6. The Face

117 10 0
                                    

Mahasiswa kedokteran itu jatuh cinta saat pertama kali melihat Sheila, murid pindahan baru yang cantik. Dia memiliki rambut hitam panjang yang lebat, dan bulu mata yang lentik. Mahasiswa kedokteran itu tertarik dengannya secara alami, tak ada kecendrungan. Dia tau dengan pasti bahwa orang orang akan menghindarinya ketika mendengar tentang ayahnya yang gila -terkurung dirumah sakit jiwa.

Dia harus mengatasi sifatnya yang begitu pendiam atau dia akan kehilangan Sheila dan membiarkan Sheila bersama orang lain yang juga menyukai Sheila. Jadi, mahasiswa kedokteran itu mengajukan diri untuk mengajar Sheila disalah satu kelasnya.

Dengan mudah, Sheila juga jatuh cinta dengan mahasiswa kedokteran itu. Sheila mencintai mahasiswa itu sama seperti mahasiswa itu mencintai sheila. Mereka sering terlihat bersama. Mahasiswa itu begitu bahagia, sampai suatu hari ia melihat Sheila berbicara dengan lelaki yang berasal dari asrama yang sama dengannya. Mereka menertawakan perkataan profesor mereka saat kelas sejarah tadi.

Mahasiswa kedokteran merasa kobaran cemburu mulai menghantam hati hingga keususnya. Berani beraninya dia tertawa dengan lelaki lain?! Mahasiswa kedokteran itu menghadapi Sheila dengan melontarkan tuduhan yang diduganya tetapi Sheila hanya mentapnya tak percaya. "Kau gila!" Kata Sheila. Mahasiswa itu meringis, teringat ayahnya, dan berteriak marah menghina Sheila sampai gadis itu mengamuk karenanya.

Mereka berbaikan saat makan malam, dan segalanya menjadi baik dalam sekejap sampai Sheila meminjam pulpen seorang pria berambut pirang di perpustakaan. Hal itu membuat mahasiswa kedokteran marah lagi. Mereka saling medesiskan kata kata marah sampai penjaga perpustakaan mengusir mereka.

Mahasiswa kedokteran itu meringkuk di tempat tidur asramanya yang sempit sampai akal sehatnya kembali jernih. Lalu, ia memanggil Sheila dan meminta maaf. Sheila menerima permintaan maafnya dan mereka kembali bersama.

Jumat malam, mahasiswa itu akan berdansa bersama Sheila, jadi dia bergegas kembali ke asramanya dan memakai pakaian terbaiknya. Sewaktu ia akan pergi lagi, ia memperhatikan pisau bedahnya yang terkeluar dari tas medisnya tergeletak begitu saja diatas meja. Lantas ia memasukkan kembali dengan tak hati hati kedalam tas medisnya. Lalu pergi menjemput pacarnya Sheila dan menemaninya ke pesta dansa.

Pasangan itu memiliki malam yang menakjubkan; berdansa, minum, dan makan. Mereka meninggalkan pesta sekitar tengah malam dan berjalan sambil bergandengan menuju asrama mahasiswa itu untuk minum minum. Saat mereka tiba di pintu masuk, Sheila berbelok sebentar untuk bertanya kepada pria berambut merah dari kelas seni yang sama dengannya tentang tugas yang akan jatuh tempo dihari berikutnya. Dengan segera mahasiswa itu merasa cemburu.

Saat Sheila kembali bersamanya, mahasiswa itu bergegas membawa Sheila ke lantai atas menuju kamarnya dan berteriak kepadanya "kau selalu bermain mata saat bertemu dengan pria lain. Dasar sampah!"

"Gila kau!" Sheila berteriak kembali.
"Pemarah!"

Mahasiswa itu terlihat merah. "Jangan panggil aku pemarah" katanya sambil tangannya mencari cari pisau bedah didalam tas medis diatas meja.

....

Saat matanya kembali jernih, Sheila sudah mati tergeletak dikakinya. Tenggorokan Sheila terpotong dari telinga ke telinga. Seluruh ruangan tertutupi dengan darah merah. Rambut hitamnya yang lebat mengambang diatas darah.

Mahasiswa itu berpikir cepat. Sembunyikan tubuhnya. Bersihkan darah lalu ciptakan sebuah alibi. Tapi pertama tama, dia menatap gadis mati yang ia sangat cintai, lalu berlutut disamping tubuhnya dan dengan perlahan mulai memotong wajahnya. Ia membungkus wajah Sheila diplastik dengan hati hati sebelum meletakkannya dilaci meja. Setelah itu ia bergegas membersihkan darah dan menyembunyikan tubuh Sheila dilorong dekat ruangan mencuci.

Keesokan paginya, Mahasiswa itu memberitahu teman sekamarnya bahwa ia sudah putus dengan Sheila dan Sheila pulang kerumah dengan perasaan jengkel tanpa menyelesaikan kelasnya terlebih dahulu. Teman sekamarnya mendengar cerita itu tanpa bertanya apapun dan tampaknya tak begitu memperhatikan cara mahasiswa kedokteran itu mengintip gelisah kearah laci mejanya.

Akhirnya, mahasiswa kedokteran itu pergi menghadiri kelas siangnya. Saat dia kembali untuk makan siang, ia mendapati teman sekamarnya mencondongkan tubuh ke jendela yang terbuka, terlihat seperti orang sakit. "Ku rasa aku terkena flu. Sebaiknya aku pergi ke apotek dan membeli sesuatu." Kata teman sekamarnya ketika ia tiba.

"Sini biar aku periksa." Tanya mahasiswa sambil mencari tas medisnya.

Teman sekamarnya menjadi pucat "Tidak! Trims. Tidak usah repot repot" katanya terkejut lalu cepat cepat keluar kamar. Mahasiswa itu hanya mengangkat bahunya, mengintip sebentar kedalam laci tempat wajah Sheila berada lalu mengerjakan tugasnya. Di lantai bawah,teman sekamarnya sedang menelepon polisi.

Mahasiswa itu sangat terkejut ketika polisi datang dengan surat perintah menangkapnya. Polisi polisi itu menyeret nya keluar sementara petugas polisi lain dengan wajah yang suram memeriksa laci mejanya. Saat polisi itu melihat wajah seorang gadis yang sudah mati, polisi itu mengumpat kasar lalu muntah diatas lantai.

Akhirnya, mahasiswa itu ditempati di rumah sakit jiwa yang sama dengan ayahnya yang dikurung dikamar sebelah. Setiap hari, sementara ayahnya yang pemarah mencoba membunuh para pengiringnya, pacar yang merasa kehilangan itu menangis dan melihat keluar jendela; melihat wajah cantik Sheila di dekat cabang pohon. Wajahnya tampak bergoyang seirama dengan irama ayah gilanya yang sedang memukul mukul dinding.

Kembali ke asrama, hantu gadis muda dalam gaun bernoda darah masih mengambang disepanjang lorong, mencari cari dimana wajahnya berada.

***
Hebat ya:v psikopat juga bisa masuk kedokteran. Cuma tanya tugas doang dah dibunuh. Gimana kalo selingkuh ya😂 apasi yang lebih ngeri daripada dibunuh? *Ditinggal pas lagi sayang sayangnya pffffttt..
Kebayang engga kalian para cewe punya cowo kayak gitu:'v duuwh...

Goosebumps TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang