SEPARATE LOVE
Park Jimin x Kang Seulgi
Lee Taeyong, Kang Mina, Kim Jennie
Hurt
(Tapi nggak tahu apa bakal sampe rasa sakitnya)
Warning : Typo (s), gaje, aneh
567 Words
Lagu yang kudengarkan saat membuat FF ini :
And Then - Yang Da Il ft Hyorin Sistar
Memories - Super Junior
What If - Super Junior
Daydream - Super Junior
Fake Love - BTS
The Truth Untold - BTSCepet nih bikinnya. Suaranya Jimin emang bener2 bikin mood nulisku naik.
Semoga suka dengan part ini dan nggak bosan2 buat yang baca ya
Ditunggu jejaknya untuk menambah moodku lagi
Maaf untuk segala typo karena aku jarang edit. Kira2 gimana cerita ini? Berikan pendapat kalian ya.Selamat membaca
Jimin duduk di bangku taman rumah sakit. Menunduk dengan kedua siku bertopang pada lutut sementara kedua tangannya tak henti mengusak rambutnya dengan gelisah.
Ucapan dokter yang bernama Bae Joohyun tersebut terus menggaung dalam pikirannya.
"Saya Park Jimin, tunangan Kang Seulgi."
Dokter muda itu berhenti lalu berbalik menatap Jimin. Diam nampak berpikir.
"Saya tidak begitu percaya anda tunangan dari pasien saya. Tapi baiklah anggap saja anda memang tunangan dari pasien Kang. Lalu kenapa anda baru muncul sekarang?"
Jimin terdiam. "Saya... baru tahu." lirih Jimin.
Dokter cantik itu mengangguk. "Saya asumsikan hubungan kalian tidak bagus. Saya tidak akan ikut campur apapun masalah kalian. Tapi saya juga tidak bisa memberitahukan kondisi pasien begitu saja tanpa ijin dari wali pasien. Dalam hal ini adalah Tuan Lee Taeyong. Anda bisa menanyakannya pada Tuan Lee. Tapi saya akan mengatakan sedikit saja kondisi Pasien Kang. Dia sepertinya tidak memiliki keinginan untuk bangun."
"Ya? Apa maksud Anda dokter?"
"Setelah melahirkan secara prematur, sebenarnya tidak ada masalah apapun dalam diri Pasien Kang. Kondisinya baik. Tapi tidak tahu kenapa Pasien Kang tiba - tiba tidak sadarkan diri hingga saat ini. Jika terus seperti ini, saya tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya."
Jimin hanya mampu terdiam mendengarkan penjelasan dari dokter tersebut. Otaknya terlalu kosong dengan penjelasan dari dokter tersebut.
Bahkan saat dokter itu meninggalkannya.
"Seulgi, apa yang sebenarnya terjadi?"
Tanpa sadar Jimin meneteskan air matanya. Segala kenangannya bersama Seulgi kembali terpampang jelas dalam benaknya. Perasaan menyesal membuat dirinya semakin terpuruk.
"Apa Paman sakit?" suara kecil dan lembut serta usapan tangan kecil di atas tangannya membuat Jimin mendongak.
Netra-nya yang basah bertemu pandang dengan netra hitam jernih yang menatapnya dengan pandangan polos.
"Paman pasti sakit sekali sampai paman menangis." jemari kecil itu mengusap pipi Jimin menembulkan getar aneh dalam hati Jimin. "Ayo ke tempat Bibi Dokter. Agar Paman diobati." lanjut si kecil berpipi tembam dengan mata sipit tajam yang mengingatkannya pada mata wanita yang ia cintai.
"Paman..." suara Jimin terasa hilang. Lalu ia mencoba lagi. "Paman tidak apa - apa. Nama kamu siapa?" tanya Jimin sambil mengelus rambut halus milik anak kecil itu.
"Lee Mingi Paman. Nama paman siapa?" gadis kecil itu mencoba naik di kursi yang di duduki Jimin meski gadis itu kesusahan. Membuatnya mempoutkan bibir tebalnya.
Jimin segera membantu Mingi naik dan duduk di sisinya.
"Nama Paman..."
"Paman Mochi." sela Mingi membuat Jimin mengerutkan keningnya.
"Mochi? Tapi nama paman bukan Mochi, Mingi."
Mingi menggeleng. "Tapi Mingi ingin memanggil Paman Mochi." mata Mingi berkaca - kaca.
"Baiklah. Terserah Mingi ingin memanggil Paman apa." pasrah Jimin. "Apa yang Mingi lakukan di sini?" tanya Jimin. Dia mengedarkan pandangan ke segala arah. Tapi tidak menemukan orang yang bisa ia identifikasi sebagai orang tua Lee Mingi.
"Mingi mau jenguk Eomma. Tapi tadi Mommy antar Sarang Eonnie ke toilet. Karena bosan, Mingi jalan - jalan dulu."
Jimin kira usia Mingi sekitar 3 atau 4 tahun. Tapi dia berbicara sangat lancar. Dan terlihat bahwa orang tuanya mengajari hal yang baik.
Jimin ingin bertanya lagi saat seorang perawat bertubuh tinggi berlari ke arah mereka.
"Lee Mingi, kau disini rupanya. Mommy panik mencarimu."
"Maaf Bibi Perawat."
"Ayo. Kau tidak ingin bertemu Eomma?"
"Tentu saja ingin. Paman Mochi, Mingi pergi dulu." Mingi melambaikan tangannya yang dibalas Jimin. Perawat itu membungkuk lalu menggandeng gadis mungil tersebut.
Jimin menghela nafas panjang. Dia ingin kembali ke kamar Seulgi. Namun getar ponselnya membuat Jimin mengurungkan niatnya. Jimin memeriksa nama pemanggilnya.
Ibu