Chapter 9

284 11 0
                                    

Sampai rumah aku masih kepikiran dengan kata kata Angga. Apa coba maksudnya ? Kenapa nadanya seperti sebuah ancaman.
Kurebahkan tubuhku diatas tempat tidur,  mataku menerawang jauh kelangitlangit dinding kamarku.
Ku coba memejamkan mata sejenak,  berharap terlepas dari semua beban yang ada dipikiran ku saat ini.

Tangan itu berhasil meraih tanganku,  aku coba menghindar sekuat tenaga namun percuma.

" Maura "

Suara itu..  Aku seperti mengenal suara itu.  Kucoba memberanikan diri untuk menatap wajah itu.  Wajah yang kali ini tanpa berlumurah darah.  Wajah yang bener bener aku kenali,  Kak Irgi..
Gumamku
Sebuah senyuman mengembang dari bibir nya.  Sebuah senyuman yang sejak lama sekali aku rindukan.
Aku terpaku, aku harus apa,  aku bingung. Bahkan untuk memeluknya pun aku masih belum berani.
Tiba tiba sebulir air matapun lolos dari sudut mataku.
Kak Irgi melepas tanganku perlahan,  iapun mulai berbalik dan berjalan menjauh dariku.
" Kak Irgiiiiii " teriakku

Sontak saja mataku terbuka,  ternyata itu hanya mimpi.
Sekangen itukah aku sama kak Irgi?
Tanya Maura lirih dalam hati.

Kuambil ponselku,  kucari nomer hp kak Irgi dan mencoba menghubunginya namun lagi lagi gak aktif.
Kak Irgi Maura rindu..

*****
Kuturuni anak tangga dan beralih duduk dimeja makan untuk sarapan.
Kulihat mamah sedikit tergesa gesa.
" Mau kemana mah pagi pagi gini? " tanya ku saat kulihat mamah mulai mengambil tas dan pamitan sama papah.
" Mau nganter bu Tiara kerumah sakit"
" Bu Tiara siapa sih mah? "
" Yang tinggal diujung jalan sana lho,  masa sama tetangga sendiri kamu gak kenal"
Aku coba mengingat namun kosong,  maklum aku jarang banget keluar rumah selain kesekolah.
" Kasian anaknya sudah koma berminggu minggu,  mamah mau ikutan jenguk bareng ibu ibu yang laen juga . Mamah duluan ya"
Pamit mamah sambil mencium keningku.
Aku masih belum ngeh banget sama yang namanya bu Tiara itu.  Ya sudahlah gak penting juga kan.
Hari ini aku berangkat kesekolah bareng papah.  Lumayan lah gak kepanasan hehe..

****
Sampai disekolah aku melihat Angga yang lagi lagi sedang mengobrol serius dengan gadis itu.  Gadis yang waktu itu aku liat juga bersama Angga.
Ya Tuhan semoga aja tuh cewe beneran pacar si Angga itu biar  tuh makhluk yang ganguin aku lagi.
Gerutuku perlahan.

" Mauraaaa... " panggil Mia yang kencengnya selangit,  sampai Angga sama tuh cewe noleh ke arah ku.
" Berisik banget sih luh "
" Uups sory sory"
" Untunggnya sirese itu nggak nyamperin"
" Angga maksudnya" Jelas Mia.
" Bisa nggak kalau gak usah sebut namanya"
Uuppss
Kulihat Mia malah cengar cengir gak jelas.
" Ra,  pulang sekolah anterin gw kerumah sakit ya.  Bentaran aja mau ketemu kakak. "
" Palingan juga mau minta dtambahin uang jajan,  iyekan? "
" So teu luh ah "

*****
Pulang sekolah aku nepatin janji buat nemenin Mia kerumah sakit untuk nemuin kakak nya yang dokter itu.  Kali ini minus tanpa mila.
" Gw nunggu disini aja ya " pintaku sementara Mia masuk keruangan sang kakak.
Dari pada bosan nunggu aku coba jalan jalan bentar sembari menelusuri lorong lorong rumah sakit.
Langkahku terhenti saat ku lihat Setra keluar dari sebuah ruangan.
" Itu beneran Setra bukan sih? " tanyaku. Kucoba mengejar Setra sekedar memastikan, namun langkahku terhenti tepat didepan sebuah ruangan.
Dengan rasa yang penuh penasaran perlahan kucoba membuka pintu kamar tersebut.
" Ra "
Tiba tiba aku dikejutkan dengan kehadiran Setra.
Setra meraih tanganku yang saat itu sedang memegang gagang pintu.

" Setra "

Setra membawaku beberapa langkah menjauh dari kamar tersebut.

" Sayang kamu ngapain disini? " tanya nya,  sementara aku masih aga gugup.
" Aku..  Aku antar Mia ketemu kakaknya. Kamu sendiri ngapain disini? "
" Aku bis jenguk teman aja yang sedang sakit "
"Owhh " jujur aku masih penasaran dengan pasien yang berada didalam ruangan tersebut,  nth kenapa rasa itu begitu kuatnya.
" Aku antar kamu pulang ya? "
" Nggak usah aku bareng Mia aja"
" Beneran? "
" Iya,  bentar lagi juga Mia udahan kok "
" Kalau gitu aku temenin sampai Mia kelar ya "

Aku mengangguk.  Kami duduk dikursi yang memang sudah tersedia.  Pandangan dan pikiranku masih tertuju pada ruangan itu.
Setra menggenggam tanganku erat seraya tersenyum.
Selang beberapa menit Mia datang dan kamipun beranjak pergi dari rumah sakit tersebut.

 Tentang Rasa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang