Jerk 2 : Our secrets

50.5K 4.4K 272
                                    

Vote sebelum membaca 😘😘

.

.

Seorang pria bermata abu itu membuka jas hitam miliknya, melemparnya asal ke sebuah sofa kecil. Sementara dirinya memilih merebahkan diri di atas sofa lebar, mulutnya mendesah lega ketika merasakan kenyamanan pada tubuhnya. Satu tangannya ia jadikan penutup mata, mencoba tidur dengan tidak mempedulikan seorang pria bermata biru yang sibuk dengan kertas dan beberapa berlian di meja tempatnya.

"Kita harus istirahat, Jarvis," ucap pria bermata abu dengan nada yang menggambarkan bahwa dirinya sedang lelah. Pria bermata biru itu tidak menghiraukannya, ia tetap fokus pada pekerjaannya.

"Aku perlu tidur di atas ranjang yang empuk." Mata Stryke menatap ranjang besar berwarna hitam pekat yang tidak jauh dari posisinya.

"Jangan coba-coba." Jarvis berucap dengan tangan berhenti bergerak, tapi matanya tetap menatap benda-benda berkilauan di hadapannya.

"Kalau begitu aku akan pergi," putus Stryke pada akhirnya. Ia duduk di sofa yang tadi ia tiduri, salah satu tangannya meraih jas yang tadi ia lempar asal.

"Pergilah," ucap Jarvis tanpa beban. Helaan napas kasar keluar dari mulut Stryke, ia memakai jasnya kembali asal lalu berjalan mendekat ke arah Jarvis.

"Aku ambil ini." Tangan Stryke mengambil salah satu permata berwarna merah di atas meja milik Jarvis.

"Letakan kembali." Jarvis memerintah dengan tatapan masih pada pekerjaannya.

"Tidak, aku ingin permata ini. Bagus untuk cincin pernikahan," ucap Stryke sambil mengangkat berlian itu dan mengamatinya penuh kekaguman.

Senyuman tercetak pada wajah Stryke, ia hendak memasukan berlian itu pada saku celananya. Namun saat matanya bertemu dengan mata biru jarvis yang menatapnya tajam tanpa ekspresi, Stryke memilih meletakan kembali permata merah itu diantara permata bening yang berkilauan.

"Aku akan pergi ke hotel," ucap Stryke pada akhirnya.

Tangan Stryke mengusap jasnya yang sudah tertata rapi kembali. Tanpa berbicara lagi kepada Jarvis, ia keluar dari ruang yang memiliki pintu berwarna hitam itu. Berjalan menelusuri lorong dan membuka kembali pintu berwarna cokelat tua.

Saat pintu itu terbuka, suara musik yang dimainkan DJ menggema di telinga Stryke. Bersamaan saat kakinya melangkah keluar dari pintu itu, beberapa orang yang menjaga disekitar pintu membungkuk hormat padanya.

Sesaat kaki Stryke berhenti melangkah, ia menyangga tubuhnya dengan tangan pada pembatas, matanya menatap ke bawah. Tepatnya pada lantai satu dan dua, di mana beberapa orang sedang sibuk meliuk-liukan badannya mengikuti musik yang memenuhi pendengaran. Sementara di lantai dua, Stryke melihat orang-orang berkelas yang sedang bercangkrama, tidak sedikit dari mereka yang menari.

Latai dua tidak terlalu ramai seperti lantai satu yang terlihat layaknya lautan manusia. Mata Stryke menatap tajam seorang perempuan yang memakai gaun ungu di lantai satu, meliuk-liukan tubuhnya sambil mengangkat tinggi vodka yang ia minum sambil dihimpit dua laki-laki.

"Shit!" Stryke langsung berlalu dari tempatnya. Ia menaiki lift dan turun dari lantai tiga menuju lantai dasar.

Stryke berlari ketika lift sampai di lantai satu, membelah kerumunan orang-orang yang sedang menari mengikuti irama musik. Tangan Stryke meraih pinggang seorang perempuan bergaun ungu dengan punggungnya gaunnya yang terbuka. Perempuan itu terpekik ketika dada miliknya berbenturan keras dengan dada milik Stryke.

Pure Jerk [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang