Membenci, boleh?

5.3K 361 6
                                    

Semua berubah seketika dimulai pada pagi itu, Febri menjadi merasa aneh saat bertemu Regan. Tak pernah terpikir sedikitpun olehnya jika ia berhubungan intim dengan seorang pria. Semuanya terasa begitu aneh dan terlalu cepat. Ingin sekali ia hapus kejadian malam itu, hanya saja kejadian itu adalah tulisan bercetak tebal dalam sebuah buku, maksudnya itulah kejadian yang akan teringat paling jelas.

"Gan.. bangun.." ucap Febri yang sudah bersiap kerja membangunkan Regan yang masih tertidur .

"Eummm.." Ucap Regan.

"Bangun.. aku mau berangkat kerja.. kalau kamu gak keberatan tolong nanti kuncinya titipin saja di ibu uci.." Ucap Febri.

Regan tak menjawab dan matanya masih tertutup, namun Febri tak menghiraukan nya. Hari ini hari pertama juga bagi Febri tak memanggil Regan dengan sebutan Aa. Rasanya tak pantas saja untuknya, Febri sejenak berpikir untuk menjauhinya saja, atau berpindah kostan, hanya saja dia tak punya uang banyak dan belum seminggu ia bekerja, mana mungkin dapat kasbon, dan juga kostan dan semuanya sudah pamannya siapkan, kostan senyaman itu akan sulit ditemukan. Dan... Setelah buang air besar pagi ini, Febri merasa bagian belakangnya terasa sangat sakit dan perih, seperti luka lecet yang parah, namun Febri mencoba untuk menahannya agar tak malu.

"Feb ngapain kok berdiri depan pintu.." ucap Mario mengagetkan Febri.

"Eh.. euu enggak.." jawab Febri

"Mau kerja? Bareng ayo.."

"Gausah.. naik Transjakarta aja.."

"Udah ayo, searah kok.."

"Yaudah.."

Akhirnya Febri menerima tawaran Mario, dengan motor Kawasaki 250 cc berwarna hijau. Mario mengantar Febri sampai ke tujuan,Susah payah Febri menaiki motor itu menahan perih menelusuri jalan jakarta pagi hari yang jauh dari kesan sejuk, rindang, dan damai. Suara klakson mobil dan motor saling tegur sapa, mereka berlomba mencapai tempat tujuan tercepat, sebuah awalan yang buruk.

"Feb.." ucap Mario sedikit keras.

"Iyaaa.. " Ucap Febri yang sedikit keras juga.

"Maafin gue yaaa.. gue bikin lo gak nyaman." Ucap Mario merasa bersalah atas tindaknya tadi malam.

"Maksudnya..?"

"Itu soal kemaren malem..."

"Ohhhh... Iya iyaaa, santai ajaa..."

"Makasih ya..."

Mereka saling teriak hanya untuk berbicara padahal jaraknya tak lebih dari sejengkal.

Dengan menggunakan motor, Febri sampai tempat kerja dengan lebih cepat.

"Mario makasih nih yaa udah dianter.." Ucap Febri sambil melepas helm.

"Iyaaa, nanti kalo mau kerja bilang aja.." Sahut Mario

"Eh kok gitu, udah gak usah. makasih nih sekali lagi.."

"Makasih mulu.."

"Kenapa emang..."

"Ya bayar lah.."

"Duh aku belum gajian.. gimana.." Ucap Febri panik karena dia gak bawa uang lebih.

"Hahaha gak kok bercanda... " Ucap Mario sambil ketawa. "Yaudah gue balik ya.." Ucap Mario

"Ok sip.. hati-hati.." Jawab Febri

"Eh iya kapan-kapan teraktir yaa kalo udah gajian.. hahaa.." Canda Mario.

"Iya iyaaa.. haha" Balas Febri.

Mario menyalakan mesin motornya dan putar balik melawan arah yang mereka lalui tadi, Hari ini Febri harus full shift terlebih dahulu mengikuti peraturan yang berlaku, memasuki gedung disana Febri melihat Mila (salah satu karyawan di bagian cerita sebelumnya) yang masih duduk santai menunggu yang lain.

HASRAT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang