5

15K 1.2K 83
                                    

  Kriieettt..~

Suara pintu terbuka membuat pemuda itu mendongak. Seberkas cahaya yang baru saja masuk menyilaukan matanya sehingga ia harus menyipit.

"Bangun,"

Taehyung tau itu suara kakaknya. Ia mencoba pegangan pada barang disampingnya. Kakinya lemas karena tenaganya habis untuk berteriak semalaman.

"Menyusahkan."

Seokjin turun dan lekas membopong Taehyung. Ia melakukannya saat Yujin sudah pergi bekerja. Dan sekarang sudah hampir jam 12 siang.

"Ahjumma!!" teriak Seokjin mencari sosok Hyerin.

"Ada ap– Ya Tuhan! Tuan Tae kenapa?" Hyerin lekas membantu Seokjin membaringkan bungsu keluarga Kim itu di kamarnya.

Dan untuk pertama kali Seokjin masuk ke kamar Taehyung serta membantu Hyerin mengganti pakaiannya.

Taehyung sendiri diam, mengamati apa yang dilakukan Seokjin dengan menyimpan beribu pertanyaan.

Taehyung takut ini hanya trik Sang Kakak untuk kembali menyiksanya. Dan ia lebih takut jika hati yang berusaha ia genggam kembali hancur dan tersakiti.

"Taetae.."

Suara Hyerin membuyarkan lamunannya. Tepat saat Wanita itu duduk di pinggir ranjang, Taehyung memeluknya.

Yang bisa Hyerin lakukan hanya mengusap lembut punggung yang bergetar itu.

Seokjin mengamati kamar Taehyung dengan teliti, ia baru tau jika Taehyung bakat menyanyi dan menari.

Terbukti dengan beberapa piagam yang dipajang di meja belajar dengan rapi.

Di kamar Taehyung tak ada AC ataupun penghangat ruangan, tak ada etalase megah dan perabotan mahal lainnya yang ada di kamarnya.

Pandangannya terhenti saat menatap rak buku kecil yang berisi komik. 'Dia juga suka komik..'.

Seokjin mengambil acak komik yang nampak usang. Dan seketika hatinya berdenyut nyeri.

Tak sebanding dengan ratusan koleksi bagus yang ia punya, komik Taehyung hanyalah barang bekas yang ada di pasar loak. Namun mengingat Yujin tak pernah memberi uang sepeserpun pada Taehyung pasti berat untuk mendapatkan benda itu.

 Tepukan di pundaknya membuat ia menoleh, Hyerin tersenyum. "Tuan Seokjin butuh sesuatu?"

Seokjin menilik Taehyung yang sudah tertidur padahal suhu ruangan sangat dingin. "Tuan Tae baik-baik saja. Dia hanya ketakutan."

"Appa tidak memasang penghangat ruangan disini, Ahjumma?"

Hyerin terdiam, sedetik kemudian tersenyum. Seokjin mulai membuka hatinya untuk adiknya.

 "Tuan Tae adalah pahlawan yang bisa menghalau suhu dingin. Ahjumma sudah menyuruhnya tidur di kamar Ahjumma yang memilik penghangat ruangan. Tapi dia selalu menolaknya."

Seokjin membatin miris, bahkan di kamar pelayan pun masih lebih baik.

"Aku ingin susu hangat."

Hyerin mengangguk, meskipun sedikit ragu tapi ia tetap membiarkan Seokjin menemani adiknya.

"Saya tau Tuan Seokjin bukan orang yang kejam. Itu yang selalu tuan Tae katakan jika Anda baru menyiksanya." Hyerin mengucapkan sebelum ia memutup pintu namun Seokjin masih bisa mendengarnya.

Pemuda tampan itu mendekati adiknya yang terlelap. Wajah damai Taehyung mengingatkan masa kecil Taetae yang tidak bahagia sama sekali.

Seokjin mendesah, seharusnya ia datang ke gudang itu untuk mencekik atau menampar Si bungsu, bukan sok menjadi pahlawan seperti ini.

Happiness [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang