SEPARATE LOVE
Park Jimin x Kang Seulgi
Lee Taeyong, Kang Mina, Jennie
Hurt
(Tapi nggak tahu apa bakal sampe rasa sakitnya)
Warning : Typo (s), gaje, aneh
634Words
Lagu yang kudengarkan saat membuat FF ini :
And Then - Yang Da Il ft Hyorin Sistar
Memories - Super Junior
What If - Super Junior
Daydream - Super Junior
Fake Love - BTS
The Truth Untold - BTSCepet nih bikinnya. Suaranya Jimin emang bener2 bikin mood nulisku naik.
Semoga suka dengan part ini dan nggak bosan2 buat yang bacaDan terima kasih banget buat Nek Kabukikuwan udah bikinin Cover buat ini FF. Covernya keren banget.
Dan maaf karena lama updatenya.
Selamat membaca
Jimin menatap lekat Seulgi. Ada berbagai macam hal yang berkecamuk dalam benaknya. Namun yang pasti, adalah apa yang baru ia dengar dari Kang Mina, sore tadi.
Jimin ingin menolak apa yang ia dengar. Namun, Mina menjelaskannya dengan menangis dan tidak terasa berbohong. Jimin hanya tidak menyangka bahwa orang yang memiliki pengaruh terbesar dalam rasa gelisahnya selama 4 tahun terakhir adalah orang yang ia sayangi dan hormati. Satu – satunya orang tua yang ia miliki.
“Apa itu benar?” tanya Jimin. Jemarinya mengusap pipi Seulgi lembut. “Jika itu benar, apa yang harus aku lakukan Sayang?” Jimin terasa putus asa.
“Aku sungguh tidak ingin kehilangan dirimu lagi.” Jimin mencium punggung tangan Seulgi yang ia genggam. Jimin berharap ada keajaiban. Seulgi terbangun lalu mengatakan bahwa apa yang ia dengar dari Mina hanyalah kebohongan belaka.
Tapi Jimin tahu, bahwa sesungguhnya Ibu-nya memang tidak pernah menyukai hubungannya dengan Seulgi. Tapi bahkan selama 8 tahun Jimin dan Seulgi bersama, ibunya tidak pernah melakukan apapun. Hanya tidak ramah terhadap Seulgi. Itu yang ia tahu.
Karena itu sungguh dirinya sulit untuk percaya bahwa ibunya akan tega melakukan hal itu padanya. Memisahkan dirinya dari Seulgi dan calon anaknya.
“Jimin, apa sebaiknya kita putus saja?”
Jimin yang tengah membaca buku menatap kaget pada Seulgi yang terlihat sibuk dengan kegiatannya menyiapkan bekal makan siang mereka. Sudah 3 tahun mereka berpacaran dan tiba – tiba saja Seulgi mengatakan hal itu. Mereka bahkan tidak memiliki masalah yang berarti. Kecuali Jimin yang terlalu pencemburu mungkin.
“Apa maksudmu Sayang?” Jimin meletakkan bukunya di atas meja di sampingnya. Lalu menatap pada Seulgi yang kini bungkam. Menyibukkan diri dengan kegiatan yang sebenarnya sudah selesai. “Seulgi, sayang?”
“Bibi sepertinya tidak menyukaiku. Padahal ini sudah tahun ketiga.” Kata Seulgi. Dia menggigit bibir bawahnya. Nampak khawatir. Sementara Jimin kini terkekeh.
“Kau ini. Kukira kau sudah tidak lagi mencintaiku.”
“Jimin, aku serius.”
“Sayang, dengarkan aku. Eomma hanya butuh waktu. Waktu untuk semakin mengenalmu. Jika eomma sudah mengenalmu, aku yakin eomma akan jatuh cinta padamu dan tak akan melepasmu seperti aku yang tak akan pernah melepasmu. Jadi hilangkan pemikiranmu untuk putus denganku. Mengerti?”
Jimin terkekeh pilu. “Seharusnya aku tidak memaksamu untuk tetap bertahan. Mungkin kau akan bahagia.” Jimin mengusap air matanya yang menetes. “Bahkan meski aku tahu hal ini, aku tetap ingin egois memilikimu. Sebut aku brengsek Seulgi, setelah aku menyakitimu aku tetap merasa bahwa hanya dengankulah kau harus bahagia.”
“Kau boleh membenciku. Kau boleh memakiku. Kau bahkan boleh membunuhku, asalkan kau bangun Sayang. Dengan begitu aku bisa menebus segala kesalahan yang aku dan ibuku lakukan padamu. Bangunlah. Hanya itu keinginanku. Bukalah mata indahmu.”
Jimin meneguk alkohol untuk kesekian kalinya. Membuat Taehyung, sahabatnya mendengus. Jimin akhir – akhir ini memang sering mabuk – mabukkan. Tepatnya, semenjak dia putus dengan Seulgi. Oh, dia lupa beberapa waktu lalu Jimin sempat berhenti minum. Dan sekarang pria yang lebih pendek darinya itu kembali ke alkohol.
“Ada apa Jimin?” tanya Taehyung untuk kesekian kalinya. Tapi Jimin abaikan dengan terus minum alkohol.
Mereka ada di sebuah klub malam yang dimiliki senior mereka saat kuliah dulu. Taehyung yang masih sadar memilih meneguk alkoholnya. Lalu membiarkan apa yang dilakukan pria yang menurut Taehyung tidak terlalu tampan tersebut.
“Taehyung.” Suara Jimin tidak terlalu jelas. Membuat Taehyung mendekat ke arah Jimin yang sudah tidak fokus tersebut. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?” ceracau Jimin. Taehyung mengernyitkan keningnya bingung.
Jimin bukan orang yang bisa terbuka meski itu pada teman baiknua sekalipun. Dia lebih banyak memendam masalah. Itu sebabnya meski mereka dekat, tapi ada banyak hal yang tidak Taehyung ketahui tentang Jimin.
“Kau sudah mabuk Jim. Aku akan mengantarmu pulang saja.”
Jimin menepis tangan Taehyung. “Mungkin jika aku menghilang, semuanya akan bahagia bukan?”
“Apa maksudmu Jim?”
Jimin ambruk membuat Taehyung memaki. Pria kurus itu segera memanggil Namjoon, pemilik klub malam yang merupakan senior mereka di kampus. Dengan dibantu Namjoon, Taehyung membawa Jimin ke mobil. Lalu melajukan kendaraannya ke apartemen milik Jimin.
TBC