"Woy, mau ke mana lo? Rapi bener."
"Kencan."
Navel tersedak apel yang tengah dia kunyah. "Ngagetin aja lo," dengusnya.
"Beneran!"
"Iya, beneran ngibulnya."
"Percuma gue ngomong sama lo. Semoga lo keselek lagi biar modar."
Mera kurang sigap ketika Navel menerjangnya dan mengunci lehernya di antara jepitan ketiak. Dia sontak mengaduh dan berteriak-teriak meminta dilepaskan. Keluar pula umpatan paling buruk dari mulutnya. Sementara Navel hanya tertawa jahat, menikmati penderitaan si tetangga.
"Navel, lepasin, bego! Lo belum mandi, anjir, ketek lo asem!"
"HAHAHAHAHA."
"NAVEL! DASAR COWOK KECEBONG!"
"Bilang apa?"
"Iya, iya, Navel ganteng! Cogan kompleks tiada tara."
Mera segera melepaskan diri begitu lengan Navel melonggar. Dia segera membenahi rambut, berikut bajunya yang jadi agak kusut. Sialan, Navel!
"Udah sana mandi! Jam berapa ini, woy?" Mera memberengut, sambil masih merapikan penampilannya lewat kamera ponsel.
"Mer, kita udah lama nggak selfie berdua!"
Kalah dalam kecepatan, Mera harus rela ponselnya beralih pada cowok keparat yang sekarang dengan tidak tahu malunya menyampahi galeri Mera dengan foto biadab. Mera cuma menampangkan ekspresi kesal, tapi tawanya pecah juga melihat serangkaian mimik konyol Navel yang dibuat-buat.
.
Tatkala Zidan memelankan mobilnya, matanya menyipit demi memperjelas apa yang apa yang tertangkap retinanya.
Mera tidak sendiri di depan rumahnya, ada seorang cowok yang tak lagi asing di kepala Zidan. Bukankah cowok itu yang tertangkap kamera Zidan sedang merangkul Mera saat Reverie? Melihat kebersamaan mereka lagi, Zidan lantas mengambil kesimpulan bahwa keduanya bertetangga.
"Zidan!" Zidan bisa mendengar suara Mera menyerukan namanya dari luar. Jadi, setelah menarik handbrake, Zidan keluar dari mobilnya dan menghampiri cewek itu.
Begitu berhadap-hadapan dengan Mera dan cowok familier itu, Zidan melihat sekilas lengan yang terlingkar di bahu Mera. Tatapannya langsung beradu dengan Navel, yang ternyata juga tengah meneliti dirinya.
"Jadi, dia cowok lo?" Navel angkat bicara setelah beberapa jemang, jelas pertanyaan itu tertuju pada Mera.
"Iya."
Mera baru membuka mulut ketika jawabannya justru dilontarkan oleh Zidan.
Navel mempertahankan atensinya tiga detik pada Zidan sebelum beralih ke arah Mera. "Terus lo ngapain masih diem, Mer? Kalian mau nge-date di depan rumah, bareng gue juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
i like it when you smile
Short StoryBagi Zidan, Mera hanyalah cewek berisik yang tiba-tiba mengganggu ketenangan hidupnya. Sementara bagi Mera, Zidan adalah cowok berbakat yang pantas menerima perhatiannya. © 2018 all rights reserved by fluoresens. [cover photo belongs to its rightful...