Febri terbangun di pagi hari yang dingin, diluar sedang hujan namun tak membuat Febri mengurungkan niat untuk bangun dan berangkat bekerja. Semalam kembali Febri mengalami hal tak terduga, hari ke hari semuanya semakin terasa aneh. Kenapa hidup tak bisa berjalan normal saja, begitu lah yang selalu Febri pikirkan.
"Eh Nak Febri mau kerja?" Ucap Bu Uci menyapa Febri saat hendak pergi ke tempat kerja.
"Iya bu.. tumben bu pagi-pagi udah disini.." Tanya Febri.
"Iya nih abis beresin kamar Mario, dia ngedadak pindah.." ucap Bu Uci yang sedikit mengagetkan Febri.
"Pindah? Kenapa?" Tanya Febri.
"Gak tau tuh, katanya udah gak betah.. gitu. Yaudahlah.." Ucap Bu Uci.
Febri merasa tak enak, apa karena dirinya sehingga Mario pindah. Sebenarnya Mario teman yang baik, tapi entah apa yang merasuki nya kemarin. Atau jangan-jangan Regan kemarin malam nemuin Mario.
"Yaudah ibu mau kerumah dulu yaa feb.."
"Eh. Iya bu.."
Febri berjalan sambil memikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi saat Mario pindah, kalau karena Mario dan Regan berantem rasanya terlalu berlebihan, untuk apa mereka berantem. Lagian yang punya masalah bukan antara mereka berdua.
"Febri..." Panggil Regan.
"Kenapa?" Tanya Febri.
"Aku antar ya.." Ucap Regan.
Febri mengangguk dan menerima tawaran Regan, karena memang ada hal yang ingin Febri tanyakan pada Regan.
"Mario udah gak ngekost disitu ya.." Ucap Febri.
"Bagus dong.."
"Maksudnya?"
"Ya baguss.. da tuh bukan orang baik-baik Feb.."
"Kamu jangan ngejudge orang sembarangan.."
"Ya emang bener kan..."
"Kamu berantem lagi yah sama Mario tadi malam?" Tanya Febri ke permasalahan inti.
"Enggak kok.. " jawab Regan santai.
"Serius?"
"Iya.."
Regan kembali fokus pada jalanan dan Febri tak banyak bertanya lagi, Jakarta hari ini diguyur hujan dan sudah mulai ada genangan air di beberapa ruas jalan karena buruknya saluran irigasi yang tentunya disebabkan pola hidup masyarakat yang masih buang sampah sembarang.
"Kamu udah sarapan?" Tanya Regan.
"Belum.." Jawab Febri.
Regan kemudian berbelok ke arah kiri, ke arah yang berlawanan dari tempat kerja Febri.
"Regan.. arahnya salah. Harusnya belok kanan.." ucap Febri.
"Aku mau ngajak kamu sarapan dulu.." Ucap Regan.
"Ehhh gak usah.. aku nanti telat." Tolak Febri.
"Jangan.. sekarang cuaca lagi dingin nanti kamu sakit, jangan ngosongin perut.." ucap Regan.
Regan sangat peduli pada Febri, walaupun Febri tak pernah sekalipun membalas perasaan Regan, dia tetap berusaha melakukan hal-hal yang sangat manis pada Febri. Regan orang yang sangat baik walau terkadang dia sangat kasar.
Regan memarkirkan mobilnya di depan sebuah kedai kecil, hanya ada beberapa orang yang sedang menikmati sarapan mereka serta masih banyak tempat duduk kosong di kedai tersebut.
"Ehhh Regan... Kemana aja baru mampir lagi.." Ucap seorang Nenek menghampiri Regan dengan gembira.
"Hehe.. iya baru sempet kesini lagi.." Jawab Regan yang kini menjadi orang yang sangat halus dengan senyuman yang tak disangka sangat manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
HASRAT (END)
RomanceWARNING Cerita ini tidak untuk dibaca anak kecil. Cerita seorang lelaki yang baru saja lulus SMA dan masih polos, memutuskan untuk pergi ke ibu kota mengadu nasib bekerja di salah satu restoran cepat saji. Alih-alih bekerja dengan fokus dan mengejar...