06

63 21 1
                                    

Disebuah ruangan putih yang cukup luas, tampak seorang remaja perempuan yang cantik dengan kulit putih, rambut panjang, dan mata coklat terang. Ia mengenakan sweater biru langit yang kotor karena darah dan keringatnya.

Di ruangan tersebut terdapat banyak sekali alat canggih buatannya, ia membuatnya karena tekanan dari seseorang. Namun apa yang ia ciptakan membuatnya terjebak di ruangan itu.

Dengan keadaan yang berantakan dan tubuh lemas, ia terduduk di sudut ruangan.

Ia tidak tau kenapa ia sampai di ruangan itu dan entah berapa tahun ia terjebak dan dimanfaatkan oleh wanita brengsek itu.
==================

Dio pov

Aku berusaha menghentikan pergerakan sang pencuri yang menghalauku hingga hampir lolos. Namun dengan satu tembakan yang Jino lakukan tepat mengenai bagian perut bawah target yang tampak kelelahan.

Bukan menyerah, namun pencuri dengan pakaian serba hitam itu malah menyerang hingga senjata yang kami bawa terlempar entah kemana.

Ia mulai mengatur nafasnya, seolah darah dari tembakan Jino tidak berarti apa apa untuknya.

Ketika ia menatapku tajam aku seolah mengenali tatapan itu. Rahang tegasnya yang tertutupi masker, gaya berdirinya yang khas. Meski baru mengenalnya, aku bisa merasa mengenali siapa orang itu, namun tidak mungkin Rion melakukannya.

Aku berusaha menepis semua pikiranku, karena pencuri itu melakukan beberapa serangan lalu pergi. Ia bahkan tidak menyerang kami hingga lumpuh.

Jino berdiri, lalu menyuruh pemilik perusahaan mengecek brankas. Semua aman, ia belum mencuri satupun.

"Apa perlu kita melakukan penjagaan terhadap perusahaan ini" tanya Jino pada pemilik perusahaan.

"Tidak perlu, ia tidak akan kembali" kataku yang mulai sedikit memahami orang itu.

Aku teringat pada sesuatu, bukankah ia tadi terluka. Aku menghidupkan lampu di ruangan itu namun tidak mendapatkan DNA orang itu.

'Aish kenapa ia sangat teliti'

Last ExpectationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang