Chapter 10

302 12 0
                                    

Malam hari dimeja makan mamah masih asik bercerita soal anak bu Tiara yang sedang koma.

" Memangnya anakny itu masih muda mah? "
" Masih,  kira kira beberapa tahun diatas usia kamu.  Mamah rasa kamu kenal deh ra karena mamah ngerasa pernah liat dia ngobrol sama kamu"
Aku hampir keselek makanan saat mendengar ucapan mamah.  Kuambil segelas air minum.
" Namanya siapa mah? " tanyaku penasaran.
" Irgi irgi siapa gitu,  duh mamah lupa"
Whattt????  Kak Irgi????
Ini aku gak salah dengar.  Otakku seperti enggan menduga menduga hal yang buruk dulu,  ini belum tentu Kak Irgi yang aku kenal kan,  nama Irgi bukan cuma satu kan,  gak mungkin,  gak mungkin yang mamah maksud tuh beneran Kak Irgi.
Tanpa terasa air mataku mengalir membasahi pipi,  pikiranku bener bener terkunci sama sosok kak Irgi.

" Ra kamu baik baik aja kan? " tanya mamahku.  Yang melihat aku terpaku beberapa detik.
Kuseka air mataku.  Dan ku minta mamahku menyebutkan dirumah sakit mana Irgi dirawat.
Ternyata rumah sakit yang sama,  rumah sakit tempat kakak Mia bekerja.

*****
Besok harinya aku ijin untuk gak masuk sekolah.  Ak penasaran,  kuminta Mia menemaniku kerumah sakit tersebut.  Suster menyebutkan sebuah nomer kamar dimana pasien koma bernama Irgi dirawat.
Setibanya didepan kamar tersebut aku tertegun.
Ini kan kamar yang kemarin..
Ucapku dalam hati.
" Raa,  yakin luh mau masuk kedalan? " tanya Mia
" Harus Mia,  gw harus mastiin ini beneran Kak Irgi atau bukan "
Mia mengusap bahuku.
Perlahan kubuka pintu kamar tersebut.
Betapa terkejutnya aku saat kulihat tubuh kaku terbaring tak berdaya diatas ranjang rumah sakit dengan segala peralatan menempel ditubuhnya.
Kututup mulutku dengan sebelah tanganku, guna menahan isak tangisku yang mulai menjadi.  Kuhampiri tubuh kaku itu perlahan.
Dan..
Astaga itu beneran Kak Irgi
Tubuh ku lemas seketika dan hampir jatuh.  Airmataku dengan deras nya membasahi pipiku.
Duniaku seakan terhenti saat itu.
" Kak Irgi " panggilku dengan suara parau penuh isak.
Kugenggam erat tangan Kak Irgi.
" Ini beneran Kak Irgi? " tanyaku sendiri yang masih gak percaya dengan apa yang kulihat.
Mia menghampiriku,  mencoba menguatkanku yang hampir bener bener jatuh.
" Sabar ya Ra"
" Nggak mungkin gak mungkin " kali ini tangisku menjadi sejadi jadinya.  Seperti separuh nyawaku hilang saat melihat kondisi Irgi.
Setra yang tiba tiba muncul langsung memapahku keluar ruangan. 
" Kamu ngapain kesini Ra? "
Aku masih berusaha mengendalikan tangisku. Setra menarikku kedalam pelukannya.
" Menangislah Ra,  bila itu bisa membuat kamu lega"
Aku masih tetap larut dalam tangisku.  Aku bener bener gak pernah tau keadaan Kak Irgi selama ini seperti itu. 
Kurasakan tubuhku masih sedikit bergetar, Setra pun makin erat memelukku.
"  Tra luh kok tiba tiba ada disini? " tanya Mia yang sejak tadi memang memperhatikan kami.
Setra melepas pelukanku,  aku pun coba menyeka air mataku dan berusaha mengendalikan emosi ku.
Kutatap Setra untuk beberapa saat,  Mia benar sedang apa Setra disini.

Setra masih terdiam, menarik napas dalam dalam.  Dan aku serta Mia masih menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Setra.

"  Aku nggak tau ini saat yang tepat atau bukan untuk ngejelasin semuanya kekalian khususnya kamu Maura.  Ucap Setra seraya melihat kearah Mia dan aku secara bergantian. Jujur aku makin penasaran dengan apa yang akan Setra jelasin.
" Aku harap kamu gak akan berubah Ra setelah dengar penjelasan dari aku.  Karena rasa aku kekamu tuh itu real,  berjalan dengan semakin dekatnya aku sama kamu"
Aku masih coba diam dan gak memotong ucapan Setra.
" Irgi adalah saudara sepupu aku "
Apa???..
Apa aku nggak salah dengar?  Setra sama Kak Irgi sepupuan dan aku baru tahu sekarang.
" Sepertinya ini obrolan pribadi antara kamu dan Setra Ra,  aku lebih baik balik duluan ya" Pamit Mia.
Aku hanya mengangguk perlahan seraya Mia melangkah meninggalkan kami berdua.
" Lalu? " tanya ku berharap Setra menjelaskan semuanya.
" Sejak SMA Irgi udah benar benar naksir sama kamu.  Dan semua tentang kamu dia tulis disebuah buku harian.   Sementara aku sebelumnya ngak terlalu ngeh kamu yang mana Ra. Walaupun aku tau kita sering berpapasan atau berangkat bareng. Tapi dulu aku bener bener gak punya perasaan apa apa sama kamu,  bahkan sampai aku nembak kamu perasaan itu masih belum ada. Maafin aku ra"

Aku lemas kembali saat mendengar penjelasan Setra.  Kucoba bersandar pada dinding.

"  Demi Irgi aku mencoba untuk lebih jauh mengenal kamu. Demi mencari tahu siapa yang membuat Irgi celaka aku berusaha mendekati kamu. "

" Celaka? " tanyaku perlahan sambil menatap Setra.

" Ada orang yang berusaha untuk mencelakai Irgi "

" Apa? " Aku hampir gak percaya mendengar perkataan Setra.  Hati kecilku bertanya tanya siapa yang mau mencelakai orang sebaik Kak Irgi. Lalu hubungannya sama aku tuh apa?.

" Tapi Ra,  sumpah demi apa pun,  saat ini perasaan aku kekamu udah beda.  Aku beneran jatuh cinta sama kamu,  walaupun aku tau itu akan menyakiti perasaan Irgi kelak"

Kuseka air mataku,  aku masih belum bisa menerima kenyataan ini.
Aku inget dengan kata kata Angga,  apa mungkin ini perbuatan Angga?
Ngaak ngaak mungkin.. 
Elakku mencoba untuk ngak berpikir terlalu jauh.  Dan apa mungkin Angga sanggup berbuat seperti itu. Seberapapun aku membenci Angga, seengga suka nya aku sama Angga tapi untuk mikir Angga melakukan hal sejahat itu rasanya nggak mungkin.

"Ra"
Lamunanku buyar saat Setra memegang tanganku.
" Diam? "
Aku masih nggak tau harus berkata apa, dan kenapa juga pikiranku bisa berantakan seperti ini. Kenapa aku begitu terlalu dalam larut dalam masalah ini.  Kenapa perasaan aku seakan nggak terima dengan semua ini,  dengan semua yang terjadi pada Kak Irgi.
Aku kenapa? Kenapa aku?  Dan ada apa dengan aku?
Pertanyaan pertanyaan seperti itu semakin terngiang dalam otakku.  Mungkin aku hanya sedikit lelah atau...  Atau ada yang lain yang aku rasakan pada Kak Irgi.
Kucoba menarik napas dalam dalam.

" Aku mungkin hanya masih sedikit kaget aja dengan semua nya,  dengan penjelasan kamu dan.. " kuhentikan ucapanku seraya kutatap wajah Setra. " Aku antar kamu pulang ya? "
Aku mengangguk mengiyakan.  Kami pun melangkah pergi walau rasanya masih berat untuk meninggalkan Kak Irgi sendiri.

 Tentang Rasa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang