17 Makan Malam

45 7 32
                                    

Malam ini, Raya dan Ghea sedang bersiap-siap ke rumah Gia untuk makan malam. Raya yang sudah turun dari kamarnya, meneriakkan nama kakaknya karena kelamaan nunggu.

"Apaan sih lo teriak mulu," omel Ghea yang keluar dari kamarnya.

"Lama banget. Pakai baju aja sejam lebih," cetus Raya sambil melipat tangannya di depan dada.

Ghea mengerlingkan bola matanya. "Yaudah, buruan, ntar telat."

Mereka pun pergi ke rumah Gia dengan menaiki bus. Perjalanan membutuhkan waktu setengah jam.

"Cepetan, dek." Ghea menarik tangan Raya yang melambatkan langkahnya.

Raya masih memikirkan kata-kata Gia semalam. Hal itu membuatnya takut. Cepat atau lambat, semua orang yang mengenalnya akan mengetahui rahasia yang dipendamnya selama ini, termasuk Rayan.

Mereka sampai di depan rumah Gia, dan langsung masuk ke dalam.

"Eh, kalian udah datang," sambut Mama Gia.

Ghea tersenyum, "maaf kami telat, Ma."

Mama Gia langsung menggeleng, "enggak kok. Kalian belum telat. Duduk dulu yuk selagi makanan siap dihidangkan." Wanita paruh baya itu mempersilahkan Ghea dan Raya duduk di sofa ruang keluarga sebelum kembali ke dapur.

Raya memandangi rumah besar milik Gia. Ia juga memandangi foto keluarga, di mana terdapat Ayahnya, Mama Gia, dan Gia yang berada di tengah. Hati Raya mencelos melihat itu, ia tersenyum kecut.

"Ikhlasin," ucap Ghea sambil menepuk pelan bahu adiknya.

Raya hanya tersenyum segaris. Tak lama kemudian, pintu utama rumah kembali diketuk.

Mama Gia buru-buru membuka pintu rumah. Dan tersenyum ketika melihat tamu yang ditunggu anaknya datang.

"Masuk, nak Rayan." Mama Gia mempersilahkan Rayan masuk.

Karena jarak ruang keluarga dan pintu utama dekat, Raya mendengar suara Mama Gia menyebut sebuah nama yang berusaha dihindarinya seharian ini.

Rayan tersenyum ramah, ia menyalim tangan wanita itu, lalu berjalan menuju ruang keluarga.

Cowok itu terkejut ketika melihat Raya dan Ghea yang sedang menikmati film, lebih tepatnya Ghea yang menonton, karena Raya hanya pura-pura menonton.

Melihat ekspresi terkejut Rayan, Mama Gia langsung menilai kalau Rayan belum mengenal mereka.

"Rayan, ini Raya dan Ghea. Mereka saudari tiri Gia," ucap beliau, membuat Ghea mengalihkan tatapannya, dan menatap Rayan.

"Eh, Rayan ke sini juga?" Ghea sama terkejutnya dengan Rayan tadi.

"Loh, kalian udah saling kenal?" Tanya Mama Gia bingung.

Ghea terkekeh. "Rayan ini tetangga sebelah kami, Ma, sekaligus temannya Raya." tuturnya.

Wanita itu membulatkan mulutnya, "ooh gitu,"

"Rayan," panggil Gia dari atas. Semalam Gia juga mengundang Rayan untuk hadir, tapi Rayan tidak tau kalau Ghea dan Raya juga datang. Cewek itu tersenyum lebar, ia menuruni tangga dengan cepat saking senangnya.

"Pelan-pelan turunnya Gia, ntar jatuh." Peringat Mamanya.

Gia hanya nyengir, dan berdiri di samping Rayan. "Kemarin kenapa nggak jawab telfon dari aku?" Tanyanya yang sudah sibuk dengan Rayan.

Raya yang melihat itu berusaha untuk tidak mempedulikannya, ia juga sadar diri kalau Rayan milik Gia. Raya kembali menonton TV walau pikirannya memikirkan hal lain.

Raya RayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang