🌿 Jangan Khawatir

5.5K 766 15
                                    

Ibel

Pada akhirnya, aku memakan makanan yang dibelikan oleh Kak Mark tadi. Sebenarnya aku malas, tapi Yuqi dan Arin tetap memaksaku. Tapi gak papa sih, lagian aku juga lumayan lapar.

Aku melihat arloji yang melingkar ditanganku. Sudah jam 11 ternyata. Istirahat sudah selesai, dan guru kelasku masih belum masuk.

Hari ini Selasa, bukan? Hari ini, dan jam segini biasanya kelas Kak Mark ada mapel Olah Raga.

Kebetulan bangku ku berada di dekat jendela, dan kebetulan pemandangan yang dapat ku lihat adalah lapangan.

Aku menoleh ke jendela, disana sudah terdapat beberapa murid yang berjalan memasuki lapangan. Tapi aku tidak menemukan keberadaan Kak Mark disana.

Sampai akhirnya suara Pak Yunho membuyarkan lamunanku.
Aku segera menghadap depan dan ikut memberi salam untuk Pak Yunho.

Sedetik setelah memberi salam, aku kembali mengarahkan pandanganku ke jendela.

Dan akhirnya aku melihat ada Kak Mark disana. Dia sedang pemanasan.

Shit!

Aku sontak mengumpat ketika tiba-tiba tatapan kami bertemu. Bahkan dia memberiku Love sign dengan satu tangannya.

Mau ambyar saja aku.

Mau tidak mau aku membalas senyumannya yang super manis itu.

"Maribel Wong?"

Sial!

Itu suara Pak Yunho.

"Melamun apa kamu?" tanya nya.

"E-enggak kok pak." Jawabku, bohong.

Sumpah, aku takut.

Kalian tau, Pak Yunho itu tipikal guru jahat yang tidak segan menghukum muridnya.

"Yasudah, cepat catat yang ada di papan. 10 menit lagi harus selesai, lalu bawa ke depan untu saya cek." kata Pak Yunho.

Huh, syukurlah. Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak padaku.

Maaf, aku cabut ucapanku.

Dewi fortuna tidak berpihak padaku. Karena di bawah sana, aku melihat Kak Mark sedang mengajari volly Kak Mina.

Sial!

Mereka sangat mesra.

Apa-apaan ini? Kenapa mataku memanas lagi?

🌿🌿

Jam pulang sekolah tiba. Aku segera mengemasi barangku, lalu berjalan meninggalkan kelas.

"Eh, Bel. Tunggu!!"

Aku tak menghiraukan teriakan Yuqi. Yang aku inginkan sekarang hanya pulang dan menangis—lagi.

Double sial! Kak Lucas belum datang. Masalahnya sekarang aku harus pulang bersama Kak Lucas, dia melarangku berangkat sendiri.

Tak lama, aku menunggu, suara Kak Lucas pun memasuki telingaku.

"Eh, dek. Maaf lama. Habis kumpul ekskul dulu." Ucap Kak Lucas.

Triple sial!

Di belakang Kak Lucas ada Kak Mark yang berjalan ke arah kami. Lebih tepatnya ke arah motor Kak Mark yang di parkir di samping motor Kak Lucas.

Dan kalian tau, Dia bersama Kak Mina.

"Gak usah di lihatin." Kata Kak Lucas.

Aku hanya tersenyum, lalu mengangguk.

Aku hanya membuang pandanganku, enggan menatap Kak Mark. Sampai akhirnya, aku dan Kak Lucas meninggalkan sekolah.

Sesampainya di rumah, aku segera masuk ke kamar dan mengganti pakaianku.
Aku merebahkan tubuhku di kasur, dan membenamkan wajahku di bantal.

Ingin nangis, tapi tidak bisa. Mungkin aku sudah terlalu lelah menangis. Sudah terlalu banyak air mata yang ku keluarkan.

Oh, Kak Mark. Lihat, kamu berhasil membuatku sejatuh ini setelah sebelumnya kamu menerbangkan ku ke langit.


"Dek, bangun. Ada yang nyari."

Suara ayah sangat mengganggu tidurku.
Mau tidak mau aku membuka mataku dan melihat Ayah yang masih dengan seragam kerjanya, menandakan kalau Ayah baru saja pulang.

"Siapa?" tanyaku sambil mengucek mata.

"Lihat aja sendiri." ucap Ayah.

Ia pun segera pergi meninggalkan kamarku.
Aku menggeliat, lalu berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Aku harus melakukan ritual setelah bangun tidur. Mencuci muka dan menggosok gigi.
Biarin aja orang itu menunggu lama. Salah sendiri sudah mengganggu tidur siangku.

Setelah keluar kamar mandi, aku berjalan ke meja rias dan mengucir rambutku. Setelah itu aku berjalan keluar untuk melihat siapa yang menemuiku.

"Mana?" tanyaku pada Ayah yang kini sedang memakan burger di ruang keluarga.
"Diluar, disuruh masuk gak mau." jawab Ayah.

Aku mengangguk lalu berjalan keluar.

Deg!

"K-kak Mark?"

Ya, yang datang adalah Kak Mark. Dia sedang duduk di motornya dengan seragam yang masih melekat di badannya.

Aku berjalan menghampiri Kak Mark. Dia tersenyum, lalu turun dari motornya dan menghampiriku.

"Hai," sapanya.

"Ada apa kak?" tanya ku.

Boleh jujur? Ini sedikit canggung.

"Maaf," ucapnya.

"buat?"

"Udah jauhin lo. Gue punya alesan kenapa jauhin lo."

Aku tersenyum, "Kak Mina?"

"Bel,"

"Jangan kaya gini. Lo bikin gue ikutan sedih."

Aku mengeryit bingun. Sedangkan dia tiba-tiba menangkup pipiku dan memaksaku untuk menatapnya.

"Gue emang dijodohin sama Mina, tapi gue gak mau. Bel, jangan menjauh dari gue. Tetep jadi Ibel yang dulu. Gue kangen bekal buatan lo."

"Tunggu sampai gue bisa nyelesai in masalah ini. Gue bakal usahain gagalin perjodohan gue sama Mina."

"Jangan khawatir, gue gak bakal tetep disini. Gak kemana-mana."

Setelah itu, dia menarikku ke dalam pelukannya.

Dan tangisku keluar saat itu juga.

Kak, kenapa Kak Mark buat aku jadi ter ombang-ambing gini, sih?

Tbc~

Kak Mark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang