12 Pinky Promise

65 12 64
                                    

"Lo nggak papa?"

"Minum dulu,"

Raya menatap mereka dengan alis yang mengerut. Ia sempat melirik Gia yang memegang tangan Rayan, berusaha untuk mengambil gelas yang diberikan Rayan untuk Raya.

Raya berdeham sebentar. Ia langsung mengambil gelas dari tangan Karel, dan meneguknya hingga habis. Tanpa sadar, arah mata Raya mengarah pada Gia dan Rayan membuat Karel menyadari itu.

"Ya ampun, Ray. Lo haus banget ternyata," ucap Karel berusaha mengalihkan fokus Raya, membuat Gia dan Rayan menatap ke arahnya.

Raya menoleh pada Karel, dan tertawa renyah. "Abisnya gue keselek, Rel."

Karel tersenyum, "yaudah lanjutin aja makannya." Raya pun mengangguk, dan mulai memakan lagi dagingnya.

Keadaan kembali hening. Rayan masih terus memperhatikan Raya yang tanpa sadar membuat Gia merasakan perubahan pada cowok itu. ia menatap Rayan tidak percaya.

'Kenapa lo selalu natap dia, Yan? Jangan bilang kalau lo suka sama Raya,'  

➰➰➰

Setelah pesta selesai, dan teman-teman Kanya pulang, Rayan menatap Raya yang sedang mengobrol dengan Karel. Daritadi cowok itu selalu memperhatikannya, seolah-olah hanya Raya objek yang menarik untuk dilihat.

Rayan berjalan menghampiri mereka. "Raya," panggilnya saat ia telah berada di belakang cewek itu.

Raya yang terkejut mendengar suara Rayan, langsung membalikkan badannya. ia melihat cowok itu yang tersenyum canggung. "Apa, Yan?" Raya berusaha sebisa mungkin untuk menormalkan suaranya.

"Gue mau ngomong sama lo," ucap Rayan.

Alis Raya mengerut. "Ngomong apa?"

Rayan melirik Karel sekilas. "Gue maunya ngomong empat mata sama lo,"

Karel yang mengerti kode Rayan langsung menyahut. "Harus banget ya empat mata. Tambah dua mata nggak boleh?"

"Enggak," ketus Rayan membuat cowok itu cemberut.

"Yaudah. Gue nggak mau pergi, dan nggak dengerin omongan kalian." Karel langsung memasang earphone yang ada di sakunya. Cowok itu selalu membawa benda itu ke mana-mana.

Rayan hanya mengerlingkan matanya, lalu tatapannya beralih pada Raya. "Ray, gue ma...,"

"Rayan," ucapan Rayan terputus ketika suara Gia muncul di belakang. cewek yang habis dari kamar mandi itu sempat mencari Rayan, dan menemukannya di sisni. 

Rayan menoleh ke belakang, dan menemukan Gia di belakangnya. Gia berjalan mendekati Rayan, dan langsung menggenggam tangan cowok itu yang tanpa sadar membuat lirikan mata Raya tertuju pada tangan itu. "Aku mau pulang, Yan. Udah malam juga,"

Samar-samar Rayan menghela napas, lalu menganggukkan kepalanya. "Tunggu bentar. Aku ambil kunci dulu," kemudian cowok itu masuk ke rumahnya.

Sepeninggal Rayan, kini Gia menatap Raya yang kini berada di hadapannya. Perempuan itu tersenyum. "Kapan-kapan main ke rumah gue, Ray," ucapnya sekadar berbasa-basi.

Raya membalas senyum Gia. "Iya, Gi."

Setelah mendengar ucapan Raya, pandangan Gia mengarah pada lelaki yang sedang menghampiri mereka. Setelah mendekat ke arahnya, dengan cepat ia mengalungkan tangannya pada lengan Rayan.

"Yuk," ajaknya.

Rayan menatap ke arah Raya. "Nanti gue ke rumah lo," ucapnya sebelum pergi. Raya berusaha tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya.

Raya RayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang