01

115 22 0
                                    

Author's Pov

Dio terbangun, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya, lalu ia merasakan sakit kepala. Hingga ia menyadari ada seorang pria dengan wajah western dan pakaian santai disana, yang sedang melihat keluar jendela dengan sebuah minuman soda di tangannya.

"Siapa kau?" tanya Dio.

"Rion. Dan kau?" katanya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Dio. Dimana ini?"

"Apartemenku."

"Bagaimana bisa?"

"Setidaknya, berterima kasihlah"

"Terima kasih"

"Hanya orang konyol yang akan berkeliaran pada suhu ini"

"Dan kau orang konyolnya" kata Dio terkekeh sendiri lalu meringis karena lukanya yang masih basah.

Hening....

'apa candaanku berlebihan?' -Dio

"Apa kau bergabung dengan kepolisian, atau semacamnya?" tanya Rion mulai membuka percakapan sambil menghadap Dio dan menyenderkan punggungnya ke jendela di belakangnya

"Memang kenapa?"

"Jika iya, kau bisa pergi sekarang" katanya lalu membuang kaleng minumannya ke tempat sampah.

"Apa kau seorang pembunuh atau teroris yang melakuakan aksi belakangan ini?"

"Hm... bisa jadi" jawab Rion tanpa beban.

"Konyol" Dio terkekeh lagi karena lawan bicaranya yang kelewat santai.

"Terserah, aku ingin tidur. Minggir!" kata Rion berjalan kearah Dio.

"Kenapa kau begitu pada tamu mu?"

"Kau bukan tamu ku"

"Kau bahkan tidak sopan saat berbicara denganku, percaya padaku kau tidak lebih tua dariku"

"Musyrik"

"Berapa umurmu?"

"Aku ingin tidur"

"Lalu bagaimana dengan ku?"

"Tidak ada yang mengatakan kau boleh menginap"

"Apa kau akan membiarkan orang yang terluka kembali pada tengah malam di musim semi?"

"Apa peduliku?" kata Rion.

"Aish, Tidurlah!" lanjut Rion setelah memikirkan 'tidak ada salahnya ia menginap' lalu pergi keluar dan menutup pintu.

Sikapnya membuat Dio melongo, lalu tersenyum simpul sambil menggelengkan kepalanya.
==================

Rion kini tengah berada di kamar yang lain di apartementnya Sekarang kamar itu berdebu karena jarang dipakai. Terpaksa ia harus membersikan sedikit agar ia bisa tidur disana.

"Kapan terakhir kali aku berbicara normal sepanjang itu dengan orang lain?" gumamnya sambil terkekeh sendiri, lalu merebahkan badannya.

Last ExpectationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang