[Hana POV]
Hampa.
Setidaknya kalo ada yang nanya apa yang lagi gue rasain, itu adalah jawaban gue. Satu kata yang maknanya sangat clear dan ga perlu gue jelasin.
Udah dua hari semenjak terakhir gue berhubungan sama Arka. Entah apa di pikiran kita berdua, kita yang lagi hangat-hangatnya diomongin orang karna kita relationship-goals-banget. Kita yang udah dianggap serasi banget sama banyak orang tiba-tiba mengakhiri hubungan kita yang saat itu sedang mencapai masa-masa indahnya. Gue sebenarnya kurang paham kenapa, tapi kayaknya dia cuma berusaha bikin gue terbiasa tanpa dia.
*chat Whatsapp*
gue: gimana ya kalo gue udah di Jakarta?
Centang 2 biru.
Arka mengetik...
Arka: Lu bakal terbiasa tanpa gua
gue: mana gue bisa
Arka mengetik...
Arka: Ya bisa lah anjir, lo udah gede
Arka mengetik...
Arka: Jarak dan waktu akan melakukannya.
Lalu dia mengucapkan semacam mantra yang meresmikan bahwa jarak dan waktu sedang berusaha memisahkan kami.
Gue cuma bales Hahaha doang karna jujur gua kira saat itu dia cuma main-main.
Tapi kemudian dia nge-read chat itu doang. Gue panik dong.
Seketika jantung gue udah berdetak ga karuan. Gue mulai khawatir, gue bakal kehilangan Arka kalo sampe ini beneran terjadi.
gue: Ka, lo bercanda kan?
Centang 2 biru. Gue nunggu selama beberapa menit sampe akhirnya yang gue liat cuman tulisan "typing" dibawah nama Arka.
Arka: hmm
Sesak. Gue berkeringet dingin di malem yang panas. Gue sambil nyalain AC kamar dan udah pake kaos lengan pendek, kebayang lah seberapa gerahnya gue terus tiba-tiba keringet dingin. Gue seakan terhipnotis dan gak tau kenapa gue begitu menganggap serius perkataannya. Begitulah kita berakhir. Kesalahpahaman yang membawa kita menemui keegoisan masing-masing dan berujung pada putusnya komunikasi kami. Tapi kita masih bisa melihat status masing-masing. Semakin gue liat statusnya, semakin sesak perasaan dalam dada gue. Berasa marah dan pengen nangis dalam satu waktu yang sama.
Hari ini cuaca sangat panas. Gue liat langit yang alhamdulillah lagi cerah. Gue yakin langit lagi senyum ke gue, seolah lagi ngehibur hati gue yang potek berkeping-keping. Tetep aja, rasa kehilangan bener-bener tai dan ngeganggu hari gue. Gak kehitung berapa kali dalam sejam gue ngecek hp buat mastiin apakah Arka nge-chat gue atau nggak. Hasilnya nihil. Gue emang goblok, jelas banget dia ga mungkin nge-chat eh gue dengan tolonya tetep kekeuh nunggu kabar dia.
Mungkin denger lagu bisa bantu gue perbaikin mood gue yang masih ancur. Gue langsung ngeklik tombol play di menu quick launch gue, dan lagu yang keputer ternyata Amnesia-nya abang-abang 5 Seconds of Summer.
I drove all by the places we used to hangout getting wasted,
I though about our last kiss, how it felt, the way you tasted,
And eventhough your friends tell me you're doing fine,
Are you somewhere feeling lonely eventhough he's right beside you?
When he says those words that hurt you do you read the words I wrote you?
Sometimes I start to wonder was it just a lie?
YOU ARE READING
Amigdala
Teen FictionSebelumnya aku adalah seorang penakut, hingga akhirnya amigdala-ku seakan mati rasa saat aku bersamamu.