapnya kembali membenamkan wajah.
"Beberapa jam lagi kita akan berangkat, jadi berhentilah melakukan ini."
Cleopatra terkekeh pelan. "Melakukan apa?" Goyangan pinggul mengakhiri ucapannya. Jarvis memutar bola matanya jengah.
"Petra."
"Salah sendiri datang ke kamarku."
"Aku hanya ingin memberitahu keberangkatan kita." Tangan Jarvis masih berusaha melepaskan pelukan Cleopatra. "Lepaskan, Petra. Kau bisa membunuhku jika memeluk seerat ini."
"Baik, baik, aku menjauh," ujar Cleopatra menjauh dari tubuh Jarvis. Ia duduk sambil bersandar di kepala ranjang. Sementara Jarvis masih tidur terlentang dengan tangan yang menutupi matanya.
"Kau bilang kita akan berangkat, lalu kenapa kau tidur, Jarvis?"
"Aku tidak tidur, hanya melemaskan otot saja," ucap Jarvis bergerak duduk. "Bersiaplah," lanjutnya sambil menuruni ranjang. Jarvis berniat keluar dari kamar Cleopatra, tapi perempuam itu menahan.
"Tetaplah di sini."
"Kau harus bersiap."
Bibir Cleopatra mengerucut, ia menggoyangkan tangan Jarvis seperti anak kecil. Pria itu menggelengkan kepala, membuat Cleopatra merengek semakin keras.
"Duduk sebentar, aku ingin menunjukan sesuatu padamu."
"Hanya sebentar."
Cleopatra tertawa seketika, ia mengambil sesuatu dari walk in closet setelah Jarvis kembali duduk. Ia berlari kecil dengan membawa sebuah gitar di tangannya.
"Tada!" Cleopatra mengangkat tinggi gitar di atas kepala, kembali melangkah dan duduk di depan Jarvis.
"Kau ingat ini?"
"Ya, itu hadiah dariku."
Cleopatra bertepuk tangan, senang karena Jarvis mengingatnya. Tanpa tahu malunya, Cleopatra duduk di pangkuan Jarvis. Memunggungi hingga ia bisa bersandar di dada bidangnya.
"Kau dulu pernah berjanji akan mengajarkanku." Cleopatra mengadah, menatap mata Jarvis. "Tapi kau tidak menepatinya."
"Bukan salahku. Kau yang mengacaukannya, Petra."
Gitar yang semula dipegang Cleopatra beralih pada Jarvis. Ia memainkan senar-senar itu dengan lembut.
"Ya, memang. Tapi tidak seharusnya kau mengingkari janji."
Petikan tangan Jarvis pada senar gitar terhenti, ia kembali menatap Cleopatra yang masih mengadah.
"Lalu apa yang harus aku lakukan ketika seorang perempuan cantik menyiramiku dengan makan siangnya?"
Bukannya merasa bersalah, Cleopatra malah tertawa. Ia mengangkat tangannya, merayap ke belakang leher Jarvis dan langsung menariknya ke bawah hingga bibir mereka bersentuhan beberapa detik.
"Saranku, kau seharusnya pergi mandi dengan perempuan cantik itu."
Cleopatra tertawa lagi, lalu bersandar pada dada Jarvis. Ia kembali memegang gitar di depannya, bersentuhan dengan tangan Jarvis.
"Kalau begitu kau bisa mengajariku sekarang."
"Tidak bisa. Kau harus bersiap," tolak Jarvis secara halus.
"Ayolah, hanya beberapa menit saja."
"Lalu bagaimana dengan pakaianmu yang belum selesai dibereskan?"
"Tentu saja pelayan yang akan melakukannya, Jarvis bodoh. Aku tidak mungkin melakukannya sendiri."
Ucapan Cleopatra mungkin terasa seperti lelucon oleh perempuan itu, tapi tidak bagi Jarvis, ia mengingat kembali sesuatu yang membuatnya gelap. Kilasan kejadian sembilan tahun yang lalu, ketika Cleopatra mempermalukannya di depan umum. Bahkan sampai sekarang, Cleopatra masih belum mengucapkan kata maaf pada Jarvis atas apa yang terjadi.
"Jarvis, hei, Jarvis. Apa yang kau lamunkan?"
Jarvis menunduk, menatap Cleopatra yang mengadah padanya. Gelengan kecil yang menjadi jawaban dari Jarvis.
"Diam di sini, aku akan menyuruh mereka masuk lagi."
Cleopatra memberikan gitar itu pada Jarvis, kemudian berlari keluar kamar sambil berteriak memanggil para pelayan untuk kembali masuk dan membereskan barangnya. Jarvis melempar kesal gitar itu ke atas ranjang, menatapnya tidak kalah kesal.
Gitar yang terdapat ukiran nama Cleopatra dan Cassila mampu membuat tubuhnya mendidih. Menuruti kebodohan di masa lalu ketika ia sangat memuja Cleopatra, mencintai perempuan itu bahkan sebelum mengenalnya.
Getaran ponsel pada saku celana mengalihkan pandangan Jarvis, ia merogoh saku celananya.
Mangsa siap kau bunuh.
Jarvis tersenyum membaca pesan dari Stryke, ia melihat foto yang pria itu kirim. Seorang wanita dengan tangan terikat ke belakang, wajahnya ditutupi oleh kain. Beberapa sayatan pada betisnya menimbulkan darah menetes, hal itu membuat senyum Jarvis semakin mengembang.
Merasakan seseorang memasuki kamar, Jarvis segera menyimpan kembali ponselnya. Dan Cleopatra kembali duduk di pangkuan Jarvis, mengambil gitar yang ada di ujung ranjang kemudian bersandar lagi pada dada bidang itu. Bersamaan dengan para pelayan yang masuk kembali ke kamar Cleopatra, membereskan pekerjaan yang sempat tertunda. Antara ranjang dan walk in closet hanya terhalangi oleh sekat kaca, dan itu membuat kemesraan Cleopatra dan Jarvis terlihat.
"Tidak, jangan mencubitnya. Cukup memetik senarnya."
Jarvis mencoba mengarahkan Cleopatra, tapi perempuan yang memang dasarnya tidak pintar itu selalu saja salah.
"Tidak, tidak, jangan seperti itu."
"Kau mengajariku dengan tidak benar!"
"Kau yang selalu salah, Petra," ujar Jarvis. Cleopatra malah melempar gitar ke depan sambil cemberut.
"Kau saja yang bodoh karena tidak pandai mengajariku," ucap Cleopatra sambil mengadah menatap Jarvis. Pria itu tidak membalas tatapannya, membuat Cleopatra kesal dan mencubit jakun Jarvis.
"What the- Petra!"
"Hahah, kau menggemaskan," ucap Cleopatra kembali menarik tengkuk Jarvis hingga mereka kembali berciuman.
Telinga Cleopatra yang cukup tajam mendengar seseorang tertawa kecil. Seketika Cleopatra melempar bantal yang ada di sampingnya ke arah pelayan begitu ciumannya terlepas.
"Apa yang kalian tertawakan, Idiot?!"
"Cleopatra!"
Kepala Cleopatra memutar, menatap Jarvis yang melotot padanya. "Jangan berteriak, Jarvis. Telingaku sakit."
"Sudahlah, menyingkir dariku."
"Kau mengusirku?" Cleopatra memegang dadanya dengan wajah terkejut.
"Tidak, aku ingin ke toilet."
"Kau ingin meninggalkanku karena aku melempar bantal pada pelayan bodoh itu? Itu salah mereka, Jarvis."
"Aku hanya ingin ke toilet, Petra."
Tangan Jarvis mengangkat pantat Cleopatra dan mendaratkannya ke atas kasur. Pria itu hendak beranjak pergi, tapi Cleopatra buru-buru melingkarkan tangannya pada pinggang Jarvis. Kepalanya menggeleng, tidak mengizinkan Jarvis pergi.
"Petra."
Setelah Jarvis memaksa sambil mendorong Cleopatra, akhirnya perempuan itu menjauh dari tubuhnya. Jarvis berdiri, melangkah beberapa kali dan kembali terhenti saat Cleopatra memanggil namanya. Mata Jarvis menyipit saat melihat Cleopatra memegang ponselnya.
"Kembalikan," pinta Jarvis sambil kembali mendekat.
"Tidak, kau pergi saja ke toilet. Ponselmu aman di sini," ujar Cleopatra menyembunyikan ponsel itu di belakang tubuhnya. Ia memang mengambilnya diam-diam saat memeluk Jarvis. Karena tadi Cleopatra banyak bergerak dan menggesekan tubuhnya pada Jarvis, pria itu kehilangan konsentrasi dan tidak sadar ponselnya sudah tidak ada di tempat seharusnya.
"Petra."
"Sana!"
Dengan wajah datar, Jarvis melangkah menuju kamar mandi yang ada di kamar Cleopatra. Meninggalkan Cleopatra yang sedang tertawa di atas kasur dengan tangan yang mengangkat tinggi ponsel Jarvis.
"Oh ya, aku punya peraturan baru untuk kalian. Siapa saja yang memandang Jarvis-ku lebih dari limat detik maka akan aku pecat. Kalian paham?"
Dagu Cleopatra terangkat tinggi saat bicara dengan para pelayan itu. Mereka hanya mengangguk, begitu pula dengan pelayan yang sudah tua. Mereka tidak ingin cari masalah, sifat Cleopatra sudah sangat mengerikan bagi para pelayan di sana, bahkan hanya dari mendengar cerita orang lain.
"Dan siapa tadi yang tertawa? Aku ingin memecatnya."
"Itu saya, Nona. Maaf karena lancang, saya hanya teringat dengan anak saya," ucap salah satu pelayan yang lebih tua diantara semuanya. Rambutnya sudah putih sebagian, begitu pula dengan kulitnya yang sudah mengeriput.
"Oh, Nenek. Jangan samakan aku dengan anakmu yang tidak sederajat denganku itu," ucap Cleopatra merebahkan dirinya lagi sambil mengaktifkan ponsel Jarvis. "Aku tidak akan memecatmu sekarang, tapi jika kau menatap Jarvis lebih dari lima detik kau akan dipecat. Paham?"
"Paham, Nona."
"Astaga, apa kata sandinya?" Cleopatra bergumam ketika semua sandi yang ia masukan pada ponsel itu salah.
Jari Cleopatra berhenti mengetik ketika mendapat pesan masuk. Layar ponsel memperlihatkan nama pengirim pesan itu. Hanya tiga huruf, 'Lyn' tapi membuatnya terdiam seketika.
"Lyn? Siapa Lyn? Astaga apa sandinya, aku ingin melihat pesan yang dia kirimkan?"
Baru juga Cleopatra hendak mengetikan kata sandi, ponselnya yang dipegang direbut secara tiba-tiba oleh Jarvis.
"Kembalikan, Jarvis."
"Tidak."
Jarvis berjalan menuju pintu keluar, Cleopatra meloncat dari atas ranjang. Ia mendahului Jarvis berjalan hingga bisa merentangkan tangannya di depan pintu.
"Cleopatra, menyingkirlah."
"Siapa Lyn?"
"Hanya seseorang yang aku kenal."
"Apa dia perempuan?"
"Ya," ucap Jarvis sambil mengangguk.
"Apa?! Lalu pesan apa yang dia kirim? Cepat buka, aku ingin melihatnya."
"Tidak." Jarvis mengangkat tinggi ponselnya hingga Cleopatra cukup kesulitan untuk menggapai.
"Kau berselingkuh?! Teganya kau!"
Tangan Cleopatra memukul dada Jarvis berulang-ulang, menciptakan suara yang cukup keras.
"Hentikan, Petra."
"Kau berselingkuh, Jarvis."
Pria itu mulai jengah. Jarvis menahan kedua tangan Cleopatra dengan satu tangan kirinya. Ia membuka pesan dari Lyn dan memperlihatkannya pada Cleopatra.
"Terima kasih," gumam Cleopatra membaca pesan itu.
"Lihat? Aku tidak berselingkuh." Jarvis melepaskan tangan Cleopatra dari cengkramannya.
"Cepat selesaikan semuanya, aku menunggu di bawah," ujar Jarvis melewati Cleopatra.
"Tunggu, Jarvis! Kita belum selesai belajar gitar! Jarvis!" Cleopatra berteriak, tapi tidak Jarvis hiraukan sama sekali.
Kaki itu menghentak, merasakan kesal yang amat dalam. "Lyn? Aku lupa tidak menanyakan kepanjangannya. Apakah itu Lyndsi. Tunggu, aku tahu nama Lyndsi." Bibirnya berhenti bicara sesaat. "Hell! Bagaimana kalau itu Lyndsi Julliet?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pure Jerk [DITERBITKAN]
Romance#Second_story_of_JERK_serries #Jack_and_Gwen_Son Semenjak hari di mana amarahnya memuncak, tidak ada satupun yang tahu bahwa seorang Jarvis Cassila Hudson telah menjadi serigala liar yang bersembunyi dalam kegelapan. Layaknya predator berbahaya, ser...